Jumat, 10 April 2020


Renungan: Pemakaman Yesus Kristus


Meneladan Yusuf dari Arimatea

Yusuf akan menjadi penduduk Yerusalem pada saat kematian Yesus, tetapi ia dilahirkan dan hidup sebelumnya di kota Yudea yang disebut Arimatea. Letak secara tepat Arimatea ini masih menjadi bahan perdebatan, namun beberapa ahli menempatkannya di daerah Ramathaim-Zophim di wilayah perbukitan Efraim, di mana di sana nabi Samuel dilahirkan.
Yusuf dari Arimatea adalah salah satu anggota Sanhedrin (dewan Yahudi yang sangat menonjol dan terhormat dan dipimpin oleh para imam besar). Tujuh puluh satu anggota Sanhedrin adalah orang-orang terkaya dan terkuat di Yerusalem dan di wilayah sekitarnya. Matius menyebut bahwa Yusuf adalah seorang yang kaya. Alkitab memang tidak memberikan indikasi apa yang ia lakukan untuk mencari nafkah, namun, dari informasi yang didapat menyatakan bahwa Yusuf adalah seorang pedagang barang-barang logam.
Informasi dari Alkitab yang dapat membantu kita untuk mengenal pribadi ini adalah bahwa Injil mengkonfirmasi Yusuf sebagai murid Yesus Kristus. Meskipun dalam hal ini, Yohanes menekankan bahwa Yusuf menunjukkan jati dirinya sebagai murid dengan cara diam-diam karena takut kepada orang-orang Yahudi (Yoh 19: 38) sampai pada pemakaman Kristus.
Untuk memastikan Yesus menerima pemakaman yang layak, Yusuf dari Arimatea dengan berani meminta Pilatus untuk mendapatkan hak pemakaman jenazah Yesus. Keinginannya itu berhadapan dengan risiko. Dia tidak hanya mengambil risiko kenajisan ritual dengan memasuki tempat para penyembah berhala (orang-orang Romawi pada waktu itu), tetapi bersama dengan Nikodemus, anggota Sanhedrin lainnya, ia juga berisiko mencemari dirinya di bawah hukum Musa, dengan menyentuh jenazah. Meski berisiko, namun ia menunjukkan itu sebagai kasih tulusnya bagi Yesus, seorang Pribadi yang telah menyentuh seluruh kemanusiannya.
Sabahat yang terkasih, pelajaran hidup dari Yusuf Arimatea yang dapat kita renungkan di sini adalah kadang-kadang iman kita kepada Yesus Kristus pun sangat menuntut pengorbanan dan risiko. Tidak diragukan bahwa Yusuf akan dijauhi oleh teman-temannya karena merawat tubuh Yesus. Namun, ia tetap mengikuti apa yang menjadi kata hati atau keyakinannya. Melakukan hal yang benar bagi Allah dapat mendatangkan penderitaan dan pengorbanan dalam hidup ini, tetapi itu akan membawa imbalan kekal di kehidupan selanjutnya.
Amin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...