Jumat, 18 November 2016

Orang Tuaku HEBAT!



Ada kata-kata bijak yang mengatakan demikian: “Hal-hal terbaik yang dapat orang tua berikan kepada anak-anak, selain tingkah laku yang baik adalah kenangan indah”. Kata-kata itu memuat makna mendalam yang ingin mengatakan bahwa salah satu tugas dari orang tua bagi anak adalah memberikan teladan. Keteladanan itu dikonretkan dengan menunjukkan kepada mereka cara berada dan cara hidup sebagai ayah-ibu yang baik.
Tentunya, masing-masing dari kita tahu pasti menjadi yang baik itu seperti apa. Menjadi yang baik sebenarnya mengarah pada penghadiran diri sebagai figur atau sosok yang dapat diterima. Dalam hal ini, kehadiran dan cara berada orang tua sudah sepantasnya bukan menjadi penghalang bagi perkembangan kepribadian anak, melainkan semestinya menjadi pendukung. Namun, bagaimana dengan praksisnya?
Kita tidak menutup mata bahwa menuju orang tua yang ideal, orang tua yang menjadi kebanggaan anak, bukanlah sesuatu hal yang mudah; mungkin mudah untuk diucapkan tapi sulit untuk dikonkretkan. Ada begitu banyak tantangan dan halangan – belum lagi godaan dari dalam diri – yang mengaburkan orang tua untuk menjadi “idola” anak; sebut saja misalnya dalam keteladanan hidup beriman. Banyak orang tua ingin anak mereka rajin dalam hidup beriman, yakni dengan mendorong anak untuk rajin ke Gereja; padahal mereka sendiri – sebagai orang tua – malah jarang dan sering absen ke Gereja. Bila melihatnya, patutlah jika anak tidak menunjukkan harapan orang tua sebab mereka belum melihat teladan konkret dari orang tua mereka sendiri. Di sini, orang tua tidak seharusnya menuntut anak, padahal orang tua itu sendiri tidak menunjukkan keteladanan yang diharapkan.
Kita juga patut untuk tidak hilang asa tatkala harapan untuk menjadi orang tua yang “di-idolakan” anak belum tercapai. Yang ditekankan di sini adalah kata “belum”, bukan “tidak”. Untuk itu, upaya dan usaha pencapaian penghadiran diri sebagai orang tua kebanggaan anak masih ada. Orang tua – yakni suami dan istri yang bertekad menjadi “satu” dengan konsekuensi pada tugas mendidik anak – diharap selalu memberikan teladan atau contoh konkret sebelum memerintahkan kepada anak untuk bertindak sesuatu.
Yang ditekankan di sini adalah “orang tua harus memberikan keteladanan kepada anak”. Contoh konkretnya: jika orang tua ingin anak mereka rajin ke Gereja, maka mereka harus rajin ke Gereja dulu; jika orang tua mengharapkan anak mereka tidak merokok, maka mereka harus menunjukkan bahwa mereka juga tidak merokok; jika orang tua mengharapkan anak rajin bekerja di rumah, maka orang tua juga diharap menunjukkan semangat kerja mereka.
Cita-cita semua orang tua adalah supaya anak mereka menjadi pribadi yang baik sesuai dengan harapan. Tentunya, harapan ini juga harus di-barengi dengan keteladanan dari orang tua itu sendiri. Bentuk keteladanan yang dikonkretkan pada akhirnya membuat anak bangga terhadap orang tua dengan mengakui “orang tuaku HEBAT”! Semoga Anda pun menjadi orang tua demikian.


jenli, scj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...