Rabu, 01 Maret 2017

KESETIAAN ALLAH
Perintah Allah Membawa Israel ke Tanah Terjanji

Pendahuluan
Kitab Yosua merupakan sebuah yang menceritakan perjuangan umat Israel atas kepemimpinan Yosua dalam melaksanakan tugas/perintah dari Allah: merebut Tanah Terjanji. Kitab Yosua disebut demikian karena di dalam kitab ini terlihat dengan sangat jelas peran serta Yosua, penerus Musa dalam menjalankan amanat janji Allah kepada para leluhur Israel, untuk memberikan Tanah Terjanji kepada umat-Nya. Di dalam kitab itu diceritakan bagaimana Yosua memimpin orang-orang Israel untuk begerak maju dengan menyeberangi Sungai Yordan menuju ke tanah yang telah dijanjikan Allah Yahwe kepada nenek moyang mereka. Keberanian Yosua dan seluruh umat Israel untuk berjuang secara heroik sebenarnya bersumber dari perintah Tuhan kepada Yosua untuk merebut Kanaan (Yos 1:1-11). Perintah Allah inilah yang dilihat oleh Yosua sebagai bentuk nyata dari janji Allah untuk menyertainya dan umat pilihan-Nya dalam merebut tanah yang telah lama dijanjikan Tuhan sejak jaman Musa (Ul 11:24-25).
Bila kita membaca Kitab Yosua, maka akan terlihat dengan jelas gambaran tentang kesetiaan Allah dalam menyertai bangsa Israel yang bermula dengan perintah-Nya (Yos 1:1-11). Dengan memahami bagian awal dari kitab ini akan terlihat pula tujuan utama dari Kitab Yousa yakni untuk menunjukkan kesetiaan Allah dalam membawa bangsa Isreal ke Tanah Terjanji. Kesetiaan Allah kepada Israel atas kepemimpinanYosua itu merujuk pada perintah-Nya kepada Yosua untuk memimpin bangsa itu.
Berhubung dengan tema/judul yang mengetengahkan kesetiaan Allah yang berawal dari perintah-Nya kepada Yosua (Yos 1:1-11) maka dalam tulisan ini akan membahas perjalanan umat Israel atas kepemimpinanYosua yang meliputi: perintah Tuhan kepada Yosua, pendudukan Yerikho, dosa dan hukum Akhan, perebutan Ai dan Kanaan serta ikhtiar kemenangan umat Israel. Seluruh rangkaian bagian itu pada intinya ingin menperlihatkan bahwa kesetiaan Allah kepada Isael juga menuntut kesetiaan pula dari pihak Israel-bila Israel setia kepada Allah maka Allah pun akan tidak memberi kutuk kepada mereka melainkan berkat-Nya. Perjalanan Israel dalam melaksanakan perintah Allah dalam keyataannya memang diwarnai dengan pelbagai peristiwa; peristiwa heroik menuju Tanah Terjanji yang sebenarnya dipimpin oleh Allah sendiri.

I.     Perintah Tuhan Kepada Yosua (Yos 1:1-11)
Dalam Yos 1:1-11dituliskan tentang perintah Allah kepada Yosua. Bagian ini merupakan sebuah kisah awal bagi perjalanan Israel setelah kematian Musa untuk menuju Tanah Terjanji dengan pemimpin baru, yakni Yosua. Setelah kematian Musa, Tuhan tidaklah meninggalkan umat pilihan-Nya melainkan kesetiaan akan janji-Nya itu terus berlanjut. Dengan menampilkan tokoh Yosua, Tuhan ingin melanjutkan tugas perutasan dari hamba-Nya, Musa, untuk memimpin Israel. Keterpilihan Yosua menjadi pengganti Musa untuk melanjutkan janji Allah adalah inisiatf dari Allah sendiri dan bukan pilihan dari umat Israel: “Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu” (ay 2). Perintah awal Allah kepada Yosua ini sebenarnya bukan hanya sekadar tugas/perintah kepada Yosua dan seluruh Israel melainkan juga menunjuk kepada kesetiaan Allah yang akan menuntun Israel menuju Tanah Terjanji.
Perintah Allah menunjuk pada tugas khusus Yosua untuk mempimin Israel menuju ke sebuah wilayah yang dijanjikan Allah kepada umat Israel pada jaman Musa. Sebenarnya Tuhan Allah telah memberikan tanah itu kepada Israel, seperti yang telah difirmankaan-Nya kepada Musa; umat Israel tinggal menginjak dan merebut tanah/ negeri itu. Tanah yang ditunjukkan Allah untuk direbut oleh Israel adalah “dari padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu” (ay 4). Tanah yang akan direbut itu dengan jelas memperlihatkan bahwa tanah itu kepunyaan orang Het. Maka pertanyaannya: bagaimanakah umat Israel dapat merebut tanah yang telah dikuasai/dimiliki oleh orang Het itu? Mungkin saja Yosua -sebagai manusia biasa- berfikir dua kali untuk menjalankan perintah Tuhan. Bukankan perintah Tuhan mengharuskan ia dan umat Israel untuk berperang melawan orang Het? Sebelum hal itu disampaikannya Allah langsung berkata kepada Yosua untuk berjanji selalu menyertainya: “Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (ay 5). Dengan amat jalas Tuhan melihat ketakutan yang (seharusnya) dialami Yosua dengan memberikan janji penyertaan seperti dahulu Ia menyertai Musa (Ul 31:6-8). Bahkan dalam ay 6-9 kesetiaan Allah yang akan menyertai Yosua itu ditekankan kembali bahwa Allah sendirilah yang akan menyertainya dan bangsa Israel.
Kesetiaan Allah yang akan menyertai Yosua dalam memimpin Israel menuju Tanah Terjanji adalah sebuah janji. Akan tetapi Allah tidak hanya serta merta memberikan janji pernyertaan itu. Allah mengendaki agar Yosua dan seluruh umat Israel untuk tidak berpaling dari Allah mereka (yang telah menuntun sejak dari Mesir) dengan setia terhadap-Nya. Harapan Allah kepada seluruh Israel itu terlihat jelas dengan perintah yang diberikan-Nya kepada Musa: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung” (ay 8). Maksud dari perintah Allah itu jelas bahwa Yosua dan seluruh umat Israel harus selalu meneguhkan hati dengan jalan menepati petunjuk-petunjuk Taurat Musa. Hukum Taurat harus dijalankan dalam seluruh perjalanan pelaksanaan perintah Allah (merebut Tanah Terjanji) dengan perkataan, pikiran dan tindakan.
Dengan tanpa ragu-ragu Yosua menerima tugas/perintah dari Allah itu dengan kesiap sediaan: Yosua pun menjalankannya. Yosua bersedia menjalankan perintah itu dengan penuh keyakinan karena ia percaya bahwa ia sendirilah yang diangkat/dipilih oleh Allah. Kesiap sediaan itu semakin diteguhkan dengan janji Allah sendiri yang akan menyertai ia dan seluruh bangsa Israel menuju tanah yang telah dijanjikan. Selanjutnya Yosua pun bertindak: “Lalu Yosua memberi perintah kepada pengatur-pengatur pasukan bangsa itu, katanya: Jalanilah seluruh perkemahan dan perintahkanlah kepada bangsa itu, demikian: Sediakanlah bekalmu, sebab dalam tiga hari kamu akan menyeberangi sungai Yordan ini untuk pergi menduduki negeri yang akan diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diduduki” (ay 10-11).

II.  Pendudukan Yerikho
Setelah menerima sebuah tugas perutusan dari Allah, Yosua dengan semangat kesiap sediaannya langsung bergegas dan bertindak. Ia dan seluruh bangsa Israel bersatu. Mereka semua, dari segala suku, menyatu untuk menghimpun kekuatan dengan Sang Pemimpin, Allah sendiri, melalui perantaraan Yosua. Yosua memimpin kelompok besar itu dan memberikan perintah kepada mereka semua untuk melangkah ke depan, yakni: menyeberangi Sungai Yordan. Dengan kepercayaan teguh akan kesetiaan Tuhan yang akn menyertainya Yosua pun mulai bertindak dengan menyiapkan posisi “siap tempur” Israel. Bahkan kepada orang Ruben, Gad dan Manasye diberikan misi khusus oleh Yosua (Yos 1:12).
Kelompok besar Israel itu kemudian semakin mendekati Sungai Yordan dan akan menuju Yerikho. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Yosua adalah melepas dari Sitim doa orang pengintai ke Kota Yerikho dengan tujuan utama untuk mengamati/mengintai tanah yang berada di seberang Yordan dan Yerikho: “Pergilah, amat-amatilah negeri itu dan kota Yerikho” (Yos 2:2). Maka dengan jelas memperlihatkan bahwa tugas dari dua orang pengintai itu adalah untuk mengamat-amati negeri yang telah dijanjikan Allah dan juga Yerikho sebagai “pintu masuk” menuju tanah yang dijanjikan itu. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa misi ke depan yang akan dilakukan oleh Israel adalah merebut Kota Yerikho.
Atas perintah Yosua, kedua pengintai itu pun langsung menuju ke Yerikho. “Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang perempuan sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ (Yos 2:1).” Perjalanan kedua pengintai itu menuju ke Yerikho sepertinya berjalan dengan lancar sehingga dengan mudah mereka dapat sampai dan masuk ke Kota Yerikho. Di kota itu mereka menginap di rumah Rahab -seorang perempuan sundal- untuk beristirahat. Pertemuan dengan Rahab adalah sebuah pertemuan yang memberikan arti penting bagi kedua pengintai itu, yakni: atas informasi dari Rahab mereka mengetauhi bahwa orang-orang Yerikho merasa gentar atas bangsa Israel! Kesaksian Rahab ini didasarkan atas berita yang kiranya telah beredar secara luas bahwa Allah telah menuntun Israel kelauar dari Mesir: “Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah” (Yos 2:10-11). Pertemuan kedua pengintai itu ternyata juga memberikan arti keselamatan bagi mereka atas ancaman dari Raja Yerikho.
Setelah tahu bahwa tugas mereka dari Yosua telah selesai maka mereka pun pulang dari Yerikho untuk kembali ke Yosua. Dalam Yos 2:22-24 menceritakan perjalanan mereka untuk kembali. Sesuai dengan anjuran Rahab, kedua pengintai itu tidak langsung kembali ke perkemahan bangsa Israel yang berada di sebelah timur Sungai Yordan. Mereka pergi ke pegunungan yang berada di sebelah barat Yerikho untuk menghindari pengejaran dari prajurit-prajuri Raja Yerikho yang mengancam mereka. Ketika situasi telah mereda maka bergeraklah kedua pengintai itu dengan turun dari pegunungan dan menyeberangi Sungai Yordan dan kembali ke perkemahan Bangsa Israel. Kemudian mereka melaporkan pengalaman mereka kepada Yosua dengan sebuah kesimpulan: orang-orang Kanaan talah gentar terhadap bangsa Israel dan pastilah negeri/kota itu akan jatuh ke dalam tangan bangsa Israel karena Tuhan sudah menyerahkannya: “TUHAN telah menyerahkan seluruh negeri ini ke dalam tangan kita, bahkan seluruh penduduk negeri itu gemetar menghadapi kita” (ay 24)!
Menyeberangi Sungai Yordan (Yos 3:1-4:24)
Setelah mendapat berita dari kedua pengintai yang telah diutusnya itu, pada waktu pagi Yosua bersama dengan umat Israel berangkat dari Sitim dan menempuh perjalanan antara Sitim dan tepi Sungai Yordan serta bermalamlah mereka di sana. Setelah lewat tiga hari, para pengatur pasukan menjalani seluruh perkemahan dan memberikan perintah kepada seluruh umat Israel supaya siap-siaga untuk memasuki Tanah Kanaan. Perjalanan yang dilakukan dengan kesiap-siagaan dengan pimpinan Yosua dan pengatur pasukan adalah sebuah bagian dari perjalanan umat Israel menuju tanah yang dijanjikan. Perjalanan itu memperlihatkan bahwa Tuhan-lah yang pertama-tama mengutus Israel untuk pergi menuju tanah itu; bahwa Tuhan-lah yang akan mengatasi rintangan yang akan menghalangi mereka (menyeberangi Sungai Yordan). Penyertaan Tuhan dalam misi perjalanan itu terlihat dengan perintah para pengatur prajurit kepada bangsa Israel: “Segera sesudah kamu melihat Tabut Perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya -hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya- maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu” (Yos 3:3-4).
