Membentengi Anak dari Pengaruh Buruk
Menyadari kuatnya pengaruh negatif dari mass media maupun lingkungan pergaulan di sekitar kita, orang tua
harus mempunyai perhatian untuk turut menyeleksi hal-hal tersebut demi anak. Orang tua perlu menegaskan kehadiran mereka
sebagai pendidik anak, tidak hanya sebatas pada pendidik iman saja, tetapi juga
menjadi benteng anak agar tidak terkena pengaruh negatif. Pengaruh negeatif itu
berkaitan dengan perkembangan teknologi dan lingkungan yang jika dibiarkan,
tanpa pengawasan, memberikan efek kurang baik bagi anak.
Terlalu banyak menonton TV tidak memberikan efek yang baik pada anak,
apalagi jika anak-anak menonton TV tanpa pendampingan dari orang tua. Demikian
pula dengan terlalu banyak bermain video game,
apalagi jika permainannya bersifat kekerasan yang sadis, seperti
tembak-tembakan, pembunuhan dan seterusnya. Itu semua secara tidak langsung
merangsang sifat-sifat agresif pada anak-anak, seperti kemarahan, kekerasan dan
tidak mau mengalah.
Mungkin perlu juga mendapat perhatian, adalah kebiasaan ber-FB (Face
book) di kalangan anak-anak dan remaja. Produk perkembangan jaman di era
sekarang ini memang tidak semuanya memberikan efek negatif, tapi itu semua
tetap membutuhkan peran orang tua. Orang tua diharap tetap mengawasi anak agar
sarana perkembangan jaman itu dapat berguna sebagaimana mestinya.
Ada resiko yang umum terjadi, yaitu jika anak memiliki pergaulan yang
salah, kurang bijak dalam memilih teman, tentu hal itu akan memberikan efek
kurang baik bagi perkembangan mental. Bisa jadi, sifat nakal dan tidak mau
dididik anak terjadi karena mereka mengikuti atau terpengaruh teman-temannya. Dalam
hal ini, orang tua patut memantau pergaulan anak; dan bahkan jika dirasa perlu,
orang tua harus berani menegur dan membatasi anak jika ia memiliki teman
pergaulan yang kurang baik.
Memang, menjadi orang tua tidak semudah membalik telapak tangan. Menjadi
orang tua, dengan melaksanakan tugas atau peran dalam mendidik anak, tidak
semudah ketika dikatakan. Menjadi orang tua adalah tantangan untuk menunjukkan
kesetiaan dalam mendidik anak yang Tuhan “titipkan” kepada mereka.
rm. jenli, scj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar