Senin, 19 Juni 2017

 Renungan Singkat Dehonian (26 Jun 2017)
Mat 7: 1-5

Sahabat dehonian yang terkasih, Tuhan Yesus mengajak kita untuk merenungkan dan membuat sebuah evaluasi diri. Hal ini tampak dalam bacaan Injil yang baru saja kita dengar. Bacaan Injil dengan menampilkan topik: “penghakiman yang mungkin sering kita berikan kepada sesama”. Yesus mengajak agar kita tidak dengan begitu mudah menghakimi orang lain. Kita, mungkin sering atau mudah menghakimi kata-kata, karakter dan perbuatan orang lain yang bersalah terhadap kita. Kadang kita bahkan mencela dan sampai menghukum kesalahan yang telah diperbuat oleh sesama; tapi kita “buta” atas kesalahan atau kelemahan diri. Atas realitas itu, sangat relevan pribahasa yang mengatakan: Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak.
Kita perlu sadar bahwa kita bukanlah manusia yang sempurna, yang tidak menutup kemungkinan untuk berbuat salah. Kita pun perlu sadar bahwa setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Kita ingat Sabda Tuhan: “Ada balok di mata kita”. Sabda ini mengajak untuk menyadari kelemahan kita yang harus dikeluarkan terlebih dahulu sebelum memberikan penghakiman kepada orang lain atau sesama.
Lantas, sikap apa yang perlu dan tepat dilakukan saat kita berhadapan dengan prilaku orang lain, apalagi terhadap mereka yang terang-terangan melakukan kesalahan? Berusaha memahami mengapa orang itu berbuat kesalahan adalah langkah bijak. Memahami kesalahan orang lain dengan penuh kasih adalah upaya untuk memahami dan membantu untuk mengatasi kelemahan yang dimilikinya. Dengan berusaha memahami pihak lain, kita pun akan mengalami kedamaian jika jatuh dalam kelemahan yang sama. Ini akan berbeda jika yang kita kembangkan adalah semangat menghakimi. Jika yang terjadi demikian, kita akan selalu merasa cemas dan gelisah, bila kita sendiri jatuh dalam kesalahan.
Maka, ukuran yang perlu kita kenakan dalam menghadapi kesalahan orang lain adalah kasih Tuhan sendiri; yakni kasih kepada kita semua sebagai umat-Nya. Kasih Tuhan perlu dijadikan sebagai dasar yang akan selalu menggerakkan kita untuk memahami dan mengerti sesama yang bersalah kepada kita. Bukankah Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang yang jahat dan juga bagi orang yang baik? Bukankah hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar? Kasih Allah adalah kasih sempurna untuk semua; dan kita pun diundang untuk menjadi seperti-Nya.

Tuhan memberkati.

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...