Renungan: Jumat Agung [10 April 2020]
Pengorbanan Yesus
Rekonsiliasi Allah dan Manusia
[Yoh 18, 1 – 19, 42]
Sahabat yang terkasih,
marilah kita mengingat permintaan Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus,
kepada Yesus, perihal keinginan mereka untuk duduk di sebalah kanan dan kiri
dalam kemuliaan di kehidupan yang akan datang. Jawaban
Tuhan, berkaitan dengan permintaan mereka memberikan pencerahan kepada semua
murid, tidak hanya kedua anak Zebedeus itu. Dalam Markus 10 : 45, Tuhan
mengatakan : “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang“. Jawaban Tuhan ini menunjuk pada misi penyelamatan Bapa-Nya bagi
manusia di dunia. Dan misi itu, pada hari ini, pada saat ini kita rayakan
bersama. Itu adalah sebuah misi penyelamatan Allah yang membuahkan rekonsiliasi
antara Allah dan manusia.
Harapan-harapan yang
diungkapkan dalam kritik para nabi tentang penyembahan di Bait Suci, dan
khususnya dalam Mazmur, sekarang dipenuhi: Tuhan tidak ingin dimuliakan melalui
pengorbanan lembu dan kambing, yang darahnya tidak berdaya untuk memurnikan dan
membuat pendamaian bagi manusia. Ibadah baru yang telah lama ditunggu-tunggu kini
menjadi kenyataan. Di kayu salib, persembahan yang sejati kini sungguh terjadi,
yakni : penebusan Kristus yang dilakukan untuk dunia. "Anak Domba
Allah" menanggung dosa dunia dan menghapuskannya. Melaui pengorbanan dan
persembahan diri ini, hubungan Allah dengan dunia atau manusia, yang sebelumnya
terdistorsi oleh dosa, sekarang diperbarui. Rekonsiliasi telah tercapai.
Peristiwa salib dan
kematian Yesus Kristus adalah sebuah rekonsiliasi antara Allah dan manusia. Pribadi
Yesus sebagai rekonsiliator merupakan pribadi yang sangat penting dan berarti. Ia
adalah penengah antara Allah dan manusia. Bahkan dalam peristiwa salib pun,
kekhususan dari Pribadi Kudus ini ditunjukkan. Dalam Injil, Yohanes
menceritakan bagaimana para prajurit membuang undi atas jubah Yesus, sebagai
penggenapan atas apa yang telah tertulis dalam Kitab Suci: “Mereka membagi-bagi
pakaian-Ku di antara mereka, dan membuang undi atas jubah-Ku”. Jubah itu tidak
berjahit, dari atas ke bawah merupakan satu tenunan utuh. Referensi pada jubah
Yesus yang tidak berjahit, dari atas ke bawah berupa satu tenunan utuh,
diformulasikan dengan sangat terperinci oleh Yohanes karena ia ingin
menyampaikan sesuatu. Beberapa ekseget membuat hubungan itu dengan sedikit
informasi yang dibuat oleh Flavius Josephus, seorang histograf (dalam Antiquitates
Judaicae). Dalam laporannya, jubah sebagaimana yang dipakai oleh Yesus
adalah model jubah atau pakaian dari imam agung. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa Yohanes di sini ingin menunjukkan figur Yesus sebagai “Imam
Agung Ilahi” yang menyelesaikan tugas pengorbanan yang sejati di mata Allah dan
bagi keselamatan manusia. Tugas pengorbanan sejati itu dilakukan-Nya dengan
sempurna ketika Ia menyerukan ini: “Sudah selesai”!
Sahabatku yang terkasih,
peristiwa salib Tuhan kita, Yesus Kristus, merupakan sebuah jalan keselamatan
yang membuahkan rekonsiliasi antara Allah dengan manusia. Manusia yang
terkurung karena dosa kini telah mendapatkan jaminan pengampunan dan pembebasan
untuk dapat menjalin relasi kembali dengan Allah. Kita, adalah
bagian dari umat manusia yang telah ditebus oleh Kristus. Kita yang adalah
orang-orang yang percaya pada nama-Nya yang juga adalah orang-orang yang
memiliki jaminan untuk dapat memiliki relasi erat dengan Allah. Untuk itu, mari
kita menanggapi pengorbanan Kristus dengan menjalin hubungan baik dengan Allah
dan juga menjadi nabi-nabi rekonsiliasi dengan sesama pada jaman ini.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar