Jumat, 11 November 2016

Rp 10.000 untuk Kolekte dan Rp 1.000 untuk Jajan Ataukah Sebaliknya?


Keluaga merupakan lingkup pertama dan utama di mana anak-anak belajar untuk mendapat pendidikan serta pengalaman hidup. Tidak dapat disangkal bahwa keluarga menjadi basic atau dasar pembentukan kepribadian anak sebelum mereka mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan luar. Korelasinya adalah bahwa jika anak sudah diajari dengan baik apa yang menjadi nilai atau norma hidup di lingkungan keluarga, maka anak pun (diharapkan) akan mampu untuk beradaptasi – menghadirkan diri – di lingkungan luar (bersosial dengan masyarakat luas). Anak pun akan dapat menyerap dan mengolah nilai-nilai hidup yang mereka temui ketika berjumpa dengan teman atau pun masyarakat.
Jika memang keluarga dapat dikatakan sebagai “tempat pendidikan awal” bagi anak-anak, maka peran orang tua sangat tepat disebut. Sebagai penanggung jawab utama dalam hidup berkeluarga, orang tua – yakni: suami dan istri – memiliki kewajiban moral untuk mendidik anak-anak sesuai dengan semangat hidup perkawinan. Salah satu bentuk konkret mendidik anak sebenarnya dapat dilakukan dengan menghadirkan diri sebagai figur yang patut diteladani dan ditiru; bukan malah sebaliknya.
Dalam keluarga, kecenderungan anak untuk meniru kebiasaan orang tua lebih besar dari pada meniru anggota keluarga lain seperti kakek, nenek atau saudara yang lain. Ini terjadi karena keberadaan orang tua menjadi sosok yang intensitas pertemuannya lebih rapat dengan mereka, terutama pada anak-anak yang masih berada di golden age zone (usia emas: 0-5 tahun). Pada tahap ini anak akan menyerap apa saja yang mereka dapat dari orang tua sebagai suatu stimulus (rangsangan), memprosesnya dalam bentuk skema dan pola informasi yang mereka bangun dalam pikiran, lalu mengeluarkannya dalam bentuk respon konkret (tindakan).
Lantas, apa contohnya? Sadarkah Anda ketika memberikan uang untuk anak Anda? Misalkan uang itu adalah sebagai berikut: Rp 10.000 diberikan untuk kolekte dan Rp 1.000 untuk jajan. Tentu anak akan meresponnya dengan menggunakan uang itu sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh orang tua. Anak tidak akan berfikir panjang mengapa jumlahnya berbeda: antara untuk kolekte dan untuk jajan. Di balik itu semua, sebenarnya orang tua memberikan pengajaran kepada anak untuk memberikan yang terbaik kepada Gereja; meski kadang orang tua tidak menyadarinya. Sisi bawah sadar anak akan merekam pengalaman itu: bahwa untuk Gereja harus lebih baik, harus lebih besar, harus yang terbaik. Inilah yang akan dipelajari oleh anak dan akan terbawa dalam pengalaman bawah sadarnya di mana pengalaman ini akan selalu mengajari dan mendorong mereka untuk memberikan diri yang terbaik bagi Gereja.
Saya yakin bahwa Anda adalah salah satu dari orang tua yang memberikan Rp 10.000 untuk kolekte dan Rp 1.000 untuk jajan. Ataukah sebaliknya?


jenli, scj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...