Senin, 20 Maret 2017

Renungan Singkat Dehonian (26 Maret 2017)

Sahabat dehonian yang terkasih, salah satu ciri orang yang memiliki iman yang mendalam adalah memiiki kepasrahan dalam hidup. Di samping ada usaha yang keras dalam mencapai suatu tujuan hidup, sikap kepasrahan kepada Allah, Sang Penyelenggara hidup, juga diperlukan. Orang yang berpasrah pada Penyelenggaraan Ilahi, hidupnya tidak terasa diliputi oleh perasaan khawatir yang hebat. Mengapa? Karena ia yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik atas segala usaha dan jerih payah yang telah dilakukan. Kadang kekhawatiran hidup malah mematikan ketenangan hidup yang sejatinya ingin bersandar penuh pada Allah.
Ada sebuah kisah menarik sebagai berikut. Seorang ayah begitu khawatir dengan kemampuan bicara putranya yang mengandung daya supranatural yang menakutkan. Waktu tahun ke-1 anaknya hanya berkata "Kakek...”! Esoknya sang kakek meninggal karena serangan jantung. Tahun ke-2, si anak hanya berkata: "Nenek...”! Esoknya si nenek juga meninggal karena digigit ular. Di hari ultah yang ke-3, si anak tiba-tiba berkata: "Ayah..."! Sontak seluruh keluarga begitu cemas. Apalagi si ayah, ia takut sekali semalaman tidak berani kemana-mana; menjauhi hal-hal yang mungkin bisa merenggut nyawanya. Ia hanya di kamar tapi tidak bisa tidur sama sekali sampai pagi hari. Begitu sudah pagi, ternyata tidak terjadi apa-apa, ia masih dalam keadaan baik-baik saja. Lalu ia berlari keluar kamar sambil teriak: "Saya tidak apa-apa! Saya tidak apa-apa! Hahaha...”. Tapi naasnya, karena saking bersukacita dan berlari, kakinya terpeleset kulit pisang yang dibuang sembarangan oleh anaknya. Ia terjatuh dan kepalanya terbentur ke lantai. Ia pun meninggal!
Sahabat dehonian yang terkasih, cerita di atas mengingatkan kepada kita bahwa kadang kekhawatiran hiduplah yang “membunuh ketenangan” hidup. Kekhawatiran kadang yang mengaburkan kepasrahan kita pada Yang Kuasa. Gambaran dalam Injil yang mengisahkan si buta yang pasrah kepada Tuhan: ketika Tuhan menyebuhkan dengan meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya dengan tanah, lalu mengoleskannya pada matanya; patuh ketika disuruh pergi untuk membasuhkan diri di kolam Siloam; mengingatkan kita tentang arti berpasrah kepada Tuhan.
Kepasrahan si buta akan karya Tuhan dalam hidup sejatinya mengajari kita untuk juga berpasrah atas segala usaha yang telah dilakukan. Kepasrahan inilah yang menjadikan kita sebagai pribadi beriman karena mengikutsertakan karya Ilahi dalam tindak manusiawi. Singkatnya, Tuhan akan memberkati segala usaha dan rencana kita. Jadi, jangan khawatir!
Tuhan itu baik, Ia tahu apa yang kita butuhkan. Ia lebih besar dari segala ketakutan, kekwatiran, masalah dan cobaan hidup. Hanya saja, sudah berpasrahkah kita kepada-Nya? Tuhan memberkati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...