Rabu, 08 April 2020


Renungan: Jumat Agung [10 April 2020]

Pengorbanan Yesus
Rekonsiliasi Allah dan Manusia

[Yoh 18, 1 – 19, 42]

Sahabat yang terkasih, marilah kita mengingat permintaan Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, kepada Yesus, perihal keinginan mereka untuk duduk di sebalah kanan dan kiri dalam kemuliaan di kehidupan yang akan datang. Jawaban Tuhan, berkaitan dengan permintaan mereka memberikan pencerahan kepada semua murid, tidak hanya kedua anak Zebedeus itu. Dalam Markus 10 : 45, Tuhan mengatakan : “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang“. Jawaban Tuhan ini menunjuk pada misi penyelamatan Bapa-Nya bagi manusia di dunia. Dan misi itu, pada hari ini, pada saat ini kita rayakan bersama. Itu adalah sebuah misi penyelamatan Allah yang membuahkan rekonsiliasi antara Allah dan manusia.
Harapan-harapan yang diungkapkan dalam kritik para nabi tentang penyembahan di Bait Suci, dan khususnya dalam Mazmur, sekarang dipenuhi: Tuhan tidak ingin dimuliakan melalui pengorbanan lembu dan kambing, yang darahnya tidak berdaya untuk memurnikan dan membuat pendamaian bagi manusia. Ibadah baru yang telah lama ditunggu-tunggu kini menjadi kenyataan. Di kayu salib, persembahan yang sejati kini sungguh terjadi, yakni : penebusan Kristus yang dilakukan untuk dunia. "Anak Domba Allah" menanggung dosa dunia dan menghapuskannya. Melaui pengorbanan dan persembahan diri ini, hubungan Allah dengan dunia atau manusia, yang sebelumnya terdistorsi oleh dosa, sekarang diperbarui. Rekonsiliasi telah tercapai.
Peristiwa salib dan kematian Yesus Kristus adalah sebuah rekonsiliasi antara Allah dan manusia. Pribadi Yesus sebagai rekonsiliator merupakan pribadi yang sangat penting dan berarti. Ia adalah penengah antara Allah dan manusia. Bahkan dalam peristiwa salib pun, kekhususan dari Pribadi Kudus ini ditunjukkan. Dalam Injil, Yohanes menceritakan bagaimana para prajurit membuang undi atas jubah Yesus, sebagai penggenapan atas apa yang telah tertulis dalam Kitab Suci: “Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka, dan membuang undi atas jubah-Ku”. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah merupakan satu tenunan utuh. Referensi pada jubah Yesus yang tidak berjahit, dari atas ke bawah berupa satu tenunan utuh, diformulasikan dengan sangat terperinci oleh Yohanes karena ia ingin menyampaikan sesuatu. Beberapa ekseget membuat hubungan itu dengan sedikit informasi yang dibuat oleh Flavius Josephus, seorang histograf (dalam Antiquitates Judaicae). Dalam laporannya, jubah sebagaimana yang dipakai oleh Yesus adalah model jubah atau pakaian dari imam agung. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Yohanes di sini ingin menunjukkan figur Yesus sebagai “Imam Agung Ilahi” yang menyelesaikan tugas pengorbanan yang sejati di mata Allah dan bagi keselamatan manusia. Tugas pengorbanan sejati itu dilakukan-Nya dengan sempurna ketika Ia menyerukan ini: “Sudah selesai”!
Sahabatku yang terkasih, peristiwa salib Tuhan kita, Yesus Kristus, merupakan sebuah jalan keselamatan yang membuahkan rekonsiliasi antara Allah dengan manusia. Manusia yang terkurung karena dosa kini telah mendapatkan jaminan pengampunan dan pembebasan untuk dapat menjalin relasi kembali dengan Allah. Kita, adalah bagian dari umat manusia yang telah ditebus oleh Kristus. Kita yang adalah orang-orang yang percaya pada nama-Nya yang juga adalah orang-orang yang memiliki jaminan untuk dapat memiliki relasi erat dengan Allah. Untuk itu, mari kita menanggapi pengorbanan Kristus dengan menjalin hubungan baik dengan Allah dan juga menjadi nabi-nabi rekonsiliasi dengan sesama pada jaman ini.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...