ANDALKAN TUHAN
DALAM PERUTUSAN
Renungan Singkat Dehonian
Luk 9: 1-6
Vivat
cor Iesu per cor Mariae
Terpujilah Hati Yesus melalui hati Maria.
Saudara-saudariku yang diberkati Tuhan, ketika saya
menjalankan tugas perutusan di sebuah paroki dalam lingkup Keuskupan Agung
Palembang – Sumatera Selatan, ada sebuah kisah menarik yang saya miliki. Kisah
itu merupakan pengalaman kebersamaan dengan komunitas atau paguyuban para
prodiakon paroki yang selalu mengadakan pertemuan rutin. Dalam pertemuan rutin
itu, mereka belajar bersama untuk mendalami ajaran iman Katolik. Yang baik dari
pertemuan rutin itu adalah bagaimana para prodiakon itu konsisten berkumpul
sebagai sebuah tim yang saling menguatkan dan meneguhkan.
Di balik pengalaman kebersamaan dalam paguyuban itu,
ada seorang prodiakon yang berkisah. Ia menceritakan tentang bagaimana ia
menjalankan setiap tugas perutusan yang dipercayakan kepadanya; baik itu
memimpin ibadat Sabda di stasi maupun ibadat-ibadat di lingkungan. Yang menarik
adalah bahwa setiap sebelum menjalankan tugas perutusan, ia berdoa. Ia berdoa
kepada Tuhan agar memberkati dan mendampingi tugas yang akan ia laksanakan.
Bagi saya, pengalaman tersebut merupakan sebuah pengalaman iman; pengalaman
iman penyerahan. Ia berdoa berarti menyerahkan segala rencana perutusan sembari
memohon agar Tuhan pun memberikan berkat pendampingan.
Saudara-saudariku yang terkasih, jika Tuhan pada hari
ini mengatakan kepada para murid yang Ia utus: “Jangan membawa apa-apa dalam
perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai
baju”; itu hendak mengatakan bahwa setiap orang yang diutus oleh Tuhan
hendaknya tidak hanya mengandalkan keperluan-keperluan duniawi, melainkan
pertama-tama hendaknya mengandalkan Tuhan yang akan senantiasa mencukupi
kebutuhan dalam tugas perutusan. Mengandalkan Tuhan dalam tugas perutusan itulah
yang sejatinya dilakukan oleh prodiakon tadi. Bagi saya, kesadarannya sebagai
manusia biasa – awam yang dipercaya untuk membantu tugas pewartaan dan
pelayanan Gereja – menjadikannya mampu untuk mengandalkan kuasa Tuhan yang
tidak akan meninggalkannya sendirian. Ia melepas keegoan yang kadang ingin
mengandalkan diri dan keperluan-keperluan duniawi saja.
Lantas, adakah tantangan yang dihadapi prodiakon itu
dalam melaksanakan tugas perutusan? Sabda Tuhan pada hari ini mengatakan: “Dan
apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu
berangkat dari situ. Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu,
keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai
peringatan terhadap mereka”. Dari sabda ini mau mengatakan bahwa setiap orang
yang menjadi utusan Tuhan pasti akan mengalami banyak tantangan; misalnya
tantangan untuk tidak diterima. Begitu pula dengan prodiakon yang saya
kisahkan. Mengingat jalan atau medan pewartaan yang cukup sulit dan juga kurang
mendukungnya situasi keamanan merupakan bagian dari tantangan yang harus
dihadapi.
Pertanyaannya adalah “Apakah pengalaman itu membuatnya
mundur” Tidak! Sebagai seorang yang diutus untuk menjadi pewarta iman, sebagai
seorang yang memiliki keyakinan iman dan sebagai seorang beriman yang menyadari
kehadiran Tuhan yang menyertai dalam setiap tugas perutusan, menjadikannya
tetap terus berkarya.
Saudara-saudariku yang terkasih, kisah prodiakon tadi menjadi
inspirasi bagi kita. Kita diundang untuk siap menjadi pelaksana pelanjutan
karya Tuhan pada situasi serta tempat kita masing-masing, baik itu dalam keluarga,
komunitas, lingkungan, tempat kerja, di mana serta dengan siapa saja kita
berada. Contoh menjadi pewarta pelanjutan karya Tuhan adalah menghadirkan diri
sebagai pemimpin yang baik, sebagai orang yang mewujudkan kata dan tindakan
yang patut dicontoh, dan sebagai orang yang memiliki hati lapang untuk mampu
mengatakan: “terima kasih, aku memafkankanmu, aku meminta maaf”.
Kita tidak sendirian, ada keluarga, teman dan sahabat
yang selalu ada mendukung kita. Di atas mereka semua, ada Dia, Yesus Tuhan yang
akan siap membantu jika kita tetap mengandalkan-Nya.
Semoga, Hati Kudus Yesus senantiasa merajai hati
saudara dan saudari sekalian. Amin!