Menemukan
Sebuah Makna Kebaikan
Matius 8: 1-4.
Kisah penyembuhan yang dibuat Yesus dalam Injil hari ini
mengingatkan bahwa ada selalu rahmat di tengah penderitaan: bahwa Allah tidak
membiarkan umat-Nya, bahwa Ia berserta dan bersama umat-Nya, bahwa ada kasih
yang selalu diberikan kepada umat-Nya. Allah yang begitu menaruh perhatian ini,
kita kenal dalam seorang Pribadi yang bergitu Agung, Dia-lah Yesus Kristus,
seorang Pribadi yang hadir di tengah sejarah manusia. Pribadi ini adalah Allah
sendiri yang hadir di tengah umat-Nya. Tujuannya apa? Tak lain di antaranya adalah bahwa Ia ingin tinggal
bersama manusia. Kebersamaan dengan Pribadi Ilahi inilah yang kemudian
mendatangkan rahmat; dan rahmat itulah yang menjadi salah satu kisah dalam
Injil pada hari ini di mana Ia menyembuthkan orang yang menderita penyakit
kusta.
Ada hal yang menarik jika kita mengingat ayat ke-empat
dalam Injil hari ini. Setelah disembuhkan dari sakitnya, lalu Yesus berkata
kepada orang itu: “Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada
siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan
persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka”.
Apa yang diperintahkan Yesus ini mengundang orang yang baru disembuhkan itu
untuk memegang perintah Musa. Ini dapat kita temukan dalam kitab Imamat bab 13.
Intinya adalah bahwa untuk mendapat pengakuan secara publik, orang yang baru
sembuh itu harus pergi ke hadapan imam, karena menurut hukum, imamlah yang
harus memeriksanya dan memproklamirkan jika ia benar-benar telah sembuh. Dengan
demikian, ia pun dapat diterima kembali ke dalam komunitas atau masyarakat. Hal
ini mengingat bahwa dalam masyarakat pada waktu itu, orang yang menderita
pengyakit kusta harus diasingkan. Orang melihat bahwa penyakit itu sebagai
bentuk dari kenajisan.
Dari apa yang diperintahkan oleh Yesus kita dapat melihat
bahwa Tuhan kita adalah contoh orang Yahudi yang sejati. Dia memberikan
keteladanan dalam mentaati hukum Musa karena Ia melihat bahwa ada nilai-nilai
kebaikan yang terkandung di dalamnya. Dengan menunjukkan diri kepada imam,
sebagai bagian dari hukum, Yesus melihat bahwa orang itu pada akhirnya dapat
diterima kembali oleh masyarakat dan keluarga. Mengapa?
Karena ia mendapatkan pengakuan secara resmi dari pejabat keagamaan. Selain
menyembuhkan, ternyata Yesus pun memberikan pengajaran kepada orang itu, untuk
menjadi umat Allah yang setia, yakni dengan mematuhi perintah-Nya yang
diajarkan Musa. Tentunya, satu hal yang menjadi pertimbangan Yesus dalam
pelaksanaan hukum ini adalah bahwa ada nilai-nilai kebaikan yang terkandung di
dalamnya, secara khusus bagi orang yang baru disembuhkan itu.
Melaksanakan
perintah Allah sebagaimana yang disampaikan oleh Musa merupakan salah satu
bentuk ketaatan Tuhan Yesus sebagai orang Yahudi yang sejati. Inilah yang
kemudian ia ajarkan kepada orang yang disembuhkan-Nya. Hal ini tentunya juga menginspirasi
bagi kita untuk mengingat kembali beberapa peraturan dalam Gereja yang menjadi
pendukung dalam kehidupan beriman. Kita sebut misalnya ada lima perintah Gereja yang tentunya kita semua
mengingatnya. Terinspirasi pada Injil hari ini, kita pun diundang untuk
melaksanakan salah satu bagian dari peraturan Gereja Katolik, yakni lima
perintah Gereja. Ada nilai-nilai yang terkandung di dalamanya sehingga itu
bukan hanya sekadar perintah belaka. Gereja menawarkan agar dalam melaksanakan
itu, kita pun terbantu untuk dapat menjalin relasi dengan Allah dan untuk
menghidupi iman dalam persektuan umat. Namun, sebelum jauh masuk ke dalamnya
ada satu pertanyaan: “Masihkah kita ingat apa saja lima perintah Gereja itu”?
Semoga rahmat Hati Kudus Yesus, selalu merajai di hati
kita. Amin!