Sahabat dehonian yang terkasih,
adalah seorang romo dari Keuskupan Tanjung Karang yang lebih dari sepuluh tahun
yang lalu berkaya di salah satu paroki. Romo Roy, sebut saja namanya demikian,
sebagai romo rekan di paroki tersebut, beliau menunjukkan keseriusan dan
ketekunan dalam memberikan pelayanan kepada umat. Dengan gaya, cara bicara dan
penyampaian homili yang menarik, Romo Roy sungguh disenangi oleh umat.
Banyak umat sungguh kagum terhadap
Romo Roy, termasuk juga ada salah seorang anak yang diam-diam juga menaruh
kagum padanya. Dengan melihat gaya pelayanan yang ramah, sopan dan menarik,
Romo Roy mampu membangun suasana penuh keakraban dan kekeluargaan dengan siapa
saja, termasuk dengan anak itu. Bahkan, kedekatan antara Romo Roy dengannya
semakin terjalin oleh karena kesamaan hobi antara keduanya, yakni ikan cupang.
Romo Roy memang supel orangnya,
bahkan sering menyapa anak itu dengan kata kunci “ikan cupang”. Lantas,
keduanya pun, jika berbicara soal hobi yang sama itu, serasa tidak ada sekat
pemisah. Lambat laun, anak itu semakin terasa dekat dengan gembalanya.
Kedekatan inilah yang kemudian hari membangkitkan semangat panggilan dalam
dirinya yang mengatakan: “Saya ingin menjadi Romo, seperti Romo Roy”! Inilah
awah panggilan dalam sejarah hidupnya.
Kini, sudah hampir 14 tahun anak itu
menjalani hidup panggilannya. Kehadiran Romo Roy sungguh mengena di hati
sehingga memampukannya untuk mengenal hidup panggilan sebagai imamat. Tidak ada
kata lain, selain ucapan syukur kepada Tuhan Allah yang telah memanggilnya –
dengan cara yang sungguh sangat sederhana – yakni: dengan memperkenalkan Romo
Roy karena perjumpaan dengan hobi yang sama (ikan cupang). Anak itulah yang kini sedang berbicara kepada Anda.
Sahabat dehonian yang terkasih,
setiap dari kita dikarunia talenta, sebuah kemampuan diri yang berbeda antara
yang satu dengan yang lain; jika ditilik secara kuantitas maupun kualitas.
Talenta itu seyogiyannya menjadi tanda bagi kita untuk tampil di hadapan dunia,
sebagia saksi kebaikan Allah dengan menyumbangkan talenta yang kita miliki bagi
perkembangan hidup sesama. Tuhan Yesus berkata demikian, “Orang memasang pelita
bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidup, melainkan
supaya ditaruh di atas kaki dian”. “Pelita” itulah sumber cahaya yang
seharusnya membuat kita bersinar, seperti talenta kita masing-masing yang
harapannya juga demikian.
Romo Roy, dengan talenta panggilan
imamatnya, mampu memberikan kesejukan kepada umat yang di layaninya; dan bahkan
membangkitkan jiwa panggilan imamat dalam diri seorang anak kecil pada waktu
itu. Demikian dengan kita pulalah harapannya. Setiap dari kita diundang untuk
menunjukkan, menyinarkan dan membagikan talenta yang kita punya – entah itu
panggilan sebagai orang tua, anak, pekerja, pelajar, kesediaan hati untuk
berbagi, mengasihi dan lain sebagainya – untuk menjadikannya sebagai “sinar”
bagi dunia.
Tuhan itu baik; dan kita pun mengamininya demikian. Ia pasti memberikan
kita sesuatu untuk dapat dibagikan kepada sesama; tinggal kita sendiri mau
membagikannya atau tidak. Tuhan memberkati. Amin!
Superrr.....seeeppppp
BalasHapus