Senin, 09 April 2018


Judul Buku     :    The 7 Habits of Highly Effective People  (terj.)
Penulis            :    Stephen R. Covey
Penerbit          :    Dunamis Intra Sarana - Jakarta
Tahun Terbit  :    2015

Salah satu buku paling menginspirasi dan berpengaruh yang pernah ditulis, The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif) telah memikat para pembacanya selama 25 tahun. Karya tulis yang digarap oleh Stehen R. Covey ini menghadirkan “tips” bagi pribadi manusia untuk dapat menjadi pribadi yang terus berkembang secara lebih maksimal supaya tidak mengalami kemandegan kepribadian.
Stephen, dalam karyanya ini menghadirkan tujuh jalan yang dapat dijadikan sebagai pedoman perkembangan kepribadian. Dari ketujuh jalan atau lebih tepatnya “kebiasaan” itu dibagi ke dalam 3 bagian utama. Bagian pertama adalah “Kemenangan Pribadi” yang meliputi kebiasaan-kebiasaan: Jadilah Proaktif, Mulai dengan Tujuan Akhir dan Dahulukan yang Utama. Bagian kedua adalah “Kemenangan Publik” yang meliputi kebiasaan-kebiasaan: Berpikir Menang-menang, Berusaha Mengerti Lebih Dahulu Baru Dimengerti dan Wujudkan Sinergi. Bagian ketiga adalah “Pembaruan” yang tercapai dengan melakukan kebiasaan ketujuh, yakni: Asahlah Gergaji.
 Bagian pertama yang memuat pencapaian untuk Kemenangan Pribadi, dimulai dengan meng-konkretkan Kebiasan 1: Jadilah Proaktif. Salah satu tindakan yang dapat dilatih terus menerus yang berkaitan dengan menjadi pribadi yang proaktif adalah berani untuk berinisiatif, entah dengan ide-ide atau pun tindakan yang menginspirasi. Proaktivitas merupakan bagian dari sifat manusia, dan walaupun otot-otot proaktivitas kita mungkin sedang tertidur, namun otak proaktif itu tetap ada (hal. 102). Selain menjadi pribadi yang proaktif, kebiasaan selanjutnya – kebijakan kedua – dikonkretkan melalui Mulai dengan Tujuan Akhir. Kebiasaan ini dibuat untuk melatih jiwa kepemimpinan dalam diri yang termuat dalam prinsip-prinsip pokok. Kebiasaan ketiga sebagai penutup dari bagian pertama adalah Dahulukan yang Utama. Prinsip-prinsip yang tertuang dalam kebiasaan ketiga memuat beberapa prinsip tentang manajemen diri. Penekanan yang ingin disampaikan adalah “hal-lah yang paling penting jangan sampai dikalahkan oleh hal-hal yang sepele (Goethe)” (hal. 191).
Bagian kedua dalam The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif) adalah Kemenangan Publik. Kebiasaan keempat yang diasah dalam bagian ini adalah Berpikir Menang-menang. Seni kepemimpinan ini digunakan untuk menjalin relasi sosial antar pribadi. Kebiasaan keempat ini membuat seorang pribadi untuk dapat menjadi orang yang mampu mengerti yang lain, tanpa harus menjadikan dirinya “kalah”. Kebiasaan ini berkaitan dengan kebiasaan yang kelima, yakni: Berusaha Mengerti Lebih Dahulu, Baru Dimengerti. Prinsip-prinsip komunikasi yang empatik dipakai dalam pelaksanaan kebiasaan ini. Apa yang dibuat dalam kebiasaan ini adalah berusaha untuk menjadi pendengar supaya dapat mengerti dalam sebuah pengalaman perjumpaan. Meskipun berisiko dan sulit, berusaha memahami lebih dahulu, atau mendiagnosis sebelum membuat resep adalah prinsip yang tepat yang diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan (hal. 316). Dengan melakukan kebiasaan keempat dan kelima, harapan yang terwujud adalah akan membantu untuk mewujudkan kebiasaan yang keenam, yakni: Wujudkan Sinergi. Sinergi dapat dibuat jika dalam hubungan antar pribadi terdapat semangat kerja sama yang baik dan kreatif.
Kebiasaan ketujuh yang menjadi penutup dalam buku ini adalah Asahlah Gergaji; memuat prinsip pembaruan diri yang seimbang. Kebiasaan ini mengelilingi kebiasaan-kebiasaan yang lainnya pada paradigma Tujuh Kebiasaan karena kebiasaan ini adalah kebiasaan yang menjadikan kebiasaan-kebiasaan lainnya mungkin (hal. 374). Ada 4 dimensi yang akan selalu terbarui dengan selalu “mengasah gergaji”: fisik, spiritual, mental dan sosial/emosional.
The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif) adalah karya yang menginspirasi. Buku  ini sangat baik dibaca bagi semua orang, secara khusus bagi mereka yang ingin selalu membarui diri dengan memberdayakan potensi yang sebenarnya sudah ada dan perlu untuk selalu “dibangungkan”.
Selamat membaca!

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...