Minggu, 15 Januari 2017

Mengajari Nilai Hidup

Melalui orang tua, anak- anak belajar nilai-nilai hidup yang esensial dan terpenting. Nilai-nilai esensial ini menurut Paus Yohanes Paulus II adalah: keadilan yang menghormati martabat setiap manusia, terutama mereka yang termiskin dan yang paling membutuhkan; melaksanakan hukum kasih dengan memberikan diri untuk orang lain; pendidikan seksualitas yang menyangkut keseluruhan pribadi manusia, baik tubuh, emosi maupun jiwa; pendidikan moral yang menjamin anak-anak bertindak dengan penuh tanggung jawab.
Pertama, sebagai pendidik nilai hidup yang esensial bagi anak, orang tua perlu mengajarkan tentang prinsip keadilan yang menghormati setiap orang, terutama mereka yang memerlukan perhatian dan bantuan kita secara khusus. Dengan mengembangkan semangat keadilan dalam hidup, anak dididik untuk semakin mengenali makna “berbuat adil” kepada sesama. Melalui pendidikan ini, anak dikenalkan dengan pelbagai tindakan yang mampu membawanya pada sebuah kesadaran bahwa berbuat adil itu memang baik. Langkah konkret yang dapat dilakukan, anak diajari untuk tidak memaksakan kehendak memiliki barang atau mainan teman sepermainannya. Dalam hal ini, peran orang tua adalah perlu memberikan penjelasan kepada anak, mengapa tindakan itu diperjuangkan.
Kedua, orang tua perlu memberikan teladan kepada anak-anak, bahwa memberi merupakan wujud konkret dari berbuat kasih kepada sesama. Ini sangat penting, untuk membentuk karakter anak agar murah hati dan tidak egois. Orang tua perlu untuk mengajari mereka, bukan hanya melalui kata-kata pengajaran saja, tetapi dituntut untuk memberikan teladan di depan anak itu sendiri. Dengan demikian, anak semakin terbantu untuk mengembangkan semangat berbagi dalam dirinya melalui tindakan atau keteladanan dari orang tua.
Ketiga, pendidikan seksualitas pada anak juga perlu mendapat perhatian, yang dapat disampaikan sesuai dengan umur anak. Jangan sampai seksualitas dibatasi menjadi sensualitas; namun harus mencakup keseluruhan pribadi seseorang, tubuh, jiwa maupun emosi. Memang, dalam hal ini, orang tua dituntut untuk memberikan pendidikan kepada anak secara bijak sehingga apa yang disampaikan sungguh dapat dipahami. Anak mulai diajari untuk menyadari jenis kelamin dirinya sendiri dan diajari memberikan penghormatan kepada teman atau sesama yang memiliki jenis kelami yang berbeda. Konkretnya, anak dibimbing untuk menggunakan semua anggota tubuhnya dengan bijaksana dan tidak melecehkan teman yang memiliki jenis kelamin berbeda.
Terakhir, orang tua perlu memberikan pengarahan tentang pendidikan moral kepada anak-anak, supaya anak-anak dapat menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Anak diharap memiliki kemampuan untuk dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk; bahkan anak diharap memiliki kemampuan untuk memilih yang baik bila dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang buruk.
Dengan memberikan pendidikan nilai-nilai hidup yang esensial, orang tua melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak. Memang dibutuhkan ketekunan dalam mendidik, mengingat semua anak memiliki karakter yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Meski demikian, komitmen untuk tidak mudah menyerah adalah langkah terbaik. Harapannya, anak dapat menjadi pribadi yang dewasa.

rm. jenli, scj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...