Asem tenan...!
Bagaiamana
rasanya jika dikerjai oleh teman? Mungkin tidak sedikit dari kita yang pernah
mengalaminya. Begitu juga denganku.
Pagi
itu, aku telah siap untuk berangkat kuliah. Tas berisi buku yang kupersiapkan
semalam, kini akan kubawa. Seperti biasa, aku menambah isi tas dengan termos
air, yang berisi kopi hangat, dan botol air minum. Pikirku, meski tas agak
sedikit berat karena ditambah dua wadah minuman, namun dua minuman itu akan menjadi
teman sepanjang kuliah. Maklum, kuliah di hari itu sampai siang.
Kukayuh
sepeda bersama salah satu teman angkatan. Jarak yang harus kami tempuh untuk
sampai di kampus, kurang lebih lima kilometer. Waktu yang dibutuhkan sekitar
sepuluh menit; malah bisa kurang dari itu jika bersepedanya tidak dengan
santai.
Sesampainya
di lingkungan kampus, kami pergi ke sudut belakang. Di sana ada sebuah bangunan
kayu yang didirikan di atas kolam ikan. Bagi kami, itu menjadi tempat pertama
sebelum memasuki area parkir kampus. Mengapa? Karena di situ kami dapat beristirahat
sebentar, minum dan ambil nafas setelah perjalanan yang kadang melelahkan.
“Akhirnya
sampai...”, gumamku sambil turun dari sepeda.
Bersama
dengan temanku tadi, kami memulai ‘ritual istirahat’ sebagaimana dengan
hari-hari biasanya.
Setelah
istirahat sejenak, aku terasa haus dan ingin meneguk air minum.
“Hmmm..., pasti tambah segar nih setelah minum”, kataku dalam hati.
Maka, kubuka tas untuk
mengambil botol air minum. Tapi, apa yang terjadi? Terlihat dengan jelas, tasku
menjadi penuh; penuh bukan karena buku-buku atau dua wadah air tadi, melainkan
beberapa ‘barang-barang asing’.
“Asem tenan (sekali)..., aku dikerjai...!”,
umpatku dalam hati.
Betapa jengkel rasanya
setelah melihat beberapa ‘barang asing’ yang memenuhi tas.
“Wah jannn..., ada piring dan gelas plastik,
toples plastik, kain lap dan sulak...”, kataku dalam hati sambil mengamati isi
tas.
Sungguh, sejak
berangkat dari rumah, aku tidak menaruh curiga sama sekali bahwa akan ada orang
yang akan mengerjai.
“Siapa ya kira-kira
yang memasukkannya, hmmm...?”,
tanyaku dalam hati sambil menerka pelaku di balik peristiwa itu.
Aku berusaha menutupi
kejadian itu agar orang lain tidak tahu. Sebab jika yang lain tahu pasti akan
menjadi bahan tertawaan.
Sambil terus mencari
siapa pelakunya, ada niat jahat muncul, “Awas... tunggu pembalasanku!”.
jenli imawan, scj
Hahahahaa lucu...bener bener lucu. Arep camping po?
BalasHapus