Rabu, 28 Desember 2016

 Suami Sibuk Kerja

Setiap orang dewasa, secara khusus mereka yang memutuskan untuk hidup berkeluarga, memiliki pelbagai peran dalam kehidupan, yakni sebagai pekerja atau pencari nafkah bagi keluarga. Ini ditunjukkan dengan peran suami untuk istri dan sebaliknya; serta kehadiran ayah-ibu untuk anak. Dalam keadaan tersebut, supaya semua peran dapat berjalan dengan baik, pembagian waktu untuk pelaksanaan peran menjadi penting.
Bila pembagian waktu kurang baik dan bijak, ada peran yang tidak dijalani sehingga terjadi konflik peran. Hal inilah yang kadang dialami oleh banyak pasangan suami-istri dalam hidup berkeluarga, misal: suami terlalu sibuk bekerja hingga mengurangi waktu kebersamaan dengan keluarga. Kenyataan ini yang sering diungkapkan oleh istri: “Suamiku sangat sibuk”! Dalam kasus tersebut, konflik peran terjadi ketika suami tidak memberikan waktu semaksimal mungkin untuk keluarga (istri dan anak-anak).
Memang, situasi di mana suami sibuk kerja tidak dapat dipersalahkan begitu saja. Suami kadang sebenarnya dengan berat hati meninggalkan keluarga, termasuk waktu kebersamaan, untuk mencari penghasilan bagi istri dan anak-anak. Pada ranah ini, kebijaksanaan istri untuk menyikapinya sangat dibutuhkan. Istri bisa mengutarakan kerinduannya dan kebutuhan keluarga soal kehadiran suami atau ayah di rumah. Ini untuk menyadarkan suami bahwa yang dibutuhkan oleh keluarga bukan hanya nafkah sebagai lahir, tetapi juga kebutuhan batin yang hanya bisa dipenuhi bila suami ada di rumah.
Hal lain yang bisa dilakukan – untuk menyikapi suami yang sibuk kerja – adalah meningkatkan kualitas interaksi selama suami di rumah. Interaksi dalam keluarga tidak hanya ditentukan oleh kuantitas atau lamanya waktu bersama, tetapi juga oleh kualitas interaksi selama kebersamaan berlangsung. Untuk meningkatkan kualitas kebersamaan suami-istri dapat dilakukan degan makan dan mengurus anak bersama-sama, membersihkan rumah atau melakukan aktivitas lain bersama seluruh anggota keluarga.
Akhirnya, yang perlu selalu disadari adalah bahwa keluarga dan segala aktivitasnya milik dan tanggung jawab bersama, bukan hanya milik suami atau istri. Semoga Anda, baik sebagai suami atau istri, mampu untuk semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas kebersamaan dalam keluarga.


frd. jenli, scj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...