Perjalanan ke Emaus
Sebuah undangan menjadi
saksi Kristus
Kis 2 : 14. 22b-28 ; 1Ptr 1 :
17-21
Luk 24 : 13-35
Kleopas, itulah nama dari
salah satu dari kedua murid yang berjalan menuju Emaus. Narasi dalam Injil yang
baru saja kita dengar ini mendiskripsikan perjumpaan perjalanan dua murid ke
Emaus ketika mereka bertemu dan berjalan bersama Yesus yang sudah bangkit.
Dikisahkan bahwa mereka tidak mengenali Yesus. Dan dalam perjalanan itu, mereka
mencurahakan kesedihan mereka seputar peristiwa-peristiwa yang belum lama
terjadi berkaitan dengan Yesus, Guru mereka. Mereka menceritakan tentang
orang dan kepada orang yang sama, yakni Yesus. Mereka kemudian membujuk-Nya
untuk tinggal bersama mereka, dan akhirnya mereka mengenali Dia pada saat acara
makan bersama.
Meskipun
dapat dikatakan bahwa pokoh bahasan utamanya adalah membuktikan peristiwa
kebangkitan melalui penampakan atau kemunculan Yesus, namun narasi itu
tampaknya tidak menekankan secara radikal pembuktian itu. Di lain pihak, narasi
ini dapat dipahami atau dapat dikatakan, menawarkan suatu pemaparan tentang isu
penting, yang secara khusus berfokus pada pertanyaan : “Bagaimana
seseorang mengenali Kristus yang bangkit dan kemudian bersaksi tentang-Nya”? Dapat
dikatakan bahwa narasi Emaus berkaitan dengan proses kesadaran kedua murid,
dari keputusasaan karena kematian Kristus menuju keimanan akan kebangkitan-Nya.
Pengalaman terhadap Yesus, yakni keputusan iman, membawa kedua murid itu untuk
percaya bahwa Guru mereka sungguh bangkit. Itu membuat mereka tergerak untuk
kembali ke Yerusalem dan bertemu dengan kesebelas murid yang lain.
Dalam
perjumpaan dengan para murid yang lain, mereka menceriterakan apa yang terjadi
di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenal Yesus pada waktu Ia
memecah-mecahkan roti. Mereka berbagi pengalaman iman. Dapat dikatakan bahwa itu
menjadi bentuk kesaksian yang menguatkan para murid yang lain tentang
kebangkitan Yesus. Dalam bacaan pertama pada hari ini, kita mendengar Santo
Petrus dan para rasul, dipenuhi dengan Roh Kudus, berbicara di hadapan banyak
orang yang berkumpul di Yerusalem. Mereka bangkit dan menyatakan iman kepada
Kristus yang Bangkit : Kristus yang sama yang telah mati di kayu Salib
tidak tetap mati dan di dalam kubur, tetapi Ia telah bangkit dari antara orang
mati. Bahkan, Petrus pun semakin radikal dalam mewartakan Krsitus yang bangkit
ini, secara khusus dalam suratnya yang barus saja kita dengar tadi ;
Kristus sebagai sumber keselamatan bagi umat manusia berkat pengorbanan-Nya.
Kita kembali dengan narasi
perjalanan kedua murid ke Emaus. Narasi ini menunjuk pada pertumbuhan rohani
kedua murid, yang kemudian dipandang sebagai suatu model perjalanan atau
peziarahan seorang murid menuju keimanan yang lebih dalam, dan kembalinya
mereka ke Yerusalam untuk memberikan kesaksian, merupakan sebuah jalan untuk
membantu orang lain yang melakukan perjalanan yang sama. Saya memandang bahwa
di sini terdapat makna spiritual dari narasi ini. Singkatnya, jika kita
menempatkannya dalam kehadiran Gereja sekarang ini, narasi itu memuat sebuah
panggilan bagi setiap umat kristiani untuk memberikan kesaksian bagi umat
kristiani lainnya, atau bahkan juga untuk dunia.
Panggilan
untuk memberi kesaksian tentang iman ini, saya teringat dengas seorang
romoIndonesia yang bernama Romo Paulus Sarmono. Sekarang ia adalah
anggota dari dewan propinsi Indonesia. Selama hampir selama satu tahun, kami
berkerja di sebuah paroki yang sama. Hal inspiratif yang saya dapatkan dari
pribadi ini adalah bagaimana ia menjadi pewarta kristiani dengan mempromosikan
semangat bahwa Tuhan mencintai dunia; dan dunia ini adalah manusia dalam alam
juga. Romo ini, dengan kapasitas yang dimiliki, mempromosikan pupuk
organik untuk menggantikan pupuk kimia. Banyak umat yang tertarik dan belajar darinya.
Dan itu, tidak hanya umat katolik, tetapi juga ada orang islam dan hindu yang datang
ke paroki untuk belajar darinya. Satu pertanyaan pernah saya ajukan padanya: “Romo,
apa yang menjadi salah satu tujuan Anda melakukan itu”? Dia menjawab saya: “Dengan
melakukan itu, saya dapat mewartakan Kristus kepada semua orang”.
Sahabat yang terkasih, mengkonkritkan semangat spiritual dari kisah atau
narasi dua murid dalam perjalanan ke Emaus ini merupakan sebuah panggilan bagi
kita sebagai orang-orang yang percaya pada Kristus. Jika kedua murid itu
memberikan kesaksian tentang Yesus yang bangkit kepada para rasul, maka kita
pun diundang untuk memberi kesaksian yang sama pada jaman ini. Tentunya, hal
itu dengan kapasitas dan cara yang berbeda satu dengan yang lain, karena Allah
memberikan rahmat yang beragam dalam diri kita masing-masing.