Menjadi Hamba
dan Pelayan
Renungan Singkat Dehonian
Yoh 13: 16-20
Sahabat
dehonian yang terkasih,
bacaan pada kesempatan ini mengingatkan saya pada pelayanan Kamis Putih dalam
Tri Hari Suci yang kita rayakan beberapa minggu yang lalu. Pelayanan Kamis
Putih yang saya lakukan meliputi tiga stasi dengan jarak cukup berjauhan.
Dengan melakukan pelayanan Misa atau Ekaristi Kamis Putih sebanyak tiga kali,
maka kita dapat menghitung bahwa jumlah umat – yang menjadi murid – dalam
upacara pembasuhan kaki berarti cukup banyak.
Berhadapan dengan pelayanan ini, saya mengalami ada
situasi yang dirasakan. Saya secara pribadi merasa harus melepas ego diri
sebagai seorang romo, yang salama ini biasa mendapat penghormatan dan
penghargaan dari umat. Ego harus dilepaskan agar dapat menundukkan diri di
hadapan umat supaya menjadi lebih rendah di hadapan mereka. Situasi ini
berbanding terbalik ketika selama ini saya harus berada “di atas” umat karena
status imamat yang saya sandang. Setelah menundukkan diri, ego pun harus semakin
ditinggal tatkala harus mencuci kaki umat. Diri merasa dan disadarkan bahwa,
kaki-kaki inilah yang menjadi penegak kehidupan umat.
Upacara pembasuhan kaki yang saya lakukan kepada umat
di tiga stasi itu mengingatkan bahwa saya adalah seorang hamba; dan sejatinya
adalah seorang hamba, pelayan Tuhan dan umat yang Dia percayakan kepada saya. Dalam
Injil hari ini Tuhan bersabda: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang
hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, atau seorang utusan dari pada
dia yang mengutusnya”. Sabda itu menyadarkan saya bahwa saya-lah hamba-Nya,
saya-lah utusan-Nya. Jika ia sudah melakukan hal yang sama kepada kedua belas
murid pada waktu itu, maka saya pun harus melakukan hal sama sebagaimana yang
dilakukan oleh-Nya.
Dalam hal ini saya berefleksi bahwa saya adalah
seorang hamba yang menerima tugas perutusan seturut teladan Kristus; dan hamba
itu tidak hanya saya, tetapi Anda juga. Kita semua diundang pada kesempatan ini
untuk menjadi seorang hamba dan sekaligus utusan yang berani untuk membebaskan
diri dari keinginan menyalahgunakan suatu hal yang dipercayakan kepada kita. Bila
kita, Anda dan saya selalu dalam semangat kesetiaan dan kerendahan hati,
melaksanakan tugas perutusan yang dipercayakan (baik itu sebagai imam,
biarawan/biarawati, atau pun awam), maka Tuhan Yesus pun akan menyebut kita
berbahagia sebagaimana Sabda-Nya: “... berbahagialah kamu, jika kamu
melakukannya”.
Tuhan memberkati. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar