Senin, 12 Desember 2016

 Sudahkah Anak Anda Aktif di Gereja?

Tidak hanya di paroki kita, ternyata sudah di beberapa paroki lain yang menunjukkan keprihatinan bahwa masih ada beberapa generasi muda Gereja (anak, remaja dan orang muda) yang kurang maksimal dalam hidup menggereja. Hidup menggereja di sini tidak hanya sebatas pada kegiatan kebaktian (Misa atau pun ibadat), tetapi juga seputar kegiatan kebersamaan (kegiatan misdinar dan orang muda). Pertanyaan yang patut kita renungkan adalah “Apakah anak Anda sudah aktif dalam hidup menggereja”?
Memang, anak tidak dapat disalahkan begitu saja jika mereka kurang dan bahkan tidak aktif di Gereja. Ada beberapa alasan yang menjadi alasannya. Pertama, kondisi bahwa anak sedang sekolah atau kerja. Banyak waktu mereka yang terpakai selama di sekolah maupun di tempat kerja. Tenaga mereka mungkin terkuras untuk itu sehingga enggan menambah kegiatan lain, termasuk acara di lingkungan dan paroki. Kedua, situasi di Gereja berbeda dengan situasi di sekolah dan tempat kerja. Di Gereja, anak bertemu dengan temannya hanya pada hari-hari terntentu saja. Mereka butuh penyesuaian diri dan lingkungan karena jarang bertemu. Tapi ketika di sekolah dan di tempat kerja, mereka bertemu hampir setiap hari. Intensitas perjumpaan ini menjadi faktor utama di mana mereka saling mempererat tali pertemanan.
Ketiga, tidak ada peraturan resmi dari Gereja yang mewajibkan dan mengharuskan anak, remaja dan kaum muda untuk ikut dalam kegiatan menggeraja; biasanya hanya sebatas anjuran meski anjuran itu seyogiyannya dipahami sebagai “aturan”. Bahkan, di Gereja tidak ada sanksi untuk itu. Hal ini berbeda dengan di sekolah atau pun tempat kerja, tak hanya diwajibkan, tetapi ada sanksi yang mengaturnya. Kelima, orang tua sengaja tidak melibatkan anak mereka untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan menggereja. Alasan yang biasanya dilontarkan bahwa anak butuh fokus pada pelajaran di sekolah atau pekerjaan.
Bagaimana bisa mendorong anak aktif di Gereja bila situasinya demikian? Mungkin itu menjadi pertanyaan yang menggugah hati bagi para orang tua. Ada beberapa cara yang mungkin dapat digunakan untuk mendorong anak supaya terlibat dalam Gereja. Tetapi cara ini belum tentu juga efektif karena bagaimanapun juga, dorongan dan semangat untuk mengikuti kegiatan di Gereja mestinya datang dari kesadaran pribadi dan pilihan atau kehendak bebas anak.
Metode yang ditawarkan antara lain sebagai berikut. Pertama, meminta teman dekat anak yang aktif di Gereja untuk mengajak anak Anda. Kedua, bila anak Anda memiliki talenta yang berguna untuk Gereja (seperti musik, dekorasi, menyanyi, membaca sebagai lektor dan lain-lain) ajaklah ia supaya terlibat dalam Gereja. Langkah ini dipakai untuk memosisikannya sesuai dengan talenta yang dimiliki. Harapannya, anak Anda akan senang melakukan atau menjalankan kepercayaan yang diberikan dengan menggunakan talenta yang dimiliki untuk Gereja. Ketiga, perlu kesadaran bagi orang tua untuk mendorong anak supaya terlibat di Gereja, bukan malah melarangnya dengan pelbagai alasan yang dilogiskan. Untuk tawaran langkah yang terakhir ini memang perlu kesadaran dari orang tua untuk “memberi kesempatan” kepada anak supaya aktif di Gereja. Dengan mendorong anak supaya terlibat di Gereja, orang tua sebenarnya sudah melaksanakan salah satu tugas mereka, yakni: mendidik anak secara Katolik.
Semoga metode-metode ini dapat bermanfaat bagi Anda yang memegang mandat sebagai orang tua Katolik. Sekali lagi, mendorong anak supaya mau aktif dalam Gereja pertama-tama harus berangkat dari kesadaran pribadi anak itu sendiri, bukan karena paksaan atau ambisi orang tua semata.

frd. jenli, scj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...