Selasa, 17 Juli 2018


SADAR RAHMAT TUHAN
    
Renungan Singkat Dehonian (26 Juli 2018)
Mat 13: 16-17


Saudara-saudari yang diberkati, Yesus Tuhan kita pada hari ini mengundang para murid untuk menyadari kehadiran rahmat Allah yang sudah mereka terima. Rahmat Allah itu nyata di hadapan dan bersama mereka, yakni kehadiran Yesus sendiri. Yesus Kristus, Sang Mesias yang dinantikan, kala itu sudah hadir di hadapan dan bahkan menjalani kebersamaan hidup selama beberapa tahun bersama dengan mereka.
Penegasan Yesus kepada mereka: “Berbahagialah matamu karena telah melihat, berbahagialah telingamu karena telah mendengar” menunjuk pada undangan penyadaran secara manusiawi. Kehadiran rahmat Allah yang para murid sudah miliki adalah kehadiran rahmat manusiawi; kehadiran rahmat yang bukan tidak dapat dialami, tetapi kehadiran yang sungguh dapat dialami secara inderawi (dengan mata dan telinga).
Mata dan telinga adalah dua alat tubuh manusia yang mempunyai fungsi untuk mengetahui keadaan luar dari tubuh manusia itu sendiri. Mata adalah indera yang memiliki fungsi untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar. Menggunakan mata, manusia bisa mengenali dan mendefinisikan benda-benda serta orang-orang yang ada di sekitarnya dengan cepat. Telinga merupakan alat indera manusia yang berfungsi untuk mendengar bunyi atau suara yang ada di sekitar. Telinga adalah indera pendengar yang menerima rangsangan berupa bunyi atau suara. Untuk menunjang kerja telinga, Tuhan memberikan daun telinga yang mempunyai fungsi untuk menangkap dan mengumpulkan gelombang bunyi atau suara sehingga bunyi atau suara dapat didengar dengan lebih jelas.
 Penegasan Yesus kepada murid untuk menggunakan mata dan telinga dengan baik merupakan bentuk undangan agar mereka sungguh menyadari apa yang sudah mereka lihat dan apa yang sudah mereka dengar dari kehadiran Guru Sejati mereka. Kesadaran akan Rahmat yang saat itu berada dan bersama dengan mereka – yang dapat dialami melalui alat inderawi – menjadi modal utama untuk berbahagia. Mereka berbahagia karena bisa melihat kehadiran Allah secara manusiawi; dapat dilihat dengan mata. Mereka berbahagia karena bisa mendengar Sabda Allah secara manusiawi; dapat didengar menggunakan telinga.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, ada teladan dari dua orang kudus yang mampu menggunakan mata dan telinga mereka untuk menyadari kehadiran rahmat dalam hidup. Mereka adalah Santo Yoakim dan Santa Anna, orang tua Santa Perawan Maria yang kita rayakan pada tanggal ini. Dalam buku-buku umat Kristen abad kedua, nama Anna sangat harum. Diceritakan bahwa sejak perkawinannya dengan Yoakim, Anna tiada henti mengharapkan rahmat karunia Allah berupa seorang anak. Cukup lama ia menantikan karunia anak itu. Karena itu diceritakan bahwa ia tiada putus asa berdoa kepada Allah agar mendengar harapannya. Setiap tahun, Anna bersama Yoakim, suaminya, berziarah ke Bait Allah (Yerusalem) untuk berdoa. Dalam doa ia berjanji kalau Tuhan menganugerahkan anak kepada mereka, maka anak itu akan dipersembahkan kembali kepada Allah. Allah mendengar doa Anna dan juga Yoakim. Allah menganugerahkan rahmat kepada mereka dengan melahirkan seorang anak perempuan yang manis. Inilah kehadiran rahmat Allah yang dapat dilihat dan didengar secara manusiawi. Bayi itu diberi nama Maria yang kemudian dipersembahkan kembali kepada Allah. Maria inilah yang akan mengandung dan melahirkan Putera Allah, yakni Yesus Kristus, Tuhan kita.
Saudara-saudariku yang diberkati, dalam kesempatan hari ini kita pun mendapat undangan Tuhan Yesus: “Berbahagialah matamu karena telah melihat, berbahagialah telingamu karena telah mendengar”. Ia mengajak kita untuk menggunakan mata dan telinga supaya menyadari kehadiran rahmat yang sudah kita terima. Kadang karena kesibukan dan keinginan-nafsu yang tanpa batas, kita lupa bahwa setiap kali Allah mengasihi kita dengan memberikan rahmat-Nya. Kita kadang lebih tak acuh terhadap rahmat-Nya.
Pertanyaan yang patut kita renungkan adalah: “Sadarkah kita terhadap rahmat Allah yang sudah kita terima selama ini? Rahmat itu dapat berupa kehidupan, kesehatan, keluarga, pekerjaan, makanan, sahabat dan lainnya. Kita patut sadar akan rahmat itu semua. Kesadaran itu yang membuat kita untuk selalu bersyukur dan kemudian menggerakkan hati mengucap terima kasih kepada-Nya dengan berkata: Tuhan, terima kasih atas rahmat-Mu selama hari yang lalu, hari ini dan esok.

Semoga Hati Kudus Yesus senantiasa merajai hati saudara dan saudari. Amin!


La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...