Ada kata-kata bijak yang mengatakan demikian: “Hal-hal
terbaik yang dapat orang tua berikan kepada anak-anak, selain tingkah laku yang
baik adalah kenangan indah”. Kata-kata itu memuat makna mendalam yang ingin
mengatakan bahwa salah satu tugas dari orang tua bagi anak adalah memberikan
teladan. Keteladanan itu dikonretkan dengan menunjukkan kepada mereka cara
berada dan cara hidup sebagai ayah-ibu yang baik.
Tentunya, masing-masing dari kita tahu pasti menjadi yang
baik itu seperti apa. Menjadi yang baik sebenarnya mengarah pada penghadiran
diri sebagai figur atau sosok yang dapat diterima. Dalam hal ini, kehadiran dan
cara berada orang tua sudah sepantasnya bukan menjadi penghalang bagi
perkembangan kepribadian anak, melainkan semestinya menjadi pendukung. Namun,
bagaimana dengan praksisnya?
Kita tidak menutup mata bahwa menuju orang tua yang ideal,
orang tua yang menjadi kebanggaan anak, bukanlah sesuatu hal yang mudah;
mungkin mudah untuk diucapkan tapi sulit untuk dikonkretkan. Ada begitu banyak
tantangan dan halangan – belum lagi godaan dari dalam diri – yang mengaburkan
orang tua untuk menjadi “idola” anak; sebut saja misalnya dalam keteladanan
hidup beriman. Banyak orang tua ingin anak mereka rajin dalam hidup beriman,
yakni dengan mendorong anak untuk rajin ke Gereja; padahal mereka sendiri –
sebagai orang tua – malah jarang dan sering absen ke Gereja. Bila melihatnya,
patutlah jika anak tidak menunjukkan harapan orang tua sebab mereka belum
melihat teladan konkret dari orang tua mereka sendiri. Di sini, orang tua tidak
seharusnya menuntut anak, padahal orang tua itu sendiri tidak menunjukkan
keteladanan yang diharapkan.
Kita juga patut untuk tidak hilang asa tatkala harapan untuk
menjadi orang tua yang “di-idolakan” anak belum tercapai. Yang ditekankan di
sini adalah kata “belum”, bukan “tidak”. Untuk itu, upaya dan usaha pencapaian
penghadiran diri sebagai orang tua kebanggaan anak masih ada. Orang tua – yakni
suami dan istri yang bertekad menjadi “satu” dengan konsekuensi pada tugas
mendidik anak – diharap selalu memberikan teladan atau contoh konkret sebelum
memerintahkan kepada anak untuk bertindak sesuatu.
Yang ditekankan di sini adalah “orang tua harus memberikan
keteladanan kepada anak”. Contoh konkretnya: jika orang tua ingin anak mereka
rajin ke Gereja, maka mereka harus rajin ke Gereja dulu; jika orang tua
mengharapkan anak mereka tidak merokok, maka mereka harus menunjukkan bahwa
mereka juga tidak merokok; jika orang tua mengharapkan anak rajin bekerja di
rumah, maka orang tua juga diharap menunjukkan semangat kerja mereka.
Cita-cita semua orang tua adalah supaya anak mereka menjadi
pribadi yang baik sesuai dengan harapan. Tentunya, harapan ini juga harus di-barengi dengan keteladanan dari orang
tua itu sendiri. Bentuk keteladanan yang dikonkretkan pada akhirnya membuat
anak bangga terhadap orang tua dengan mengakui “orang tuaku HEBAT”! Semoga Anda
pun menjadi orang tua demikian.
jenli,
scj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar