Minggu, 20 Agustus 2017

MENJADI PELAYAN BAGI SESAMA

Mat 23: 1-12

Sahabat dehonian yang terkasih, pada bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus berhadapan dengan orang-orang yang memusuhi-Nya. Mereka itu adalah para ahli Kitab – yang dikenal sebagai para ahli-ahli Taurat – dan orang-orang Farisi. Para ahi Kitab ini adalah para kaum intelektualis religius yang dengan kemampuan dan kuasanya memberikan penafsiran serta pengajaran yang berdasarkan pada Kitab Perjanjian Lama. Apa yang diajarkan mereka diharapkan menjadi pedoman bagi jemaat untuk diterapkan dalam hidup sehari-hari. Sementara, orang-orang Farisi adalah orang yang membanggakan dirinya sebagai orang-orang yang masuk dalah hitungan mereka yang menaati hukum (agama).
Dalam banyak kasus, sering kita jumpai bahwa mereka – kedua kelompok itu – menentang dan menolak kehadiran Yesus. Kehadiran Yesus bagi mereka dipandang sebagai “pendatang baru” yang menganggu posisi kemapanan mereka di tengah jemaat dan masyarakat.
Sungguh menarik jika kita melihat sikap Yesus terhadap mereka. Yesus mengajak para murid dan orang-orang untuk memiliki sikap kritis terhadap para ahli Kitab dan orang-orang Farisi. Ini tampak pada sikap kritis Yesus: “Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi jangan turuti perbuatan-perbuatan mereka. Karena, mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya”. Dalam hal ini, Yesus sebenarnya mengajak para murid dan orang-orang yang Ia ajar untuk tidak mengikuti kemunafikan para ahli Taurat. Yesus juga mengecam orang-orang Farisi yang suka menonjolkan diri dan mendapatkan kehormatan di mata banyak orang. Oleh karena itu, Yesus menghendaki supaya para murid dan orang-orang menjadi pribadi yang tidak seperti orang Farisi, melainkan menjadi pribadi yang bersemangat dalam pelayanan dengan memiliki sifat kerendahan hati.
Ajaran dan ajakan Yesus ini menjadi tantangan bagi kita sebagai murid-murid-Nya pada jaman sekarang. Di tengah kecenderungan yang egois untuk menjadi “yang terdepan” di antara yang lain, kadang kita ingin menjadi tuan atas anggota komunitas yang lain, atas istri, suami, anak-anak dan orang-orang yang dipercayakan kepada kita. Dengan menjadi murid Kristus, kita hendaknya menjadi pelayan bagi yang lain. Kita diminta untuk mengutamakan sesama dalam situasi apa dan kapan pun. Dengan menjadikan diri sebagai pelayan bagi sesama, kehadiran kita sungguh menunjukkan jati diri seorang Kristiani sejati yang dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang lebih baik.
Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...