Jumat, 13 Januari 2017

Keluarga Menjadi Sekolah Kasih

Dalam suasana kasih, keluarga harus menjadi sekolah yang pertama untuk menanamkan nilai-nilai dan kebajikan Kristiani, seperti: memaafkan kesalahan orang lain, belajar meminta maaf jika berbuat salah, saling menghormati, saling berbagi, saling menolong, saling menghibur jika ada yang kesusahan, saling memperhatikan terutama kepada yang lemah, sakit, dan miskin, saling mengakui kelebihan dan kekurangan tiap-tiap anggota keluarga, rela berkorban demi kebaikan orang lain serta seterusnya.
Pada ranah ini, orang tua selayaknya memberikan teladan dalam nilai-nilai Kristiani tersebut, dan bukan hanya dengan perkataan, tetapi terlebih dengan perbuatan. Yang patut ditekankan adalah bahwa anak-anak akan lebih cepat belajar menjadi pelaku kasih melalui keteladanan orang tua daripada hanya mendengar apa yang diajarkan orang tua melalui perkataan saja.
Untuk menanamkan kasih – sebagai wujud kebajikan Kristiani – orang tua mengambil bagian di dalam otoritas Allah Bapa dan Kristus Sang Gembala. Orang tua tidak boleh enggan untuk memberi koreksi jika anak melakukan kesalahan, namun tentu saja koreksi itu diberikan dengan motivasi kasih, bukan hanya sebatas pelampiasan emosi semata. Jadi, dalam penerapannya, orang tua boleh tegas, tetapi jangan sampai kehilangan pengendalian diri pada waktu menegur anak.
Selanjutnya, setelah memberikan koreksi, dan anak telah menyadari kesalahannya; penting sekali anak itu kembali dirangkul dan menerima peneguhan bahwa kita sebagai orang tua tetap mengasihinya. Maka tujuan koreksi tersebut adalah pertama-tama bukan supaya mereka takut kepada orang tua, tetapi supaya anak-anak dapat mengetahui bahwa  perbuatan salahnya itu mendukakan Hati Tuhan.


frd. jenli, scj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...