“Ti-ti-ti-ti-tit...”, telepon
berbunyi lagi
Jika
ada orang yang berkali-kali menelepon HP (handphone)
atau telepon rumah Anda, harap hati-hati. Mungkin ada orang yang ingin
mengerjai Anda. Rasanya pengalaman itulah yang terjadi pada Sigit, kakak
kelasku.
Sore
itu, tepatnya pukul 17.15 WIB, kami larut dalam obrolan dan santai bersama. Suasana senja dengan sinar matahari yang mulai
meredup mewarnai obrolan di teras depan kamarku, tepat di sebelah telepon rumah
terletak.
Sembari
memegang HP komunitas dan melihat-lihat apakah ada SMS yang masuk, aku larut
dalam obrolan. Selain aku, di situ ada Sigit dan Heru; keduanya adalah kakak
kelasku.
Di
tengah obrolan, terbesit ide jahil dalam pikiran.
“He...he..., aku akan menelepon telepon
rumah dengan HP yang kupegang. Pasti Sigit akan ngangkat, terus akan kumatikan lagi. Terus akan telepon lagi; dan
Sigit pasti akan ngangkat lagi... dan
seterusnya..... Pasti seru deh....!”,
bisikku dalam hati sambil senyum-senyum.
Untuk menjalankan ide
itu, aku sendiri lupa berapa nomor telepon rumah.
Supaya menghilangkan
curiga, aku pura-pura masuk ke kamar sebentar. Di kamar aku mencari buku Elenchus yang di dalamnya tercatat nomor
telepon rumah VVP.
“Ini dia... 0724 588700”,
kataku dalam hati sambil mengetik angka-angka itu ke dalam HP.
Ketika keluar kamar,
sambil nggabung lagi dalam obrolan, kutelepon
nomor itu dari HP.
“Ti-ti-ti-ti-tit....”, suara telepon rumah, tepat di sebelah Sigit
berbunyi dengan keras.
Serentak Sigit langsung
meninggalkan kami dan mengangkatnya. Ketika ia akan mengangkat, aku langsung
mematikan “panggilan” dalam HP yang kupegang.
“Ha...ha.... kenaaaa....”,
tawaku dalam hati.
Tahu bahwa panggilan
itu tidak jadi, Sigit pun kembali bergabung dengan kami.
Baru saja ia bergabung,
aku pun menelepon lagi.
“Ti-ti-ti-ti-tit....”, suara telepon rumah berbunyi kedua kalinya.
Mendengar itu, Sigit
kembali ingin mengangkat. Ketika ia akan mengangkat, lagi-lagi kumatikan “panggilan” dalam HP.
“Ha... ha... ha ....”, tawaku lagi dalam hati.
Seperti yang pertama,
Sigit pun kembali bergabung dengan kami.
Namun untuk yang ini,
ia bertanya dengan nada tinggi, “Sopo
yo...?”
Mungkin pertanyaannya
itu memuat perasaan jengkel.
Tahu situasi itu, aku
pun kembali menelepon untuk ketiga kalinya.
“Ti-ti-ti-ti-tit....”, suara telepon rumah berbunyi ketiga kalinya.
Dipenuhi rasa penasaran
dan jengkel, Sigit pun berlari dan langsung mengangkat telepon dengan begitu
cepat.
Tahu itu, aku pun
langsung segera mematikan “panggilan” HP
yang kupegang.
Karena tidak kuat
menahan tawa dalam hati, aku pun langsung mengaku, “Ha... ha... ha...., kui aku
seng ket mau nelpon (itu aku yang menelepon sejak tadi)...”!
“Asem tenan (sekali)...!”, umpat Sigit
setelah tahu bahwa dirinya kukerjai.
Suasana obrolan pun
semakin “renyah” hingga waktu menunjukkan hampir pukul 18.00 WIB. Kami
mengakhiri obrolan itu. Aku bergegas mandi dengan perasaan “menang” atas
kejahilanku.
jenli imawan, scj
Hahahaa ternyata Rm jahil juga yaa
BalasHapus