Sebuah Renungan: Jumat Agung
Pertanyaan
mendasar yang dapat kita renungkan adalah : “Siapakan manusia itu”? Pertanyaan
ini membawa kita untuk mengingat kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian : “Allah
menjadikan menusia seturut gambar dan rupa-Nya” (Kej 1, 26). Hal ini menunjuk
pada martabat yang dimiliki oleh manusia. Hal itu juga ingin menekankan bahwa
manusia adalah ciptaan yang khusus. Ia adalah ciptaan istimewa di antara
ciptaan-ciptaan lain. Keistimewaan manusia itu semakin nyata dengan kebebasan
yang dimiliki. Dengan kebebasan itu, Allah menjadikan manusia sebagai ciptaan
yang bermartabat. Dengan kebebasan itu, manusia memiliki wewenang dan kuasa
untuk bertindak. Dari situ, sebenenarnya Allah memberikan kepada manusia sebuah
tanggung jawab. Artinya adalah, Allah memberikan kebebasan kepada manusia agar
ia bertanggung jawab atas hidupnya. Tanggung jawab atas kebebasan inilah yang
harapannya menjadi dasar bagi manusia untuk datang dan selalu mendekatkan diri
kepada Allah dengan penuh kebebasan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dengan
kebebasannya, manusia memilih untuk menolak Allah dengan menjatuhkan diri pada
dosa. Dan dalam Kitab Suci, terlihat jelas bahwa kejatuhan manusia pertama ke
dalam dosa karena manusia tidak setia kepada Allah dan itu dilakukan dengan
penuh kebebasan.
Siapakan manusia itu? Ya, manusia adalah
ciptaan Allah yang istimewa. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan meski manusia
jatuh ke dalam dosa, Allah tetap mencarinya. Sungguh berharga manusia itu di
mata Allah hingga untuk menebusnya, Allah sendiri yang datang dan memainkan
peran utama dalam karya keselamatan demi manusia, ciptaan-Nya. Penebusan
manusia, sebagai ciptaan istimewa, harus ditebus pula dengan Tebusan yang
istimewa, yakni peran langsung Allah dalam Sabda yang menjadi manusia, dalam
Diri Yesus Kristus. Demi penebusan manusia, Allah sendirilah yang datang,
mencari dan melaksanakan tindakan penyelamatan. Bahkan penebusan itu tidak berhenti
pada peristiwa Sabda yang menjadi manusia. Penebusan itu berlanjut hingga Sabda
yang menjadi manusia itu, yakni Allah dalam Diri Yesus Kristus, menyerahkan
diri dan nyawa-Nya dalam peristiwa salib. Untuk itu, sungguh besar dan agunglah
peristiwa iman yang sedang kira rayakan sekarang ini.
Yesus yang tersalib dan wafat, di mana
peristiwa itu kita kenangkan sekarang, menjadi sebuah undangan bagi kita untuk
menyadari betapa besar cinta Allah kepada kita. Ia sendiri yang datang dan
menyelamatkan kita, ciptaan-Nya yang mulia. Namun, karena penyalahgunaan
kebebasan dan tanggun jawab, kita masih dan sering jatuh dalam dosa yang
berdampak pada rusaknya hubungan kita dengan Allah. Kita bukanlah ciptaan yang
sempurna. Jika kita jatuh dalam
kelemahan dan dosa, itu hal yang wajar karena dalam diri kita masih terdapat
sisi manusiawi yang rapuh. Namun, hal itu tidaklah membuat kita untuk diam dan
pasif, tetap tinggal pada keterpurukan hidup karena dosa. Allah adalah kasih.
Melalui peristiwa agung yang kita rayakan sekarang ini, Ia mengundang kita
untuk bangkit dan menyatukan diri dengan pengorbanan Diri-Nya di salib. Dalam
pengorbanan-Nya di salib, Allah dalam diri Kristus ingin mengatakan kepada kita
bahwa ada selalu kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar