Suami Sibuk
Kerja
Setiap orang dewasa, secara khusus mereka yang memutuskan
untuk hidup berkeluarga, memiliki pelbagai peran dalam kehidupan, yakni sebagai
pekerja atau pencari nafkah bagi keluarga. Ini ditunjukkan dengan peran suami
untuk istri dan sebaliknya; serta kehadiran ayah-ibu untuk anak. Dalam keadaan
tersebut, supaya semua peran dapat berjalan dengan baik, pembagian waktu untuk
pelaksanaan peran menjadi penting.
Bila pembagian waktu kurang baik dan bijak, ada peran yang
tidak dijalani sehingga terjadi konflik peran. Hal inilah yang kadang dialami
oleh banyak pasangan suami-istri dalam hidup berkeluarga, misal: suami terlalu
sibuk bekerja hingga mengurangi waktu kebersamaan dengan keluarga. Kenyataan
ini yang sering diungkapkan oleh istri: “Suamiku sangat sibuk”! Dalam kasus
tersebut, konflik peran terjadi ketika suami tidak memberikan waktu semaksimal
mungkin untuk keluarga (istri dan anak-anak).
Memang,
situasi di mana suami sibuk kerja tidak dapat dipersalahkan begitu saja. Suami
kadang sebenarnya dengan berat hati meninggalkan keluarga, termasuk waktu
kebersamaan, untuk mencari penghasilan bagi istri dan anak-anak. Pada ranah
ini, kebijaksanaan istri untuk menyikapinya sangat dibutuhkan. Istri bisa
mengutarakan kerinduannya dan kebutuhan keluarga soal kehadiran suami atau ayah
di rumah. Ini untuk menyadarkan suami bahwa yang dibutuhkan oleh keluarga bukan
hanya nafkah sebagai lahir, tetapi juga kebutuhan batin yang hanya bisa
dipenuhi bila suami ada di rumah.
Hal
lain yang bisa dilakukan – untuk menyikapi suami yang sibuk kerja – adalah
meningkatkan kualitas interaksi selama suami di rumah. Interaksi dalam keluarga
tidak hanya ditentukan oleh kuantitas atau lamanya waktu bersama, tetapi juga
oleh kualitas interaksi selama kebersamaan berlangsung. Untuk meningkatkan
kualitas kebersamaan suami-istri dapat dilakukan degan makan dan mengurus anak
bersama-sama, membersihkan rumah atau melakukan aktivitas lain bersama seluruh
anggota keluarga.
Akhirnya,
yang perlu selalu disadari adalah bahwa keluarga dan segala aktivitasnya milik
dan tanggung jawab bersama, bukan hanya milik suami atau istri. Semoga Anda,
baik sebagai suami atau istri, mampu untuk semakin meningkatkan kuantitas dan
kualitas kebersamaan dalam keluarga.
frd.
jenli, scj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar