Senin, 10 September 2018


ANDALKAN TUHAN DALAM PERUTUSAN
    
Renungan Singkat Dehonian
Luk 9: 1-6


Vivat cor Iesu per cor Mariae
Terpujilah Hati Yesus melalui hati Maria.

Saudara-saudariku yang diberkati Tuhan, ketika saya menjalankan tugas perutusan di sebuah paroki dalam lingkup Keuskupan Agung Palembang – Sumatera Selatan, ada sebuah kisah menarik yang saya miliki. Kisah itu merupakan pengalaman kebersamaan dengan komunitas atau paguyuban para prodiakon paroki yang selalu mengadakan pertemuan rutin. Dalam pertemuan rutin itu, mereka belajar bersama untuk mendalami ajaran iman Katolik. Yang baik dari pertemuan rutin itu adalah bagaimana para prodiakon itu konsisten berkumpul sebagai sebuah tim yang saling menguatkan dan meneguhkan.
Di balik pengalaman kebersamaan dalam paguyuban itu, ada seorang prodiakon yang berkisah. Ia menceritakan tentang bagaimana ia menjalankan setiap tugas perutusan yang dipercayakan kepadanya; baik itu memimpin ibadat Sabda di stasi maupun ibadat-ibadat di lingkungan. Yang menarik adalah bahwa setiap sebelum menjalankan tugas perutusan, ia berdoa. Ia berdoa kepada Tuhan agar memberkati dan mendampingi tugas yang akan ia laksanakan. Bagi saya, pengalaman tersebut merupakan sebuah pengalaman iman; pengalaman iman penyerahan. Ia berdoa berarti menyerahkan segala rencana perutusan sembari memohon agar Tuhan pun memberikan berkat pendampingan.
Saudara-saudariku yang terkasih, jika Tuhan pada hari ini mengatakan kepada para murid yang Ia utus: “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju”; itu hendak mengatakan bahwa setiap orang yang diutus oleh Tuhan hendaknya tidak hanya mengandalkan keperluan-keperluan duniawi, melainkan pertama-tama hendaknya mengandalkan Tuhan yang akan senantiasa mencukupi kebutuhan dalam tugas perutusan. Mengandalkan Tuhan dalam tugas perutusan itulah yang sejatinya dilakukan oleh prodiakon tadi. Bagi saya, kesadarannya sebagai manusia biasa – awam yang dipercaya untuk membantu tugas pewartaan dan pelayanan Gereja – menjadikannya mampu untuk mengandalkan kuasa Tuhan yang tidak akan meninggalkannya sendirian. Ia melepas keegoan yang kadang ingin mengandalkan diri dan keperluan-keperluan duniawi saja.
Lantas, adakah tantangan yang dihadapi prodiakon itu dalam melaksanakan tugas perutusan? Sabda Tuhan pada hari ini mengatakan: “Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka”. Dari sabda ini mau mengatakan bahwa setiap orang yang menjadi utusan Tuhan pasti akan mengalami banyak tantangan; misalnya tantangan untuk tidak diterima. Begitu pula dengan prodiakon yang saya kisahkan. Mengingat jalan atau medan pewartaan yang cukup sulit dan juga kurang mendukungnya situasi keamanan merupakan bagian dari tantangan yang harus dihadapi.
Pertanyaannya adalah “Apakah pengalaman itu membuatnya mundur” Tidak! Sebagai seorang yang diutus untuk menjadi pewarta iman, sebagai seorang yang memiliki keyakinan iman dan sebagai seorang beriman yang menyadari kehadiran Tuhan yang menyertai dalam setiap tugas perutusan, menjadikannya tetap terus berkarya.
Saudara-saudariku yang terkasih, kisah prodiakon tadi menjadi inspirasi bagi kita. Kita diundang untuk siap menjadi pelaksana pelanjutan karya Tuhan pada situasi serta tempat kita masing-masing, baik itu dalam keluarga, komunitas, lingkungan, tempat kerja, di mana serta dengan siapa saja kita berada. Contoh menjadi pewarta pelanjutan karya Tuhan adalah menghadirkan diri sebagai pemimpin yang baik, sebagai orang yang mewujudkan kata dan tindakan yang patut dicontoh, dan sebagai orang yang memiliki hati lapang untuk mampu mengatakan: “terima kasih, aku memafkankanmu, aku meminta maaf”.
Kita tidak sendirian, ada keluarga, teman dan sahabat yang selalu ada mendukung kita. Di atas mereka semua, ada Dia, Yesus Tuhan yang akan siap membantu jika kita tetap mengandalkan-Nya.

Semoga, Hati Kudus Yesus senantiasa merajai hati saudara dan saudari sekalian. Amin!

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...