Kamis, 03 November 2016

Anak Ribut Ketika Misa?



Mungkin bagi sebagian umat sudah menjadi hal yang lumrah ketika mendengar dan menyaksikan tingkah laku anak-anak ketika Misa sedang berlangsung. Bagi sebagian umat memandangnya sebagai hal yang wajar, sebab bagi mereka seperti itulah anak-anak. Namun ada juga sebagian umat yang memandang sangat mengganggu berjalannya Misa. Di lain pihak, bagi romo yang memimpin Misa pun kadang memiliki pandangan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ada romo yang bisa menerimanya dan tidak jarang juga ada romo yang menentangnya dengan keras, bahkan menyuruh orang tua untuk membawa anak mereka keluar atau diikutsertakan dalam kegiatan anak-anak (yang biasanya di paroki-paroki tertentu ada pembimbingnya sendiri).
Menghadapi hal itu, banyak orang tua merasa tertekan dan memiliki perasaan tidak enak ketika melihat anak mereka dipandang sebagai sumber “keributan” Misa. Dalam hal ini, orang tua tentu tidak dapat menyalahkan umat atau romo. Orang tua tentu tidak disarankan untuk menyalahkan anak karena pada umur itu, anak berada pada tahap perkembangan diri: melakukan partisipasi dalam pelbagi kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. Pada tahap ini, anak akan lebih menghabiskan waktunya untuk melakukan gerak fisik atau pun wicara. Melalui tindakan-tindakan tersebut, mereka ingin merealisasikan apa yang menjadi kebutuhan diri; meski tak jarang membuat suasana ribut.
Banyak orang tua lebih memilih membawa anak mereka keluar dari Gereja dan momong mereka. Bahkan, ada orang tua yang memberikan makanan dan minuman kepada anak agar mereka diam-tenang. Itu semua dilakukan agar anak tidak menjadi sumber keributan dan tidak mengganggu umat lain yang sedang khusuk berdoa. Namun apa langkah itu bijak bagi perkembangan diri anak?
Sebenarnya, langkah orang tua untuk berusaha menjaga anak agar tidak ribut selama misa dengan pelbagai kegiatan yang dilakukan – seperti contoh di atas – cukup baik. Tapi hal itu tentu harus dipertimbangkan lebih lanjut: Apakah dengan mengajak mereka ke luar Gereja bisa membiasakan anak untuk menjadi pribadi yang merasa betah di dalam Gereja? Bukankan mereka nantinya malah terasing dengan kegiatan Misa itu sendiri? Apakah dengan memberikan mereka minuman dan makanan akan mendidik mereka menjadi dewasa? Bukankan hal itu malah menjauhkan pengenalan mereka terhadap pemahaman doa yang khusuk?
Salah satu tugas orang tua Katolik adalah mendidik iman anak. Dalam ranah ini, adalah tugas orang tua untuk mendampingin anak, secara khusus mengikut-sertakan mereka dalam pelbagai kegiatan rohani (misal: Misa). Maka, peran orang tua yang bijak dalam memilih solusi ketika menghadapi tahap perkembangan anak sungguh diperlukan. Di satu sisi, orang tua tidak harus selalu meng-iya-kan apa yang menjadi kehendak anak: bermain, makan, minum, ribut dan lain sebagainya. Di lain sisi, orang tua tentu juga tidak boleh mengekang apa yang menjadi kebutuhan anak. Maka, menyeimbangkan antara apa yang baik dan yang menjadi kebutuhan anak adalah langkah pilihan yang bijak.
Ketika anak ingin bermain dan ingin ke luar dari Gereja; ketika anak ingin makan dan minum ketika Misa sedang berlangsung; berhadapan dengan situasi itu, orang tua diajak untuk memilih tindakan yang bijak. Tindakan yang bijak lebih menekankan pada pertimbangan: “Apakah dengan tindakanku, iman anak akan terdidik? Apakah hal itu malah sekadar memenuhi kebutuhan mereka semata tanpa ada didikan iman?


jenli, scj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...