Rangkuman:
Al-Qur’an Sebagai Sabda Allah
Studi
Kristiani Mengenai Doktrin Islam tentang Pewahyuan
Membaca
buku “Al-Qur’an Sebagai Sabda Allah” adalah sebuah kerangka dari usaha untuk
membuka mata secara lebar dalam melihat praksis pluralitas Indonesia. Buku ini
memberikan sebuah insight yang cukup
mendalam terlebih bagi saya untuk dapat memahami paham Islam (terlebih dalam
pemahaman pewahyuannya) karena buku ini merupakan sebuah studi doktrin Islam
tentang pewahyaun secara Kristiani. Pendalaman studi Kristiani terhadap
pewahyuan Al-Qur’an sebagai Sabda Allah di dalam buku ini didukung dengan
penjelasan dari beberapa pokok pemikiran yang meliputi: teks Al-Qur’an ( yang
berbicara tentang asal mula hingga terbentuknya Al-Qur’an menjadi sebuah
Kanon), isi pokok Al-Qur’an (yang memberi penjelasan tentang eksistensia Allah,
panggilan manusia dan dunia akhirat) dan peran sentral Al-Qur’an dalam
kehidupan kaum muslim.
Dengan
membaca dan memahami seluruh pokok pembahasan yang ada di dalam buku, secara
pribadi saya dapat mengetahui satu hal pokok yang ingin disodorkan oleh sang
penulis. Hal yang pokok itu adalah inti pemahaman Islam tentang pewahyuan. Islam
meyakini bahwa Allah telah mewahyukan Diri kepada manusia di dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah revelasi (wahyu) dan yang juga menjadi sebuah kitab yang
memuat petunjuk Allah kepada manusia. Bahkan, penekanan terhadap revelasi dan
petunjuk Allah yang termuat di dalam Al-Qur’an itu dengan jelas ditunjukkan
oleh Charles J. Adam sebagai “komunikasi Allah dan manusia”, yaitu “melalui
sejumlah tanda dari Allah dalam penciptaan dan melalui para nabi yang sudah
diutus-Nya dengan petunjuk”. Oleh karena itu, bagi kaum muslim, Al-Qur’an yang
telah diwahyukan ke dalam bahasa Arab adalah Sabda Allah yang tidak
terciptakan. Sabda Allah itulah yang menjadikan Al-Qur’an memiliki peran
sentral dalam kehidupan kaum muslim.
Pemahaman
itu kemudian membuat saya menjadi lebih tahu tentang pemahaman Islam tentang
pewahyuan. Pewahyuan ternyata juga menjadi sebuah titik awal bagi landasan
agama Islam sebagaimana dengan pemahaman pewahyuan dalam agama Kristen
(Katolik). Bagaiamana paham pewahyuan menurut pandangan Kristiani (Katolik)? Secara
jelas dalam “Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi” (Dei Verbum/DV) memberikan penjelasan yang mendasar tentang
pewahyuan. Dalam DV 2 dijelaskan bahwa dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya,
Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya; berkat
rahasia itu manusia dapat menghadap Bapa melalui Kristus, Sabda yang menjadi
daging, dalam Roh Kudus, dan ikut serta dalam kodrat Ilahi. Selanjutnya, DV 2
menambahkan bahwa pewahyuan Allah dan keselamatan bagi mansusia nampak dalam
Kristus yang menjadi pengantara dan kepenuhan seluruh wahyu. Maka, orang-orang
Kristiani percaya kepada Yesus Kristus sebagai Sabda Allah yang telah menjadi manusia
dan memberikan keselamatan kepada manusia atas dosa dengan kematian dan
kebangkitan-Nya serta pencurahan Roh Kudus kepada seluruh umat manusia. Pewahyuan
dalam Diri Yesus dari Nazareth inilah yang pada akhirnya menjadi landasan iman
Kristiani dan sekaligus menjadi titik awal serta sumber kekuatan dari misi Krisrtiani
ke seluruh penjuru dunia.
Dari
kedua pemahaman tentang pewahyuan (menurut Islam dan Kristen) maka dapat
dipahami bahwa keduanya memiliki penekanan yang sangat jelas terhadap arti
Sabda Allah. Sabda Allah menurut Islam dan Kristen secara doktrinal memiliki
perbedaan: Sabda Allah dalam Islam termuat pada Al-Qur’an yang diyakini sebagai
Sabda Allah yang tidak terciptakan; Sabda Allah dalam Kristen secara penuh
terwahyukan dalam Yesus Kristus yang diyakini sebagai Sabda Allah yang kekal.
Akan tetapi dalam perbedaan itu, ternyata memiliki sebuah sisi yang menarik
bahwa Sabda Allah menurut doktrin dari keduanya memiliki sebuah “fungsi yang
serupa, yakni sebagai simbolisme doktrinal tentang kehadiran Allah”. Maka,
menjadi semakin spesifik bila dikatakan: Al-Qur’an bagi kaum muslim dan Yesus
Kristus bagi kaum Kristen adalah “mediator” antara Allah dan manusia, realitas
yang sentral dalam kehidupan dari masing-masing komunitas serta sumber dari
misinya!
Akhirnya,
dengan membaca “Al-Qur’an Sebagai Sabda Allah: Studi Kristiani Mengenai Doktrin
Islam tentang Pewahyuan” semakin membantu saya dan setiap orang yang membacanya
(terlebih kaum Kristen). Bantuan itu secara nyata dapat membuka pemahaman
dengan bersemangatkan aggiornamento
(dari semangat Konsili Vatikan II) untuk mencoba dan berani menggali pemahaman
tentang Al-Qur’an sebagaimana yang dipahami oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia.
* *
* *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar