MEMAAFKAN
Sebagai
manusia, kita sadar bahwa Allah menciptakan kita sebagai citra-Nya. Keadaan ini
tidak ingin mengatakan bahwa kita sudah seperti Dia. Keadaan ini juga tidak
ingin mengatakan bahwa kita – sebagai manusia – adalah ciptaan yang sepadan dan
bahkan berani untuk menyamakan diri dengan-Nya. Kesadaran bahwa kita, sebagai
manusia adalah ciptaan-Nya, semestinya mengantar pada pemahaman bahwa Dia itu
Pencipta; dan kita adalah ciptaan-Nya. Maka, kita bukanlah tuhan sebagaimana
Dia yang sempurna ada-Nya; tapi kita tidak terbebas dari segala kecacatan dan
kerapuhan.
Manusia
jika ditilik dari sisi duniawi adalah makhluk yang sangat rapuh. Kerapuhannya
terletak pada kelemahan dan kecenderungan terhadap prilaku dosa. Kita mengamini
bahwa Iblis diciptakan dan memilik misi untuk menggiring manusia agar bertindak
dosa. Dan..., karena kerapuhannya, manusia kadang terpengaruh serta terperosok
dalam hidup penuh kedosaan.
Dari dua poin di atas dapat ditarik
sebuah kesimpulan, yakni: meski manusia dicipta sebagai citra Allah, tapi
karena kerapuhannya, manusia masih tetap bisa jatuh ke dalam dosa. Salah satu
identifikasinya adalah manusia tidak lepas untuk dapat berlaku salah atau
melakukan kesalahan.
Sebagai
umat Katolik, kita semakin sadar bahwa kita memiliki sifat manusiawi untuk
berlaku salah: saling menjatuhkan; melakukan kegagalan; berlaku tidak sesuai
dengan kaidah yang ditetapkan. Kecenderungan dan kenyataan berbuat salah
rasanya tidak hanya kita temukan dalam lingkup masyarakat luas, tetapi juga
dalam keluarga kita masing-masing. Memang, Tuhan menginginkan agar setiap
umat-Nya berlaku sempurna “seperti Bapa sempurna”. Namun, kenyataan hidup
berkata beda. Keluarga yang seharusnya menjadi paguyuban damai kadang dan
bahkan sering ternodai oleh konflik yang berakar pada kesalahan yang telah
dibuat; entah konflik antara suami-istri maupun antara orang tua-anak.
Meski
demikian, kita harus sadar bahwa kesalahan dalam keluarga adalah sesuatu yang manusiawi
dan wajar. Sekarang yang diperlukan adalah kesedian setiap pribadi untuk berani
memaafkan; memaafkan anggota keluarga yang telah berbuat salah. Harapannya,
keluarga Anda pun demikian!
jenli, scj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar