Minggu, 28 Februari 2021

Dn 9, 4-10
Lc 6, 36-38

 

Il y a une phrase sage qui dit: "Ce que vous plantez, vous le récolterez aussi". Une logique qui se dégage de cette phrase pointe vers la dynamique d’une cause à une conséquence. Cette dynamique logique est également présentée dans l’Évangile: «Donnez, et l’on vous donnera». Si nous y réfléchissons, cette phrase est vraiment logique Nous donnons quelque chose à quelqu'un qui est dans le besoin, puis psychologiquement et normalement il essaiera de nous rendre quelque chose comme une forme de faveur ou de gentillesse qu'il reçoit de nous.

Cependant, cette logique ne s'applique qu'à notre façon de penser en tant qu’humains. De même, s’il y un homme est un pécheur, il est logiquement condamné. Voilà la logique. Mais pour Dieu, c'est différent. En première lecture, nous pouvons comprendre que même si les humains pèchent et devraient recevoir une punition, il y a toujours le pardon de Dieu. Le péché qui est remboursé par le pardon est une logique du côté de Dieu qui transcende la compréhension humaine. Dieu donne beaucoup mieux que ce que nous devrions recevoir. Et n'est-ce pas tout ce que nous avons et recevons jusqu'à ce matin? Oui, c'est sa miséricorde. Oui, c'est une mesure bien pleine, tassée, secouée débordante que nous recevons. Et alors, pour cela, commençons notre jour en rendant grâce à Dieu.

Senin, 08 Februari 2021

 Kej 1:20-2:4a

Mrk 7:1-13


Mengawali renungan kita pada pagi ini, ada beberapa pertanyaan retorik yang diajukan : Apakah kita ingat terhadap begitu banyak kebaikan dari orang tua kita yang telah kita dapatkah ? Apakah kita ingat bagaimana orang tua kita mengajari banyak hal kepada kita ? Apakah kita bisa mengigat tentang bagaimana orang tua telah mencintai kita ? Mungkin ada banyak pertanyaan lain yang dapat kita tambahkan berkaitan dengan kebaikan yang telah kita peroleh dari orang tua kita. Namun, yang lebih utama, kita harus ingat bahwa melalui mereka, Allah menciptakan kita. Dengan merenungkan kisah penciptaan pada bacaan pertama, kita diundang untuk mengingat peran serta orang tua kita dalam karya penciptaan Allah, yakni dalam menciptakan kita. Orang tua menjadi rekan kerja Allah. Orang tua dengan demikian berperan terhadap kehadiran kita di dunia ini.

Maka tepatlah jika dalam bacaan Injil, Tuhan mengundang orang-orang pada jaman-Nya untuk menghormati orang tua mereka. Itulah salah satu pengajaran dari Tuhan agar setiap orang menghormati orang tua mereka. Selain mengajarkan kebijaksanaan dalam hidup, Tuhan mengajak agar mereka sadar terhadap kebaikan dari Allah yang telah mereka peroleh dari orang tua mereka.

Dalam salah satu dari sepupuh Perintah Allah dikatakan bahwa kita harus mengormati Bapak dan Ibu kita. Ini menjadi perintah konkrit bagi kita, orang-orang jaman sekarang untuk memberikan cinta kepada mereka karena melalui merekalah, cinta Allah tersalurkan kepada kita. Saya secara pribadi, menkhususkan hari tertentu untuk mendoakan kedua orang tua saya. Mungkin, anda juga memiliki cara lain untuk mengkonkritkannya. Untuk itu, mari berdoa agar rahmat Allah selalu ada dengan mereka.  

Minggu, 07 Februari 2021

 Kej. 1: 1-19

Mark. 6: 53-56

Konsep tentang penciptaan menjadi tema pokok dari bacaan pertama, yakni dari Kitab Kejadian. Dari kita itu dikisahkan bagaimana dari hari pertama sampai dengan hari yang keempat, Allah menciptakan alam semesta dan yang hidup. Itu sungguh sebuah kisah biblis yang menarik untuk direnungkan. Meski itu sudah terpatri dalam ingatan dan pikiran kita, namun kisah itu selalu menarik untuk direnungkan mengigat bahwa alam semestia diciptakan dari ketiadaan.

Di lain tempat, dalam Injil, ditampilkan Kristus yang hadir di antara orang-orang untuk melaksanakan karya pewartaan-Nya. Yang menarik dari kisah Injil, kita dapat menangkap bahwa apa yang dilakukan Yesus menunjuk pada karya penyembuhan bagi orang-orang yang sakit. Dengan kata lain, kehadiran Yesus yang memberikan kesembuhan menunjuk pada kehadiran Allah sendiri yang “merawat” umat-Nya.

Dari dua bacaan itu, antara Allah yang mencipta dan Allah yang merawat umat-Nya, atau ciptaan-Nya, terdapat sebuah garis hubung di antara keduanya. Yakni bahwa Allah selain mencipta namun ia juga merawat ciptaan-Nya. Inilah yang dapat menjadi ide permenungan kita pada hari ini. Kita diundang untuk ikut serta dalam karya Allah, secara khusus partisipasi kita dalam merawat ciptaan-Nya. Itu dapat kita wujudkan dalam bentuk perhatian kita kepada sesama dan alam. Berkaitan dengan perhatian pada alam, mungkin kita kurang memiliki ruang untuk mengkonkritkannya. Namun, masih tetap ada ruang apabila kita mau berbagi inspirasi-inpirasi ekolois kepada sesama, entah melalui renungan atau homili yang kita bawakan atau juga melalui kata-kata yang kita wartakan lewat media yang tersedia di jaman sekarang.

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...