Renungan Singkat
Dehonian (26 Maret 2017)
Sahabat dehonian yang
terkasih, salah satu ciri orang yang memiliki iman yang mendalam
adalah memiiki kepasrahan dalam hidup. Di samping ada usaha yang keras dalam
mencapai suatu tujuan hidup, sikap kepasrahan kepada Allah, Sang Penyelenggara hidup,
juga diperlukan. Orang yang berpasrah pada Penyelenggaraan Ilahi, hidupnya
tidak terasa diliputi oleh perasaan khawatir yang hebat. Mengapa? Karena ia
yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik atas segala usaha dan jerih
payah yang telah dilakukan. Kadang kekhawatiran hidup malah mematikan ketenangan
hidup yang sejatinya ingin bersandar penuh pada Allah.
Ada sebuah kisah menarik sebagai berikut. Seorang ayah
begitu khawatir dengan kemampuan bicara putranya yang mengandung daya
supranatural yang menakutkan. Waktu tahun ke-1 anaknya hanya
berkata "Kakek...”! Esoknya sang kakek meninggal karena serangan jantung. Tahun ke-2, si anak hanya berkata:
"Nenek...”! Esoknya si nenek juga meninggal karena digigit ular. Di hari ultah yang ke-3, si anak
tiba-tiba berkata: "Ayah..."! Sontak seluruh keluarga begitu cemas. Apalagi si ayah, ia takut
sekali semalaman tidak berani kemana-mana; menjauhi hal-hal yang mungkin bisa merenggut nyawanya. Ia hanya di
kamar tapi tidak bisa tidur sama sekali sampai pagi hari. Begitu sudah pagi, ternyata tidak terjadi apa-apa, ia masih dalam keadaan baik-baik saja. Lalu ia berlari keluar kamar sambil teriak: "Saya tidak
apa-apa! Saya tidak apa-apa! Hahaha...”. Tapi naasnya, karena saking bersukacita dan berlari, kakinya terpeleset kulit pisang yang dibuang
sembarangan oleh anaknya. Ia terjatuh dan kepalanya terbentur ke lantai. Ia pun
meninggal!
Sahabat dehonian yang terkasih,
cerita di atas mengingatkan kepada kita bahwa kadang kekhawatiran hiduplah yang
“membunuh ketenangan” hidup. Kekhawatiran kadang yang mengaburkan kepasrahan
kita pada Yang Kuasa. Gambaran dalam Injil yang mengisahkan si buta yang pasrah
kepada Tuhan: ketika Tuhan menyebuhkan dengan meludah ke tanah, dan mengaduk
ludahnya dengan tanah, lalu mengoleskannya pada matanya; patuh ketika disuruh
pergi untuk membasuhkan diri di kolam Siloam; mengingatkan kita tentang arti
berpasrah kepada Tuhan.
Kepasrahan si buta akan karya Tuhan
dalam hidup sejatinya mengajari kita untuk juga berpasrah atas segala usaha
yang telah dilakukan. Kepasrahan inilah yang menjadikan kita sebagai pribadi
beriman karena mengikutsertakan karya Ilahi dalam tindak manusiawi. Singkatnya,
Tuhan akan memberkati segala usaha dan rencana kita. Jadi, jangan khawatir!
Tuhan itu baik, Ia tahu apa yang kita butuhkan. Ia lebih besar dari segala ketakutan,
kekwatiran, masalah dan cobaan hidup. Hanya saja, sudah berpasrahkah kita
kepada-Nya? Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar