Selasa, 20 Desember 2016

 Natal Bersama Keluarga

Setelah melewati dan memaknai masa persiapan Natal, yakni masa Adven, kini perayaan kelahiran Tuhan telah tiba. Ada sukacita besar yang meliputi hati. Sukacita besar itu pertam-tama membawa suasana hati untuk bersuka cita sebab Allah yang menjadi Manusia dapat dirayakan secara manusiawi, maksudnya dapat kita rayakan sebagaimana perayaan ulang tahun pada umumnya.
Sukacita itu membawa konsekuensi besar pada peristiwa pengenangan dan penghadiran Allah yang sudi menyelamatkan umat-Nya dengan menjadi manusia seperti kita. Hal ini sejalan dengan tema Pesan Natal Bersama Persekutuan Gereja-gereja Di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI): “Hari Ini Telah Lahir Bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, Di Kota Daud” (Luk 2:11).
Sukacita yang ditawarkan dalam Natal sepatutnya juga menjadi sukacita bagi keluarga kita masing-masing. Jika Allah telah menawarkan keselamatan dalam Diri Yesus Kristus yang menjadi Manusia, maka keluarga pun seharusnya menjadi wadah keselamatan. Untuk itu, Natal tidak hanya dipandang sebagai perayaan yang memberikan sukacita secara umum saja, tetapi juga memberikan nuansa sukacita yang sangat dapat dialami secara nyata, yakni dalam lingkup keluarga.
Natal bersama keluarga adalah sebuah harapan bagi kita. Saat-saat di mana banyak dan bahkan hampir semua anggota dapat berkumpul bersama adalah ketika kita merayakan Natal. Merayakan Natal dalam keluarga menjadikan Natal itu sendiri memiliki makna yang lebih mendalam. Setidaknya ada dua poin utama jika kita ingin lebih memaknai Natal dalam keluarga. Pertama, kebersamaan dengan keluarga untuk merayakan Natal menjadikan Natal itu sendiri sebagai kesempatan untuk berbagi sukacita. Rasanya, saat inilah sebagai kesempatan yang baik untuk saling berbagi cerita dan pengalaman meneguhkan. Setiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk saling bercerita dan mendengar. Mungkin kesempatan seperti ini jarang ditemukan pada hari-hari biasa yang lebih banyak dihabiskan untuk belajar dan bekerja.
Kedua, kebersamaan dengan keluarga untuk merayakan Natal menjadikan Natal itu sendiri sebagai kesempatan ber-rahmat untuk saling berbagi kasih. Saling berbagi rahmat untuk mengasihi adalah wujud konkret dari Natal karena refleksi tentang Allah yang menjadi Manusia semakin menjadi nyata. Maka, tepatlah jika dalam suasana Natal, keluarga mengembangkan semangat saling mengampuni – jika terdapat konflik atau salah paham antar anggota keluarga – dengan semangat kekeluargaan dan persaudaraan.
Akhirnya, selamat Natal untuk kita semua. Semoga damai Natal dapat kita alamai dan hadirkan dalam keluarga kita masing-masing. Amin!


 frd. jenli, scj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...