Jumat, 17 Agustus 2018


EKARISTI ADALAH BERKAT UNTUK BERBAGI
    
Renungan Singkat Dehonian (26 Agustus 2018)
Yoh 6: 60-69


Ketika awal masuk di seminari menengah, saya bersama dengan para seminaris yang lain diajari lagu adorasi dan atau salve (penyembahan atau pujian) kepada Sakramen Mahakudus, yang diambil dari madah “Tantum Ergo” karya Santo Thomas Aquias. Kutipan dari lagu itu adalah sebagai berikut:

Sakramen seagung ini, kusembah dan kupuji
Cara lama telah ganti, telah diperbarui
Iman yang menolong budi, indera tidak mencukupi

Allah Bapa serta Putera, dipujilah bersama
Salam sembah dan kuasa, serta hormat pada-Nya
Roh Kudus yang diutus-Nya, pujaan yang setara.

Lagu tersebut ingin mengatakan bahwa Yesus Kristus yang dihadirkan dalam Hosti Kudus adalah Sakramen Mahakudus. Kehadiran Kristus dalam Sakramen adalah kehadiran yang dapat dialami bukan dalam penalaran atau pemahaman manusia, melainkan dalam pemahaman iman. Dalam iman akan kehadiran Kristus secara nyata dalam Ekaristi, Gereja (kita) menyembah dan menghormati Sakramen Mahakudus. Dalam hal ini, Santo Yohanes Paulus II memberi kesaksian bahwa penyembahan (kepada Sakramen Mahakudus) tidak boleh berhenti; tidak ada waktu yang lebih berharga dari pada datang kehadapan Sakramen cinta kasih Yesus, dalam penyembahan dan kontemplasi, dengan penuh iman; dan siap menjadi silih atas dosa-dosa dunia.
Dalam setiap Perayaan Ekaristi, Kristus hadir secara istimewa. Di dalam Ekaristi itu pula, Kristus hadir dalam rupa roti dan anggur. Dalam doa konsekrasi, Kristus sendiri hadir untuk mengubah bahan persembahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Imam, yang mengucapkan doa konsekrasi, bertindak in persona Christi (bertindak dalam pribadi Kristus), sehingga di sini Kristus sendirilah yang merubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Roti dan anggur diubah karena berkat; daya berkat yang melampaui pemahaman kodrat manusiawi.
Di hadapan Tubuh dan Darah Kristus, yang berupa roti dan anggur, indera manusiawi tidak lagi mencukupi untuk memahami. Di hadapan misteri ini, kemampuan pemahaman manusiawi tidak dapat diandalkan. Hanya iman yang bisa menolong. Tanpa adanya iman, tidak mungkin kita bisa memiliki keyakinan akan kehadiran Yesus Kristus dalam Ekaristi. Yang ingin ditekankan di sini adalah bahwa kehadiran Kristus bukan dipahami secara logika pemahaman manusia, tetapi berdasarkan pada iman. Jika berhadapan dengan misteri Ilahi itu, manusia hanya berusaha memahaminya dengan pemahaman manusiawi, maka yang terjadi adalah akan ada banyak orang yang menolak: “Mana mungkin roti dan anggur itu adalah Tubuh dan Darah-Nya”? Akan ada banyak orang yang menolak Sabda Yesus: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”. Orang-orang yang menolak dan tidak memahami kehadiran Kristus dalam Ekaristi akan berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya”?
Injil pada hari ini mengundang kita agar memiliki kesadaran iman untuk memahami Tuhan Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi setiap kali kita merayakannya. Kita diundang untuk menggunakan mata iman kita, memahami kehadiran Kristus, Tubuh dan Darah-Nya, dalam rupa roti dan anggur. Kehadiran-Nya itulah yang dalam setiap Perayaan Ekaristi dihadirkan supaya kita dapat mengalami, mencecap dan menerima-Nya sehingga kehadiran-Nya (dalam komuni yang kita terima) dapat memberikan berkat keselamatan bagi kita. Berkat itulah yang memberikan kita keselamatan.
Kehadiran Kristus tersebut disantap oleh kita, kaum beriman, dalam komuni suci, sehingga masuk dan menyatu dengan kita. Kehadiran Kristus itu pula yang diharapkan menjadi daya pacu dan picu kita untuk membagikan rahmat Kristus kepada sesama. Sebagaimana Yesus Kristus telah memberikan rahmat keselamatan kepada kita, maka kita pun diundang untuk membagikan rahmat itu kepada sesama.
Berdasarkan permenungan Injil pada hari ini, ada dua pertanyaan yang patut kita renungkan. Pertama adalah: Apakah kita sungguh mencintai Perayaan Ekaristi? Memiliki waktu untuk merayakannya? Pertanyaan kedua: Apakah Ekaristi sudah menggerakkan kita untuk juga berbagi berkat kepada sesama? Berkat dapat dilakukan dengan berbagi senyum, berbagi pengampungan, berbagi makanan, berbagi dari apa yang kita miliki kepada yang lebih membutuhkan.

Semoga Hati Kudus Yesus senantiasa merajai hati kita. Amin!

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...