BERSYUKUR DAN
MENJADI TANDA KASIH
Luk 12: 54-59
Saudara-saudariku yang diberkati Tuhan, saya tertarik
ketika memerhatikan beberapa penumpang dalam bis yang biasa saya naiki ketika
berangkat atau pulang kuliah. Sebagian besar dari mereka ketika sudah sampai di
stasiun yang dituju, dan saat hendak meninggalkan bis, berkata kepada sopir: “Merci”
(“Terimakasih”) atau juga dengan berkata “Merci, au revoir” (“Terima kasih,
jumpa kembali”). Begitulah kebiasaan penumpang yang ada di sini, yakni selalu
mengucap terima kasih atas tanda kasih yang telah diberikan sopir bis berupa
pelayanan jasa transportasi.
Ucapan penumpang kepada sopir “Terima kasih” atau
“Terima kasih, jumpa kembali”, merupakan ungkapan syukur atas tanda kasih yang
telah mereka terima. Tanda kasih itu diterima karena kebaikan jasa sopir, atas
kenyamanan perjalanan dan pencapaian tujuan yang diinginkan. Para penumpang
sadar betul akan tanda kasih yang sudah mereka terima dan memang sudah layak jika
tanda kasih itu dibalas dengan ucapan kasih pula.
Atas pengalaman itu, saya teringat akan nilai hidup
yang sudah ditanamkan oleh kedua orang tua saya sejak kacil. Saya ingat
bagaimana kedua orang tua selalu mengingatkan: “Jenli, jangan lupa mengucapkan
terima kasih kepada orang yang sudah memberi kamu sesuatu atau sudah membantu
kamu”. Saya melihat bahwa nilai hidup yang ditanamkan oleh kedua orang tua saya
itu sebenarnya ingin mengajarkan supaya selalu sadar; sadar untuk mensyukuri jika
setiap saat saya menerima tanda kasih dari orang lain.
Kesadaran untuk mengalami dengan betul bahwa saya
dikasihi adalah poin penting untuk menjadi orang yang selalu bersyukur.
Rasanya, Tuhan Yesus dalam Injil hari ini ingin mendobrak kesadaran orang-orang
pada jaman-Nya yang mungkin kesadaran untuk mensyukuri rahmat yang mereka
terima belum dialami. Sebenarnya mereka -yakni orang-orang yang mendengar Yesus
pada Injil hari ini- dihadapkan dengan rahmat agung yang sedang mereka lihat,
dengar dan alami. Hanya saja, mereka kurang sadar akan kehadiran Yesus, Mesias,
yang saat itu ada bersama dengan mereka. Betul bahwa mereka memang sadar akan
tanda-tanda alam, tetapi mereka kurang peka untuk sadar terhadap tanda kasih
kehadiran Allah yang berada di tengah mereka. Jika saja mereka sadar akan
rahmat agung di hadapan mereka, yakni dalam kehadiran Yesus Tuhan, pasti mereka
akan mensyukuri rahmat itu dan pada saat itu pula percaya kepada-Nya.
Saudara-saudariku yang diberkati, Tuhan dalam Injil
hari ini sejatinya mengundang kita untuk memiliki kesadaran akan begitu banyak
rahmat yang sudah kita terima dari-Nya dan yang juga disalurkan melalui sesama
kita, yakni melalui orang tua, anggota keluarga, rekan sekomunitas, rekan
kerja, teman sekolah dan lainnya. Kesadaran ini diharap menjadi gerakan hati
untuk menunjukkan tanda terima kasih kita kepada Tuhan dengan selalu bersyukur
pada-Nya; dan juga kepada sesama yang kita tunjukkan melalui tindakan serta
kata-kata yang terpuji. Dengan demikian, kita pun diharap dapat menjadi tanda kasih
itu sendiri bagi sesama.
Semoga, Hati Kudus Yesus senantiasa merajai hati
saudara dan saudari sekalian. Amin!