Rabu, 19 Oktober 2016

Boleh Bertengkar..., Asal Menyelesaikannya!

Resep 5
Keluarga Katolik Bahagia:
Boleh Bertengkar..., Asal Menyelesaikannya!

Semua dari kita menginginkan agar keluarga yang kita bina adalah keluarga yang sempurna. Salah satu identifikasi keluarga yang sempurna adalah keluarga yang tidak mempunyai masalah, di antaranya terbebas dari konflik; entah konflik antara suami-istri maupun antara orang tua-anak. Namun pada kenyataannya, harapan pencapaian keluarga yang sempurna terhadang oleh realitas konflik atau pertengkaran antar anggota keluarga.
Setiap manusia diciptakan dengan keunikan atau karakter yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Keunikan yang dimiliki pada dasarnya menjadi tanda kuasa Allah. Keunikan yang dimiliki diharapkan berkembang agar dapat berguna bagi manusia itu sendiri dan sesama. Namun masalahnya, tak jarang keunikan yang dimiliki malah menjadi sumber masalah. Budaya untuk menyalahkan karena kesalahan, kebiasaan untuk mengkritik tanpa mencari sisi penghargaan, cara pandang negatif tanpa rasa belas kasihan; itu semua merupakan bagian dari hidup yang ingin mengatakan bahwa “aku lebih unggul dari dia atau mereka”.
Demikian pula dalam hidup berkeluarga, persaingan untuk menjadi “yang lebih unggul atau yang lebih tinggi” dari pada anggota keluarga yang lain kadang tidak dapat dipungkiri. Contohnya adalah suami menyalahkan isteri karena tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan baik; istri menyalahkan suami yang kurang perhatian; orang tua menyalahkan anak-anak karena melakukan kesalahan tertentu dan sebaliknya.
Saatnya bagi kita sekarang untuk bertobat! Bukankah setiap dari kita adalah unik? Dan dari keunikan itu, kita sebagai manusia dicipta sebagai ciptaan yang rapuh setidaknya rapuh untuk berbuat kesalahan? Maka, konflik atau pertengkara dalam hidup keluarga adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri dan semestinya itu ada. Mengapa...? Ya.... itu memang harus terjadi karena Allah menghendaki kita untuk belajar saling menghargai, saling mendengarkan, saling memperbaiki, salaing menerima, saling mengampuni atas kelemahan karakter dan keunikan manusiawi.
Anggota keluarga yang bertengkar untuk kemenangan pribadi kehilangan kesempatan dan perasaan untuk berjuang bersama. Keluarga Katolik yang hebat, menghormati kelebihan dan kekurangan masing-masing; serta selalu ingat bahwa halangan dalam keluarga sebenarnya menjadikan keluarga itu sendiri lebih kuat. Boleh bertengkar..., asal menyelesaikannya! Semoga keluarga Anda pun demikian.


jenli, scj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...