Minggu, 15 Januari 2017


Sahabat dehonian yang terkasih, adalah seorang romo dari Keuskupan Tanjung Karang yang lebih dari sepuluh tahun yang lalu berkaya di salah satu paroki. Romo Roy, sebut saja namanya demikian, sebagai romo rekan di paroki tersebut, beliau menunjukkan keseriusan dan ketekunan dalam memberikan pelayanan kepada umat. Dengan gaya, cara bicara dan penyampaian homili yang menarik, Romo Roy sungguh disenangi oleh umat.
Banyak umat sungguh kagum terhadap Romo Roy, termasuk juga ada salah seorang anak yang diam-diam juga menaruh kagum padanya. Dengan melihat gaya pelayanan yang ramah, sopan dan menarik, Romo Roy mampu membangun suasana penuh keakraban dan kekeluargaan dengan siapa saja, termasuk dengan anak itu. Bahkan, kedekatan antara Romo Roy dengannya semakin terjalin oleh karena kesamaan hobi antara keduanya, yakni ikan cupang.
Romo Roy memang supel orangnya, bahkan sering menyapa anak itu dengan kata kunci “ikan cupang”. Lantas, keduanya pun, jika berbicara soal hobi yang sama itu, serasa tidak ada sekat pemisah. Lambat laun, anak itu semakin terasa dekat dengan gembalanya. Kedekatan inilah yang kemudian hari membangkitkan semangat panggilan dalam dirinya yang mengatakan: “Saya ingin menjadi Romo, seperti Romo Roy”! Inilah awah panggilan dalam sejarah hidupnya.
Kini, sudah hampir 14 tahun anak itu menjalani hidup panggilannya. Kehadiran Romo Roy sungguh mengena di hati sehingga memampukannya untuk mengenal hidup panggilan sebagai imamat. Tidak ada kata lain, selain ucapan syukur kepada Tuhan Allah yang telah memanggilnya – dengan cara yang sungguh sangat sederhana – yakni: dengan memperkenalkan Romo Roy karena perjumpaan dengan hobi yang sama (ikan cupang). Anak itulah yang kini sedang berbicara kepada Anda.
Sahabat dehonian yang terkasih, setiap dari kita dikarunia talenta, sebuah kemampuan diri yang berbeda antara yang satu dengan yang lain; jika ditilik secara kuantitas maupun kualitas. Talenta itu seyogiyannya menjadi tanda bagi kita untuk tampil di hadapan dunia, sebagia saksi kebaikan Allah dengan menyumbangkan talenta yang kita miliki bagi perkembangan hidup sesama. Tuhan Yesus berkata demikian, “Orang memasang pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidup, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian”. “Pelita” itulah sumber cahaya yang seharusnya membuat kita bersinar, seperti talenta kita masing-masing yang harapannya juga demikian.
Romo Roy, dengan talenta panggilan imamatnya, mampu memberikan kesejukan kepada umat yang di layaninya; dan bahkan membangkitkan jiwa panggilan imamat dalam diri seorang anak kecil pada waktu itu. Demikian dengan kita pulalah harapannya. Setiap dari kita diundang untuk menunjukkan, menyinarkan dan membagikan talenta yang kita punya – entah itu panggilan sebagai orang tua, anak, pekerja, pelajar, kesediaan hati untuk berbagi, mengasihi dan lain sebagainya – untuk menjadikannya sebagai “sinar” bagi dunia.

Tuhan itu baik; dan kita pun mengamininya demikian. Ia pasti memberikan kita sesuatu untuk dapat dibagikan kepada sesama; tinggal kita sendiri mau membagikannya atau tidak. Tuhan memberkati. Amin!

1 komentar:

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...