Judul
Buku : The 7 Habits of Highly
Effective People (terj.)
Penulis : Stephen R. Covey
Penerbit : Dunamis Intra Sarana -
Jakarta
Tahun
Terbit : 2015
Salah satu buku paling
menginspirasi dan berpengaruh yang pernah ditulis, The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang
Sangat Efektif) telah memikat para pembacanya selama 25 tahun. Karya tulis
yang digarap oleh Stehen R. Covey ini menghadirkan “tips” bagi pribadi manusia
untuk dapat menjadi pribadi yang terus berkembang secara lebih maksimal supaya
tidak mengalami kemandegan kepribadian.
Stephen, dalam karyanya
ini menghadirkan tujuh jalan yang dapat dijadikan sebagai pedoman perkembangan
kepribadian. Dari ketujuh jalan atau lebih tepatnya “kebiasaan” itu dibagi ke
dalam 3 bagian utama. Bagian pertama adalah “Kemenangan Pribadi” yang meliputi
kebiasaan-kebiasaan: Jadilah Proaktif, Mulai dengan Tujuan Akhir dan Dahulukan
yang Utama. Bagian kedua adalah “Kemenangan Publik” yang meliputi
kebiasaan-kebiasaan: Berpikir Menang-menang, Berusaha Mengerti Lebih Dahulu
Baru Dimengerti dan Wujudkan Sinergi. Bagian ketiga adalah “Pembaruan” yang
tercapai dengan melakukan kebiasaan ketujuh, yakni: Asahlah Gergaji.
Bagian pertama yang memuat pencapaian untuk Kemenangan
Pribadi, dimulai dengan meng-konkretkan Kebiasan 1: Jadilah Proaktif. Salah
satu tindakan yang dapat dilatih terus menerus yang berkaitan dengan menjadi
pribadi yang proaktif adalah berani untuk berinisiatif, entah dengan ide-ide
atau pun tindakan yang menginspirasi. Proaktivitas merupakan bagian dari sifat
manusia, dan walaupun otot-otot proaktivitas kita mungkin sedang tertidur,
namun otak proaktif itu tetap ada (hal. 102). Selain menjadi pribadi yang
proaktif, kebiasaan selanjutnya – kebijakan kedua – dikonkretkan melalui Mulai
dengan Tujuan Akhir. Kebiasaan ini dibuat untuk melatih jiwa kepemimpinan dalam
diri yang termuat dalam prinsip-prinsip pokok. Kebiasaan ketiga sebagai penutup
dari bagian pertama adalah Dahulukan yang Utama. Prinsip-prinsip yang tertuang
dalam kebiasaan ketiga memuat beberapa prinsip tentang manajemen diri.
Penekanan yang ingin disampaikan adalah “hal-lah yang paling penting jangan
sampai dikalahkan oleh hal-hal yang sepele (Goethe)” (hal. 191).
Bagian kedua dalam The 7 Habits of Highly Effective People (7
Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif) adalah Kemenangan Publik. Kebiasaan
keempat yang diasah dalam bagian ini adalah Berpikir Menang-menang. Seni kepemimpinan
ini digunakan untuk menjalin relasi sosial antar pribadi. Kebiasaan keempat ini
membuat seorang pribadi untuk dapat menjadi orang yang mampu mengerti yang lain,
tanpa harus menjadikan dirinya “kalah”. Kebiasaan ini berkaitan dengan
kebiasaan yang kelima, yakni: Berusaha Mengerti Lebih Dahulu, Baru Dimengerti. Prinsip-prinsip
komunikasi yang empatik dipakai dalam pelaksanaan kebiasaan ini. Apa yang
dibuat dalam kebiasaan ini adalah berusaha untuk menjadi pendengar supaya dapat
mengerti dalam sebuah pengalaman perjumpaan. Meskipun berisiko dan sulit,
berusaha memahami lebih dahulu, atau mendiagnosis sebelum membuat resep adalah
prinsip yang tepat yang diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan (hal. 316). Dengan
melakukan kebiasaan keempat dan kelima, harapan yang terwujud adalah akan
membantu untuk mewujudkan kebiasaan yang keenam, yakni: Wujudkan Sinergi. Sinergi
dapat dibuat jika dalam hubungan antar pribadi terdapat semangat kerja sama
yang baik dan kreatif.
Kebiasaan ketujuh yang
menjadi penutup dalam buku ini adalah Asahlah Gergaji; memuat prinsip pembaruan
diri yang seimbang. Kebiasaan ini mengelilingi kebiasaan-kebiasaan yang lainnya
pada paradigma Tujuh Kebiasaan karena kebiasaan ini adalah kebiasaan yang
menjadikan kebiasaan-kebiasaan lainnya mungkin (hal. 374). Ada 4 dimensi yang
akan selalu terbarui dengan selalu “mengasah gergaji”: fisik, spiritual, mental
dan sosial/emosional.
The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan
Manusia yang Sangat Efektif)
adalah karya yang menginspirasi. Buku ini sangat baik dibaca bagi semua orang,
secara khusus bagi mereka yang ingin selalu membarui diri dengan memberdayakan
potensi yang sebenarnya sudah ada dan perlu untuk selalu “dibangungkan”.
Selamat membaca!