Keluarga Menjadi Sekolah Kasih
Dalam suasana kasih, keluarga harus
menjadi sekolah yang pertama untuk menanamkan nilai-nilai dan kebajikan
Kristiani, seperti: memaafkan kesalahan orang lain, belajar meminta maaf jika
berbuat salah, saling menghormati, saling berbagi, saling menolong, saling
menghibur jika ada yang kesusahan, saling memperhatikan terutama kepada yang
lemah, sakit, dan miskin, saling mengakui kelebihan dan kekurangan tiap-tiap
anggota keluarga, rela berkorban demi kebaikan orang lain serta seterusnya.
Pada ranah ini, orang tua selayaknya memberikan
teladan dalam nilai-nilai Kristiani tersebut, dan bukan hanya dengan perkataan,
tetapi terlebih dengan perbuatan. Yang patut ditekankan adalah bahwa anak-anak
akan lebih cepat belajar menjadi pelaku kasih melalui keteladanan orang tua
daripada hanya mendengar apa yang diajarkan orang tua melalui perkataan saja.
Untuk menanamkan kasih – sebagai wujud
kebajikan Kristiani – orang tua mengambil bagian di dalam otoritas Allah Bapa
dan Kristus Sang Gembala. Orang tua tidak boleh enggan untuk memberi koreksi
jika anak melakukan kesalahan, namun tentu saja koreksi itu diberikan dengan
motivasi kasih, bukan hanya sebatas pelampiasan emosi semata. Jadi, dalam
penerapannya, orang tua boleh tegas, tetapi jangan sampai kehilangan
pengendalian diri pada waktu menegur anak.
Selanjutnya, setelah memberikan koreksi,
dan anak telah menyadari kesalahannya; penting sekali anak itu kembali
dirangkul dan menerima peneguhan bahwa kita sebagai orang tua tetap mengasihinya.
Maka tujuan koreksi tersebut adalah pertama-tama bukan supaya mereka takut
kepada orang tua, tetapi supaya anak-anak dapat mengetahui bahwa
perbuatan salahnya itu mendukakan Hati Tuhan.
frd.
jenli, scj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar