SADAR RAHMAT
TUHAN
Renungan Singkat Dehonian (26 Juli 2018)
Mat 13: 16-17
Saudara-saudari yang diberkati, Yesus Tuhan kita pada
hari ini mengundang para murid untuk menyadari kehadiran rahmat Allah yang
sudah mereka terima. Rahmat Allah itu nyata di hadapan dan bersama mereka,
yakni kehadiran Yesus sendiri. Yesus Kristus, Sang Mesias yang dinantikan, kala
itu sudah hadir di hadapan dan bahkan menjalani kebersamaan hidup selama
beberapa tahun bersama dengan mereka.
Penegasan Yesus kepada mereka: “Berbahagialah matamu
karena telah melihat, berbahagialah telingamu karena telah mendengar” menunjuk
pada undangan penyadaran secara manusiawi. Kehadiran rahmat Allah yang para
murid sudah miliki adalah kehadiran rahmat manusiawi; kehadiran rahmat yang
bukan tidak dapat dialami, tetapi kehadiran yang sungguh dapat dialami secara
inderawi (dengan mata dan telinga).
Mata dan telinga adalah dua alat tubuh manusia yang
mempunyai fungsi untuk mengetahui keadaan luar dari tubuh manusia itu sendiri.
Mata adalah indera yang memiliki fungsi untuk melihat lingkungan sekitarnya
dalam bentuk gambar. Menggunakan mata, manusia bisa mengenali dan mendefinisikan
benda-benda serta orang-orang yang ada di sekitarnya dengan cepat. Telinga
merupakan alat indera manusia yang berfungsi untuk mendengar bunyi atau suara
yang ada di sekitar. Telinga adalah indera pendengar yang menerima rangsangan
berupa bunyi atau suara. Untuk menunjang kerja telinga, Tuhan memberikan daun
telinga yang mempunyai fungsi untuk menangkap dan mengumpulkan gelombang bunyi
atau suara sehingga bunyi atau suara dapat didengar dengan lebih jelas.
Penegasan Yesus
kepada murid untuk menggunakan mata dan telinga dengan baik merupakan bentuk
undangan agar mereka sungguh menyadari apa yang sudah mereka lihat dan apa yang
sudah mereka dengar dari kehadiran Guru Sejati mereka. Kesadaran akan Rahmat
yang saat itu berada dan bersama dengan mereka – yang dapat dialami melalui
alat inderawi – menjadi modal utama untuk berbahagia. Mereka berbahagia karena
bisa melihat kehadiran Allah secara manusiawi; dapat dilihat dengan mata. Mereka
berbahagia karena bisa mendengar Sabda Allah secara manusiawi; dapat didengar
menggunakan telinga.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, ada teladan dari
dua orang kudus yang mampu menggunakan mata dan telinga mereka untuk menyadari
kehadiran rahmat dalam hidup. Mereka adalah Santo Yoakim dan Santa Anna, orang
tua Santa Perawan Maria yang kita rayakan pada tanggal ini. Dalam buku-buku
umat Kristen abad kedua, nama Anna sangat harum. Diceritakan bahwa sejak
perkawinannya dengan Yoakim, Anna tiada henti mengharapkan rahmat karunia Allah
berupa seorang anak. Cukup lama ia menantikan karunia anak itu. Karena itu
diceritakan bahwa ia tiada putus asa berdoa kepada Allah agar mendengar
harapannya. Setiap tahun, Anna bersama Yoakim, suaminya, berziarah ke Bait
Allah (Yerusalem) untuk berdoa. Dalam doa ia berjanji kalau Tuhan
menganugerahkan anak kepada mereka, maka anak itu akan dipersembahkan kembali
kepada Allah. Allah mendengar doa Anna dan juga Yoakim. Allah menganugerahkan
rahmat kepada mereka dengan melahirkan seorang anak perempuan yang manis.
Inilah kehadiran rahmat Allah yang dapat dilihat dan didengar secara manusiawi.
Bayi itu diberi nama Maria yang kemudian dipersembahkan kembali kepada Allah.
Maria inilah yang akan mengandung dan melahirkan Putera Allah, yakni Yesus
Kristus, Tuhan kita.
Saudara-saudariku yang diberkati, dalam kesempatan
hari ini kita pun mendapat undangan Tuhan Yesus: “Berbahagialah matamu karena
telah melihat, berbahagialah telingamu karena telah mendengar”. Ia mengajak
kita untuk menggunakan mata dan telinga supaya menyadari kehadiran rahmat yang
sudah kita terima. Kadang karena kesibukan dan keinginan-nafsu yang tanpa
batas, kita lupa bahwa setiap kali Allah mengasihi kita dengan memberikan
rahmat-Nya. Kita kadang lebih tak acuh terhadap rahmat-Nya.
Pertanyaan yang patut kita renungkan adalah: “Sadarkah
kita terhadap rahmat Allah yang sudah kita terima selama ini? Rahmat itu dapat
berupa kehidupan, kesehatan, keluarga, pekerjaan, makanan, sahabat dan lainnya.
Kita patut sadar akan rahmat itu semua. Kesadaran itu yang membuat kita untuk selalu
bersyukur dan kemudian menggerakkan hati mengucap terima kasih kepada-Nya
dengan berkata: Tuhan, terima kasih atas rahmat-Mu selama hari yang lalu, hari
ini dan esok.
Semoga Hati Kudus Yesus senantiasa merajai hati
saudara dan saudari. Amin!