Sabtu, 24 November 2018


Calme et se Détendre à Le Grand Place

Il y a été quelque temps, j’ai passé avec Alain, mon ami, à « Le Grand Place ». C’est un bar à Grand-Place 15, 1348 Ottignies, Louvain-la-Neuve. Ce bar n’est pas loin de l’emplacement de Le Grand Place à Louvain-la-Neuve. C’est peut-être une raison laquelle ce bar est nommé « Le Grand Place ».

J’ai aimé les situations dans ce bar qui été calme et favorable pour se détendre. Je pense que ces situations font beaucoup de gens pour passer leur temps dans ce bar. Je pense que c’est vrai pars que quand j’étais là, il y a été beaucoup de monde. Ce bar est intéressant car on peut choisir à l’intérieur ou à l’extérieur de la salle. Mais, on ce temps-là, nous avons choisi à l’extérieur. De plus, les serveurs sont sympathiques.

Dans ce bar, on peut manger et boire. Quand j’étais là avec Alain, nous avons bu de la bière et mangé des collations. En mangeant et en buvant, nous sommes parlés d’étudier à l’UCL. Alain m’a parlé beaucoup de ses expériences en tant qu’étudiant à l’UCL.

Le Grand Place, pour moi, c’est un très bon bar. En effet, pas pour moi, mais pour tous ceux qui veulent chercher un bar qui est calme et favorable pour se détendre. De plus, le prix des nourritures et des boissons n’est pas cher. Bonne chance !



Sabtu, 17 November 2018


Menjadi Pribadi Istimewa di Hati-Nya
    
Luk 21: 1-4


Sahabat Dehonian yang terkasih, pada Injil, janda miskin mendapatkan pujian dari Tuhan. Tuhan melihat bagaimana ia memberikan persembahan di atas kekurangan. Kekurangan di sini dapat dipahami bahwa ia tidak memiliki uang lagi sebagai kepunyaan setelah memberikan semuanya itu untuk persembahan. Yang patut mendapat pujian di sini adalah bagaimana ia tidak mementingkan diri. Meski kekurangan, namun ia tetap memberi. Karena tindakan yang terpuji itu, Tuhan melihatnya sebagai bentuk keteladanan. Maka tidak heran, Ia -setelah melihat janda miskin memasukkan dua peser uang ke dalam peti persembahan- langsung memberikan pengajaran kepada orang-orang di sekitar-Nya untuk mencontoh laku baik yang dibuat oleh si janda miskin.
Bagi Tuhan, janda miskin itu adalah pribadi yang mendapat nilai lebih di Hati-Nya. Ia mendapat penghargaan istimewa di Hati Tuhan. Melalui janda miskin itu, Tuhan sekaligus mengajar orang-orang di sekitarnya untuk berusaha memberi di atas kekurangan. Dan inilah yang menjadi poin penting untuk menjadi “pribadi yang istimewa” di hadapan Tuhan.
Sahabat Dehonian yang saya kasihi, undangan memiliki semangat seperti janda miskin; memberi di atas kekurangan, merupakan undangan untuk setiap orang yang ingin menjadi “pribadi yang istimewa” di hadapan Tuhan. Memang, ini bukan sesuatu yang mudah; tapi akan menjadi mudah bila didasari dengan niat. Pertanyaannya adalah maukah untuk tetap memberi meski jarang mendapatkan pemberian; maukah untuk memuji orang lain meski kadang pujian bagi diri tidak didapatkan; maukah untuk tetap memberi sapaan meski diri sendiri tidak disapa; maukah untuk membantu orang lain meski di atas keterbatasan waktu atau tenaga yang di miliki? Itu semua merupakan pertanyaan dan juga dorongan untuk berbagi di atas kekurangan diri.
Sahabat Dehonian yang terberkati, saya yakin, pada hari ini masih tetap ada “pribadi-pribadi istimewa” yang mau berbagi; dan Anda, bisa jadi di antaranya.

Semoga, Hati Kudus Yesus senantiasa merajai hati saudara dan saudari sekalian. Amin!

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...