Renungan Singkat Dehonian (26 Februari 2017)
Yoh 3: 16-21
Sahabat dehonian yang
terkasih, setelah
beberapa waktu Yesus memulai pelayanan-Nya di bumi, Nikodemus mengakui Yesus ‘sebagai
guru yang datang dari Allah’. Terkesan oleh mukjizat-mukjizat yang Yesus
lakukan belum lama berselang di Yerusalem, Nikodemus datang malam-malam, untuk
menyatakan keyakinannya kepada Yesus dan mempelajari lebih banyak tentang Sang Guru
ini. Sebagai tanggapan, Yesus – Sang Guru – memberi tahu Nikodemus suatu
kebenaran yang maknanya dalam tentang perlunya seseorang ”dilahirkan kembali”
agar dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. ‘Dilahirkan kembali dalam air dan
Roh’ menunjuk pada semangat pembabtisan dalam nama Bapa, Putera dan Roh yang
membuat setiap pribadi menjadi manusia baru; manusia yang dibenarkan dan diutus
untuk menjadi pewarta keselamatan.
Pada kesempatan itu juga, Yesus
mengucapkan kata-kata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Pernyataan Yesus ini mau mengatakan bahwa kasih Allah itu ditunjukkan juga
kepada Nekodemus, yang pada saat itu berhadapan dengan Sang Putera. Dalam hal
ini, Nekodemus pun tidak hanya mendengar warta keselamatan, tetapi juga
mendapat tawaran untuk ‘meng-amini’ undangan keselamatan.
Betapa menakjubkan prospek yang
terbentang di hadapan Nikodemus! Ia bisa menjadi rekan akrab Yesus; dapat secara
langsung menyaksikan berbagai aspek kehidupan Yesus. Sebagai seorang penguasa
masyarakat Yahudi dan guru di Israel, Nikodemus memiliki pengetahuan yang luas
tentang Firman Allah. Ia juga memiliki pemahaman yang tajam, sebagaimana
terlihat dari sapaan yang ia gunakan untuk Yesus, yakni ‘Guru, Utusan Allah’.
Nikodemus berminat pada perkara-perkara rohani, dan kerendahan hatinya
sangatlah luar biasa. Pasti sangat sulit bagi seorang anggota mahkamah
tertinggi Yahudi untuk mengakui seorang putera tukang kayu rendahan sebagai
pribadi yang diutus oleh Allah! Semua sifat pribadi ini sangat bernilai untuk
dapat diteladani bagi mereka semua yang ingin menjadi murid Yesus, termasuk
kita semua.
Belajar dari Nikodemus, kita pun
diundang untuk datang kepada Yesus dengan membangun relasi intim dengan-Nya.
Usaha untuk berada dekat dengan Sang Guru mengingatkan kita pada saat di mana
Nekodemus datang malam-malam, memilih waktu yang sepi dan tenang. Gambaran ini
sebenarnya menunjuk pada saat tepat di mana kita dapat menjalin relasi dengan
Dia, Allah kita.
Pertemuan dengan Tuhan, di mana kita dapat dengan jelas mengalami
kehadiran-Nya, dapat dilakukan dengan salah satu cara ini, yakni berdoa. Berdoa merupakan jembatan bagi kita untuk berjumpa
dengan Tuhan. Doa merupakan sarana komunikasi yang efektif untuk berdialog
dengan Tuhan. Sarana ini sangat murah dan mudah dilakukan. Tapi, sayang kita
sering mengabaikannya. Kita terlalu sibuk dengan urusan kita saja; dan lupa
untuk sejenak berdoa kepada Tuhan memohon hikmat dan bimbingan-Nya. Oleh sebab
itu siapkanlah waktu, kapan, dimana saja dan dalam keadaan apa saja, selalu-lah
ingat untuk berdoa kepada Tuhan.
Paulus ketika berbicara tentang doa, ia
selalu memberi nasihat, motivasi dan bimbingan supaya setiap orang Kristen pada
segala zaman, di semua tempat di seluruh dunia, agar senantiasa berdoa kepada
Tuhan. Kepada jemaat di Efesus, Paulus menulis demikian: “…dalam segala doa dan permohonan.
Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu
dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus” (Ef 6:18).
Doa adalah tempat
dimana kita dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam doa kita
bisa bersyukur, bahkan curhat dengan Tuhan. Di saat kita berdoa, Tuhan tahu situasi dan keadaan kita; bahwa kita sedang berusaha, berharap, sedih atau bergembira. Dan saat itulah, Tuhan mengerti bahwa kita sebagai anaknya
sedang mengandalkan Dia.
Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar