Senin, 07 Mei 2018


Judul Buku     :    Self-Leadership: Seni Memimpin Diri bagi Orang Lain
Penulis            :    Anand Krishna
Penerbit          :    Gramedia Pustaka Utama - Jakarta
Tahun Terbit  :    2017

Untuk menjadi seorang Pemimpin yang sejati, di mana pun, di bidang apa pun dan dalam skala apa pun, tak ada jalan lain bagi kita selain memulai dari dalam diri sendiri. Itu dapat tercapai dengan memulainya dari diri sendiri, dengan belajar memimpin diri, menguasai diri dan mengendalikan hawa nafsu yang kadang ingin menguasai diri. Jika kita belum dapat memimpin diri sendiri, maka jangan berharap bisa menjadi pemimpin bagi orang lain.
 Self-Leadership: Seni Memimpin Diri bagi Orang Lain menjadi panduan untuk dapat menuju pencapaian menjadi pemimpin sejati yang dimulai dari dalam diri sendiri. Karya Anand Krisna ini mengajak untuk menyadari bahwa setiap orang dapat menjadi pemimpin, hanya saja, untuk mencapainya dibutuhkan latihan dan seni. Latihan dan seni itu dipraktikkan dengan memimpin diri sendiri terlebih dahulu.
Latihan dan seni memimpin diri sendiri dimulai dengan belajar dari alam semesta sebagai Perguruan Tertinggi. Universe atau alam raya adalah universitas terbuka nan terbesar (hal. 6). Dari alam raya manusia dapat belajar sebagaimana yang pernah dibuat oleh para leluhur pada jaman dahulu. Para leluhur mampu membaca tanda-tanda alam sebab mereka hidup selaras dengan alam. Mereka belajar dari alam, mereka mencintai alam, mereka tidak pernah merusak alam – dan alam pun memberi respon serupa (hal. 7). “Nilai-nilai luhur hasil pengamatan mereka terhadap kinerja alam yang kemudian dijadikan pedoman hidup (hal. 17)” inilah yang disebut dengan Asta Brata atau Ashta Vrata (Sanskrit).
Mastery over self atau menguasai diri merupakan jalan utama untuk belajar memimpin diri: “It is absurd that a man should rule others who cannot rule himself” (hal. 61). Inilah pengendalian diri. Inilah sebuah perjuangan tinggi. Hal yang perlu dibuat adalah mengendalikan hawa nafsu, barulah terjun ke tengah masyarakat bukan untuk memimpin, tetapi untuk melayani. Seorang pemimpin sejati sesungguhnya seorang pelayan, seorang pengabdi tanpa pamrih (hal. 65)! Selain menjadi pelayan, seorang pemimpin hendaknya memiliki pendidikan yang berwawasan. Pendidikan di sini tidak hanya sebatas pendidikan pada konsep logika atau penalaran, namun juga memuat pendidikan yang bernuansa character building.
Seorang pemimpin sejati juga adalah orang yang berbudaya. Seorang yang berbudaya adalah seorang yang berpikiran jernih, berperasaan halus dan wataknya berlandaskan kasih (hal. 130). Ia pun memiliki kepercayaan diri. Seorang pemimpin sejati tidak takut menghadapi orang-orang yang berpandangan lain, berpandangan berbeda bahkan yang berseberangan dengan dirinya, karena ia percaya diri (hal. 155). Meski demikian, ia tetap berusaha untuk terbuka; belajar dari setiap orang dan tidak keras kepala. Ia tidak takut mengubah pandangannya jika memang terbukti bahwa pandangan lain lebih tepat atau lebih baik (hal. 155).  
Dari pelbagai latihan dan seni yang termuat dalam buku ini, Anand berharap akan banyak lahir para pemimpin sejati yang baru. Para pemimpin itu diharap memiliki pengendalian diri, semangat untuk melayani, kemampuan untuk mengoreksi diri serta menguasai seni kepemimpinan yang pada akhirnya akan membuat masyarakat, bangsa dan negara menjadi lebih beradab dan sejahtera.
Mau menjadi Pemimpin Sejati?

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...