Rabu, 31 Maret 2021

 Sebuah Renungan: Jumat Agung


Pertanyaan mendasar yang dapat kita renungkan adalah : “Siapakan manusia itu”? Pertanyaan ini membawa kita untuk mengingat kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian : “Allah menjadikan menusia seturut gambar dan rupa-Nya” (Kej 1, 26). Hal ini menunjuk pada martabat yang dimiliki oleh manusia. Hal itu juga ingin menekankan bahwa manusia adalah ciptaan yang khusus. Ia adalah ciptaan istimewa di antara ciptaan-ciptaan lain. Keistimewaan manusia itu semakin nyata dengan kebebasan yang dimiliki. Dengan kebebasan itu, Allah menjadikan manusia sebagai ciptaan yang bermartabat. Dengan kebebasan itu, manusia memiliki wewenang dan kuasa untuk bertindak. Dari situ, sebenenarnya Allah memberikan kepada manusia sebuah tanggung jawab. Artinya adalah, Allah memberikan kebebasan kepada manusia agar ia bertanggung jawab atas hidupnya. Tanggung jawab atas kebebasan inilah yang harapannya menjadi dasar bagi manusia untuk datang dan selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kebebasan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dengan kebebasannya, manusia memilih untuk menolak Allah dengan menjatuhkan diri pada dosa. Dan dalam Kitab Suci, terlihat jelas bahwa kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa karena manusia tidak setia kepada Allah dan itu dilakukan dengan penuh kebebasan.

Siapakan manusia itu? Ya, manusia adalah ciptaan Allah yang istimewa. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan meski manusia jatuh ke dalam dosa, Allah tetap mencarinya. Sungguh berharga manusia itu di mata Allah hingga untuk menebusnya, Allah sendiri yang datang dan memainkan peran utama dalam karya keselamatan demi manusia, ciptaan-Nya. Penebusan manusia, sebagai ciptaan istimewa, harus ditebus pula dengan Tebusan yang istimewa, yakni peran langsung Allah dalam Sabda yang menjadi manusia, dalam Diri Yesus Kristus. Demi penebusan manusia, Allah sendirilah yang datang, mencari dan melaksanakan tindakan penyelamatan. Bahkan penebusan itu tidak berhenti pada peristiwa Sabda yang menjadi manusia. Penebusan itu berlanjut hingga Sabda yang menjadi manusia itu, yakni Allah dalam Diri Yesus Kristus, menyerahkan diri dan nyawa-Nya dalam peristiwa salib. Untuk itu, sungguh besar dan agunglah peristiwa iman yang sedang kira rayakan sekarang ini.

Yesus yang tersalib dan wafat, di mana peristiwa itu kita kenangkan sekarang, menjadi sebuah undangan bagi kita untuk menyadari betapa besar cinta Allah kepada kita. Ia sendiri yang datang dan menyelamatkan kita, ciptaan-Nya yang mulia. Namun, karena penyalahgunaan kebebasan dan tanggun jawab, kita masih dan sering jatuh dalam dosa yang berdampak pada rusaknya hubungan kita dengan Allah. Kita bukanlah ciptaan yang sempurna. Jika kita  jatuh dalam kelemahan dan dosa, itu hal yang wajar karena dalam diri kita masih terdapat sisi manusiawi yang rapuh. Namun, hal itu tidaklah membuat kita untuk diam dan pasif, tetap tinggal pada keterpurukan hidup karena dosa. Allah adalah kasih. Melalui peristiwa agung yang kita rayakan sekarang ini, Ia mengundang kita untuk bangkit dan menyatukan diri dengan pengorbanan Diri-Nya di salib. Dalam pengorbanan-Nya di salib, Allah dalam diri Kristus ingin mengatakan kepada kita bahwa ada selalu kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...