Jadikan hati kami seperti Hati-Mu
Renungan
Singkat Dehonian
Yoh 12: 1-11
Sahabat
dehonian yang terkasih, ada seorang umat yang datang kepada saya dan berkata:
“Romo, saya telah bersalah kepada Tuhan karena selama ini saya melalaikan
ajaran-Nya dan menjauhkan diri dari Gereja. Bahkan, saya pun tidak bertanggung
jawab atas istri dan anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada saya. Meski
demikian, Tuhan tetap mencintai saya dengan memberikan kehidupan”. Setelah
menyudahi kisahnya itu, ia kemudian bertekad untuk akan membaktikan hidupnya ke
depan sebagai silih atas kesalahan yang telah dibuat dengan menjadi anggota
Gereja yang lebih aktif dan akan juga menjadi kepala keluarga yang lebih
bertanggung jawab.
Sahabat dehonian, betapa Tuhan
mencintai kita, yakni umat yang selalu berdosa tetapi selalu diberikan
kesempatan untuk bertobat. Seperti jika kita memiliki jam tangan yang rusak dan
tidak membuangnya, tetapi membawanya ke tukang reparasi jam supaya diperbaiki;
demikian pula Tuhan memperlakukan kita. Sumbu yang pudar nyalanya tidak
dipadamkannya, buluh yang patah terkulai tidak diputuskannya, manusia yang
lemah terkulai karena kesalahan dan dosa tidak dibinasakan.
Allah tetap mencintai manusia. Meski
manusia menjadi “pudar hidupnya” karena dosa, tidak dimatikan atau dibinasakan
hidupnya. Justru karena Ia adalah Tuhan yang Maha Kasih, yang memiliki kuasa
untuk membebaskan, maka manusia yang berdosa selalu mendapat Hati-Nya yang
memberikan pengampunan dan kesempatan untuk bangkit kembali. Hal yang sama
ketika Ia menghadapi perempuan berdosa, yakni Maria, yang meminyaki kaki-Nya
dengan minyak narwastu yang mahal dan menyekanya dengan rambutnya. Apa yang
dibuat Yesus? Ia tidak menepis dan tidak menolak perlakuan Maria sebagai
tindakan yang dapat mencemarkan kekudusan-Nya. Yesus menerima tindakan Maria
sebagai laku silih atas kesalahan hidup di masa lalunya: “Biarkan ia melakukan
hal ini....”.
Sahabat dehonian yang terkasih, kita
sebagai manusia biasa pasti tidak terlepas dengan melakukan kesalahan atau pun
dosa. Kita masih lemah dan belum sempurna di hadapan Tuhan. Bila setiap
kesalahan dihadapi Tuhan dengan keputusan untuk membinasakan, pasti semua
manusia sudah lenyap dari peradaban dunia, termasuk kita. Kita patut bersyukur
bahwa Tuhan masih memiliki Hati bagi kita yang selalu membuka pintu pertobatan.
Setiap upaya dan usaha menuju pada pertobatan, mendapat tempat bagi karya
kasih-Nya.
Demikianlah pula hendaknya dengan
kita. Cara bersikap kita terhadap sesama yang kadang juga jatuh dalam kesalahan
atau pun dosa hendaknya kita sikapi dengan cara Allah berkarya. Pengalaman
diampuni dan diselamatkan – yang nyata dalam pertobatan – kiranya memberi
kekuatan bagi kita untuk juga dapat mengampuni sesama yang bertobat dan
berjuang untuk kembali menjadi orang yang baik.
Tuhan Yesus, jadikan hati kami seperti Hati-Mu. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar