EKARISTI ADALAH
BERKAT UNTUK BERBAGI
Renungan Singkat Dehonian (26 Agustus 2018)
Yoh 6: 60-69
Ketika awal masuk di
seminari menengah, saya bersama dengan para seminaris yang lain diajari lagu
adorasi dan atau salve (penyembahan atau
pujian) kepada Sakramen Mahakudus, yang diambil dari madah “Tantum Ergo” karya Santo Thomas Aquias.
Kutipan dari lagu itu adalah sebagai berikut:
Sakramen seagung ini,
kusembah dan kupuji
Cara lama telah ganti, telah
diperbarui
Iman yang menolong budi, indera
tidak mencukupi
Allah Bapa serta Putera,
dipujilah bersama
Salam sembah dan kuasa,
serta hormat pada-Nya
Roh Kudus yang diutus-Nya,
pujaan yang setara.
Lagu tersebut ingin mengatakan bahwa Yesus Kristus
yang dihadirkan dalam Hosti Kudus adalah Sakramen Mahakudus. Kehadiran Kristus
dalam Sakramen adalah kehadiran yang dapat dialami bukan dalam penalaran atau
pemahaman manusia, melainkan dalam pemahaman iman. Dalam iman akan kehadiran
Kristus secara nyata dalam Ekaristi, Gereja (kita) menyembah dan menghormati
Sakramen Mahakudus. Dalam hal ini, Santo Yohanes Paulus II memberi kesaksian
bahwa penyembahan (kepada Sakramen Mahakudus) tidak boleh berhenti; tidak ada
waktu yang lebih berharga dari pada datang kehadapan Sakramen cinta kasih
Yesus, dalam penyembahan dan kontemplasi, dengan penuh iman; dan siap menjadi
silih atas dosa-dosa dunia.
Dalam setiap Perayaan Ekaristi, Kristus hadir secara
istimewa. Di dalam Ekaristi itu pula, Kristus hadir dalam rupa roti dan anggur.
Dalam doa konsekrasi, Kristus sendiri hadir untuk mengubah bahan persembahan
roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Imam, yang mengucapkan doa
konsekrasi, bertindak in persona Christi
(bertindak dalam pribadi Kristus), sehingga di sini Kristus sendirilah yang
merubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Roti dan anggur diubah
karena berkat; daya berkat yang melampaui pemahaman kodrat manusiawi.
Di hadapan Tubuh dan Darah Kristus, yang berupa roti
dan anggur, indera manusiawi tidak lagi mencukupi untuk memahami. Di hadapan
misteri ini, kemampuan pemahaman manusiawi tidak dapat diandalkan. Hanya iman
yang bisa menolong. Tanpa adanya iman, tidak mungkin kita bisa memiliki
keyakinan akan kehadiran Yesus Kristus dalam Ekaristi. Yang ingin ditekankan di
sini adalah bahwa kehadiran Kristus bukan dipahami secara logika pemahaman
manusia, tetapi berdasarkan pada iman. Jika berhadapan dengan misteri Ilahi
itu, manusia hanya berusaha memahaminya dengan pemahaman manusiawi, maka yang
terjadi adalah akan ada banyak orang yang menolak: “Mana mungkin roti dan
anggur itu adalah Tubuh dan Darah-Nya”? Akan ada banyak orang yang menolak
Sabda Yesus: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di
dalam Aku dan Aku di dalam dia”. Orang-orang yang menolak dan tidak memahami
kehadiran Kristus dalam Ekaristi akan berkata: “Perkataan ini keras, siapakah
yang sanggup mendengarkannya”?
Injil pada hari ini
mengundang kita agar memiliki kesadaran iman untuk memahami Tuhan Yesus Kristus
dalam Sakramen Ekaristi setiap kali kita merayakannya. Kita diundang untuk
menggunakan mata iman kita, memahami kehadiran Kristus, Tubuh dan Darah-Nya,
dalam rupa roti dan anggur. Kehadiran-Nya itulah yang dalam setiap Perayaan
Ekaristi dihadirkan supaya kita dapat mengalami, mencecap dan menerima-Nya
sehingga kehadiran-Nya (dalam komuni yang kita terima) dapat memberikan berkat
keselamatan bagi kita. Berkat itulah yang memberikan kita keselamatan.
Kehadiran Kristus tersebut disantap oleh kita, kaum
beriman, dalam komuni suci, sehingga masuk dan menyatu dengan kita. Kehadiran
Kristus itu pula yang diharapkan menjadi daya pacu dan picu kita untuk
membagikan rahmat Kristus kepada sesama. Sebagaimana Yesus Kristus telah
memberikan rahmat keselamatan kepada kita, maka kita pun diundang untuk
membagikan rahmat itu kepada sesama.
Berdasarkan permenungan
Injil pada hari ini, ada dua pertanyaan yang patut kita renungkan. Pertama adalah: Apakah kita sungguh
mencintai Perayaan Ekaristi? Memiliki waktu untuk merayakannya? Pertanyaan kedua: Apakah Ekaristi sudah
menggerakkan kita untuk juga berbagi berkat kepada sesama? Berkat dapat dilakukan
dengan berbagi senyum, berbagi pengampungan, berbagi makanan, berbagi dari apa yang kita miliki kepada yang lebih membutuhkan.
Semoga Hati Kudus Yesus senantiasa merajai hati
kita. Amin!