Selasa, 18 Juli 2017

Jika Sabda Berdaya dalam Diri


Tuhan Yesus menyebut para murid-Nya sebagai pribadi-pribadi yang berbahagia. Mengapa? Ya..., karena mereka dapat melihat dan mendengar Sabda Allah; bahwa mereka dapat mengalami kebersamaan dengan Sabda Allah, yang telah menjadi Manusia. Pengalaman kebersamaan secara manusiawi itu menjadi dasar bagi para murid untuk mengalami pengalaman penyelamatan dalam hidup. Momentum kebersamaan dengan Sang Sabda yang telah menjadi Manusia menjadikan mereka berbahagia dan sekaligus mendorong mereka untuk mewartakan kesaksian kabar bahagia-gembira kepada dunia.
Lantas, bagaimana dengan kita? Marilah sekarang kita coba untuk merenungkan sikap kita akan Sabda Allah yang sering kita dengar (dalam setiap liturgi Sabda) dan kita terima Rupa-Nya (yang telah menjadi Tubuh dan Darah dalam Perayaan Ekaristi). Apakah Sabda Allah sungguh berdaya guna dan efektif bagi hidup serta tindak sosial kita? Apakah Sabda Allah berpengaruh positif dalam hidup dan berpengaruh besar dalam kata-kata serta perbuatanku sehari-hari; secara khusus bagaimana pengaruhnya bagi komunitas, keluarga dan orang-orang di sekitar?
Jika dalam praksis kehidupan kita tetap setia berdoa dan membangun relasi yang personal dengan Allah; jika kita mampu membangun relasi yang baik dengan komunitas, keluarga dan orang-orang di sekitar kita; jika kita mampu untuk melaksanakan dengan setia dan tanggung jawab setiap tugas atau pekerjaan yang dipercayakan kepada kita; jika kita peduli dan bertindak nyata atas kedukaan orang di sekitar kita; itu semua menandakan bahwa kita sudah menyambut Sabda Allah dengan baik dalam diri. Seperti para murid mendengar dan melihat, serta menunjukkan panggilan perutusan karena Sabda yang telah mereka alami; kita jika sudah melakukan beberapa hal di atas pun demikian. Namun bila yang terjadi sebaliknya, maka kita perlu bertanya pada diri: “Mengapa Sabda Allah yang sering saya dengar dan terima tidak berdaya guna”?
Untuk itu, marilah kita berdoa dan mohon kekuatan Roh Allah dan doa Santo Yoakim serta Santa Anna, orang tua Bunda Maria, supaya kita mempu merawat dan mengelola Sabda Allah dalam diri sehingga kita mampu menjadi pribadi yang berkenan bagi Allah, keluarga dan sesama.

Tuhan memberkati.

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...