Senin, 18 Juni 2018


Jadikan hati kami seperti Hati-Mu

Renungan Singkat Dehonian 
Yoh 12: 1-11


Sahabat dehonian yang terkasih, ada seorang umat yang datang kepada saya dan berkata: “Romo, saya telah bersalah kepada Tuhan karena selama ini saya melalaikan ajaran-Nya dan menjauhkan diri dari Gereja. Bahkan, saya pun tidak bertanggung jawab atas istri dan anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada saya. Meski demikian, Tuhan tetap mencintai saya dengan memberikan kehidupan”. Setelah menyudahi kisahnya itu, ia kemudian bertekad untuk akan membaktikan hidupnya ke depan sebagai silih atas kesalahan yang telah dibuat dengan menjadi anggota Gereja yang lebih aktif dan akan juga menjadi kepala keluarga yang lebih bertanggung jawab.
Sahabat dehonian, betapa Tuhan mencintai kita, yakni umat yang selalu berdosa tetapi selalu diberikan kesempatan untuk bertobat. Seperti jika kita memiliki jam tangan yang rusak dan tidak membuangnya, tetapi membawanya ke tukang reparasi jam supaya diperbaiki; demikian pula Tuhan memperlakukan kita. Sumbu yang pudar nyalanya tidak dipadamkannya, buluh yang patah terkulai tidak diputuskannya, manusia yang lemah terkulai karena kesalahan dan dosa tidak dibinasakan.
Allah tetap mencintai manusia. Meski manusia menjadi “pudar hidupnya” karena dosa, tidak dimatikan atau dibinasakan hidupnya. Justru karena Ia adalah Tuhan yang Maha Kasih, yang memiliki kuasa untuk membebaskan, maka manusia yang berdosa selalu mendapat Hati-Nya yang memberikan pengampunan dan kesempatan untuk bangkit kembali. Hal yang sama ketika Ia menghadapi perempuan berdosa, yakni Maria, yang meminyaki kaki-Nya dengan minyak narwastu yang mahal dan menyekanya dengan rambutnya. Apa yang dibuat Yesus? Ia tidak menepis dan tidak menolak perlakuan Maria sebagai tindakan yang dapat mencemarkan kekudusan-Nya. Yesus menerima tindakan Maria sebagai laku silih atas kesalahan hidup di masa lalunya: “Biarkan ia melakukan hal ini....”.
Sahabat dehonian yang terkasih, kita sebagai manusia biasa pasti tidak terlepas dengan melakukan kesalahan atau pun dosa. Kita masih lemah dan belum sempurna di hadapan Tuhan. Bila setiap kesalahan dihadapi Tuhan dengan keputusan untuk membinasakan, pasti semua manusia sudah lenyap dari peradaban dunia, termasuk kita. Kita patut bersyukur bahwa Tuhan masih memiliki Hati bagi kita yang selalu membuka pintu pertobatan. Setiap upaya dan usaha menuju pada pertobatan, mendapat tempat bagi karya kasih-Nya.
Demikianlah pula hendaknya dengan kita. Cara bersikap kita terhadap sesama yang kadang juga jatuh dalam kesalahan atau pun dosa hendaknya kita sikapi dengan cara Allah berkarya. Pengalaman diampuni dan diselamatkan – yang nyata dalam pertobatan – kiranya memberi kekuatan bagi kita untuk juga dapat mengampuni sesama yang bertobat dan berjuang untuk kembali menjadi orang yang baik.
Tuhan Yesus, jadikan hati kami seperti Hati-Mu. Amin!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...