Judul
Buku : Self-Leadership: Seni Memimpin Diri bagi Orang Lain
Penulis : Anand Krishna
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama -
Jakarta
Tahun
Terbit : 2017
Untuk menjadi seorang
Pemimpin yang sejati, di mana pun, di bidang apa pun dan dalam skala apa pun,
tak ada jalan lain bagi kita selain memulai dari dalam diri sendiri. Itu dapat
tercapai dengan memulainya dari diri sendiri, dengan belajar memimpin diri,
menguasai diri dan mengendalikan hawa nafsu yang kadang ingin menguasai diri.
Jika kita belum dapat memimpin diri sendiri, maka jangan berharap bisa menjadi
pemimpin bagi orang lain.
Self-Leadership:
Seni Memimpin Diri bagi Orang Lain
menjadi panduan untuk dapat menuju pencapaian menjadi pemimpin sejati yang
dimulai dari dalam diri sendiri. Karya Anand Krisna ini mengajak untuk
menyadari bahwa setiap orang dapat menjadi pemimpin, hanya saja, untuk mencapainya
dibutuhkan latihan dan seni. Latihan dan seni itu dipraktikkan dengan memimpin
diri sendiri terlebih dahulu.
Latihan dan seni
memimpin diri sendiri dimulai dengan belajar dari alam semesta sebagai
Perguruan Tertinggi. Universe atau
alam raya adalah universitas terbuka nan terbesar (hal. 6). Dari alam raya
manusia dapat belajar sebagaimana yang pernah dibuat oleh para leluhur pada
jaman dahulu. Para leluhur mampu membaca tanda-tanda alam sebab mereka hidup
selaras dengan alam. Mereka belajar dari alam, mereka mencintai alam, mereka
tidak pernah merusak alam – dan alam pun memberi respon serupa (hal. 7). “Nilai-nilai
luhur hasil pengamatan mereka terhadap kinerja alam yang kemudian dijadikan
pedoman hidup (hal. 17)” inilah yang disebut dengan Asta Brata atau Ashta Vrata
(Sanskrit).
Mastery over self atau menguasai diri merupakan jalan utama untuk
belajar memimpin diri: “It is absurd that
a man should rule others who cannot rule himself” (hal. 61). Inilah
pengendalian diri. Inilah sebuah perjuangan tinggi. Hal yang perlu dibuat
adalah mengendalikan hawa nafsu, barulah terjun ke tengah masyarakat bukan
untuk memimpin, tetapi untuk melayani. Seorang pemimpin sejati sesungguhnya
seorang pelayan, seorang pengabdi tanpa pamrih (hal. 65)! Selain menjadi
pelayan, seorang pemimpin hendaknya memiliki pendidikan yang berwawasan.
Pendidikan di sini tidak hanya sebatas pendidikan pada konsep logika atau penalaran,
namun juga memuat pendidikan yang bernuansa character
building.
Seorang pemimpin sejati
juga adalah orang yang berbudaya. Seorang yang berbudaya adalah seorang yang
berpikiran jernih, berperasaan halus dan wataknya berlandaskan kasih (hal.
130). Ia pun memiliki kepercayaan diri. Seorang pemimpin sejati tidak takut
menghadapi orang-orang yang berpandangan lain, berpandangan berbeda bahkan yang
berseberangan dengan dirinya, karena ia percaya diri (hal. 155). Meski
demikian, ia tetap berusaha untuk terbuka; belajar dari setiap orang dan tidak
keras kepala. Ia tidak takut mengubah pandangannya jika memang terbukti bahwa
pandangan lain lebih tepat atau lebih baik (hal. 155).
Dari pelbagai latihan
dan seni yang termuat dalam buku ini, Anand berharap akan banyak lahir para
pemimpin sejati yang baru. Para pemimpin itu diharap memiliki pengendalian
diri, semangat untuk melayani, kemampuan untuk mengoreksi diri serta menguasai
seni kepemimpinan yang pada akhirnya akan membuat masyarakat, bangsa dan negara
menjadi lebih beradab dan sejahtera.
Mau menjadi Pemimpin
Sejati?