Selasa, 23 Maret 2021

 

Yohanes 10: 31-42


Dari Injil, kita mendengar bagaimana Yesus ditolak oleh orang-orang Yahudi, padahal bagi merekalah Yesus menujukan warta tentang keselamatan. Bagi mereka, yakni orang-orang yang menolak-Nya, Yesus menunjukan betapa besar cinta Bapa. Karena kesatuan-Nya dengan Bapa, Yesus tidak berhenti untuk mewartakan kabar gembira tentang keselamatan.

Kita layak untuk berefleksi tentang alasan apa yang mendasari Yesus dalam setiap karya-Nya itu? Mungkin kita, bila dalam melakukan karya atau tindakan sesuatu – padahal tindakan itu untuk kebaikan orang lain – ditolak oleh mereka yang sebenarnya tindakan itu kita tujukan, menghadapi situasi itu kita bisa saja putus asa. Bisa jadi kita lantas tidak memiliki semangat kembali untuk meneruskannya. Namun, lain halnya dengan Yesus. Meski berhadapan dengan orang-orang yang menolak karya-Nya, Ia tetap setia meneruskan kehendak Bapa. Bahkan karya-Nya itu akan semakin nyata ketika Ia menyerahkan hidup-Nya dalam peristiwa salib. Sebagai Allah yang menjadi Manusia, Yesus memiliki kebebasan untuk tidak melakukan atau memberikan keselamatan kepada manusia. Itu adalah hak-Nya, sebab Ia adalah Allah yang bebas, bebas dalam bertindak, bebas dalam melakukan segala sesuatu bahkan jika sesuatu itu di luar nalar pikiran manusia.

Di atas kebebasan-Nya itu, Yesus nyatanya tetap memberikan yang terbaik bagi manusia. Meski ditolak oleh orang-orang pada jaman-Nya, Ia tetap berkarya. Ia tetap mengkonkritkan kehendak Bapa yang tertanam dalam Hati-Nya, yakni “keselamatan manusia”. Di atas kebebasan-Nya itu, ada motivasi mendasar di mana Allah dalam diri Yesus tetap berkarya bagi manusia. Motivasi itu adalah cinta. Karena cinta kepada manusia, Yesus tetap berkomitmen mewujudkan kehendak Bapa, meski hal itu mendapat pertentangan dan penolakan. Karena cinta kepada manusia, Yesus rela untuk memberikan hidup-Nya bagi manusia, yang dikenal sebagai sahabat-sahabat-Nya.

Allah adalah Kasih; dan Kasih itu terlihat pada cinta Kristus yang diberikan kepada kita. Itulah yang kemudian menjadi rahmat bagi kita, yakni orang-orang yang percaya pada-Nya. Rahmat dari cinta-Nya itu terus berlanjut setiap hari dan setiap detik dalam hidup kita. Jika kita selalu menyadarinya, selalu ada alasan untuk bersyukur atas anugerah cinta yang sudah dan akan kita dapatkan dari-Nya. Itulah sejatinya yang membuat kita selalu bahagia.

 

Semoga Hati Kudus Yesus, selalu memberkati kita. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...