Sabtu, 31 Agustus 2019


Peringatan Arwah dalam Gereja Katolik


Sebenarnya, praktek doa untuk orang-orang yang sudah meninggal sudah dijalankan sejak lama. Hal ini dapat dibandingkan dengan 2 Mak 12:42-45 di mana para jemaat Allah memohon belas kasih Allah untuk mengampuni dosa dari mereka yang yang telah meninggal. Dalam Gereja sendiri, praktek mendoakan mereka yang sudah meninggal juga dapat ditemukan. Misalnya saja dalam Doa Syukur Agung (DSA) II, III dan IV. Bagi Gereja, doa-doa yang dilambungkan merupakan doa yang dijiwai dengan semangat iman dan pengharapan akan kerahiman, kebaikan serta kemurahan Allah sebagaimana tampak dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus Kristus.
Atas dasar adanya praktek mendoakan arwah, Gereja (Katolik) sendiri memberikan tempat dan menghargai budaya setempat untuk diintegrasikan dalam liturgi dan doa arwah. Dalam hal ini, orang-orang Katolik di Indonesia memiliki kebiasaan untuk memperingati dan mendoakan arwah menurut rangkaian hari dan tahun (hari ke-3, 7, 40, 100, 1 dan 2 tahun, 1000 hari dan seterusnya). Berhadapan dengan kebiasaan yang menjadi kearifan lokal masyarakat setempat, Gereja mengangkatnya dan memasukkan kearifan lokal itu ke dalam liturgi Gereja. Hal tersebut nampak jelas dalam praktek misa peringatan arwah menurut hari dan tahun tertentu. Dengan demikian, “Kurban ekaristis Paskah Kristus dipersembahkan oleh Gereja bagi para arwah; sebab semua anggota dalam Tubuh Kristus merupakan persekutuan, sehingga dengan demikian yang sudah mati pun menerima pertolongan rohani, sedangkan yang masih hidup dihibur dengan harapan”(PUMR 379).
Praktek mendoakan arwah dalam perayaan liturgi (Misa) dapat dipandang dalam dua segi: pertama, sebagai perayaan iman akan satu tindakan Allah yang menyelamatkan orang yang sudah meninggal melalui Kristus dalam Roh Kudus; kedua, sebagai doa yang mau mengungkapkan kekayaan iman akan misteri penebusan Kristus menurut segi-segi tertentu. Demikian pula semua simbol yang biasa digunakan dalam adat tradisi budaya setempat dalam mengiringi perayaan mendoakan arwah tetap bisa digunakan sejauh maknanya selaras dengan nilai-nilai Kristiani dan ditempatkan dalam terang misteri Kristus. Maka, praktek perayaan Ekaristi untuk memperingati arwah merupakan sebuah bentuk pewartaan iman Kristiani, yang dalam segi pastoral-inkulturasi merupakan “penghadiran karya keselamatan Allah dalam Kristus yang mendarat, membumi dan menjadi manusia”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...