Kehadiran Tuhan yang memimpin dan yang berada di tengah-tengah Israel itu dikonkritkan dalam Tabut Tuhan sebagai Tahta-Nya yang diangkat oleh para imam (yang memang dari orang Lewi). Tabut itu tidak hanya memainkan peran penting dalam perjalanan umat Israel dalam menyeberangi Sungai Yordan, Tabut itu akan juga terlihat peranan pentingnya kelak dalam perebutan Kota Yerikho.
Setelah seluruh orang Israel siap untuk menyeberang, maka diperintahkannyalah untuk maju kepada para imam pengangkat tabut menuju Sungai Yordan: “Angkatlah Tabut Perjanjian dan menyeberanglah di depan bangsa itu (Yos 3:6)”. Maka berjalanlah para imam itu sehingga Tabut Perjanjian berada di depan bangsa Israel. “Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu--sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai -maka berhentilah air itu mengalir. Air yang turun dari hulu melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan Yerikho (Yos 3:15-16).” Ayat-ayat itu dengan jelas memperlihatkan peran aktif Allah dalam perjalanan Israel dengan mengadakan sebuah mukjizat besar. Allah yang telah memberikan perintah kini telah menunjukkan kesetiaan-Nya untuk membawa Israel ke Tanah Terjanji. Dengan adanya mukjizat dari tangan Allah, mereka pun dapat menyeberangi sungai itu.
Penyunatan dan hari raya Paskah di Gilgal (Yos 5:2-12)
Ketika kelompok besar Israel telah berada di seberang Yordan, maka mereka telah sampailah di dalam wilayah/bagian tanah yang telah dijanjikan Tuhan kepada mereka. Karena Israel telah memasuki tanah itu, Allah dengan perantaraan Yosua memperbarui hubungan antara Ia dan Israel dengan mengadakan penyunatan yang kedua kalinya (Yos 5:2) dan perayaan Paskah. Penyunatan yang kedua kalinya artinya bahwa penyunatan yang pertama kali itu terjadi di tanah Mesir (ketika Israel keluar dari Mesir). Semua orang Israel pada waktu itu telah disunat namun kemudian penyuntan itu berhenti sehingga semua orang Israel yang lahir di padang gurun dalam perjalanan sejak keluar dari dari Mesir, belumlah bersunat. Dan setelah itu, mereka meneruskannya dengan merayakan Paskah sebagai peringatan akan kebebasan bangsa Israel dari Mesir. Kebebasan itu sekarang telah mencapai puncaknya sebab umat Israel telah berada di tanah yang dijanjikanTuhan kepada mereka!
Jatuhnya Yerikho (Yos 5:13-6:27)
Setelah dengan pelbagai persiapan yang telah dilakukan: mulai dari pengintaian, menyeberangi Sungai Yordan hingga pada penyunatan dan peringatan hari raya Paskah di Gilgal, kini Israel atas kepemimpinan Allah (melalui Yosua) telah siap menuju Kota Yerikho. Dengan bermula pada penglihatan Yosua akan Panglima Balatentara Tuhan, keyakinan Yousa terhadap janji penyertaan Tuhan semakin diperteguh.
Dalam Yos 6 dengan amat jelas memperlihatkan perjuangan Israel atas penyertaan Tuhan dalam merebut/menyerang Yerikho. Kalau kita ikuti dengan lebih mendetail maka akan dapat ditangkap tentang gambaran perebutan kota itu oleh bangsa Isreal. Perebutan kota itu sepertinya prosesi dalam acara keagamaan. Dalam bab itu dikatakan bahwa seluruh umat Israel atas perintah Tuhan harus mengelilingi kota itu sekali dalam satu hari selama enam hari berturut- turut; sementara ketujuh imam dengan tujuh sangkakala berjalan di depan Tabut Perjanjian: “Haruslah kamu mengelilingi kota itu, yakni semua prajurit harus mengedari kota itu sekali saja; demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya, dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut. Tetapi pada hari yang ketujuh, tujuh kali kamu harus mengelilingi kota itu sedang para imam meniup sangkakala (Yos 6:53-4)”.Dengan kesetiaan Israel untuk melaksanakan setiap perintah Allah, maka Allah pun juga akan menunjukkan kesetiaan-Nya kepada Israel. Hal itu nyata ketika pada hari yang ketujuh Israel melakukan “ritus” yang diperintahkan kepada mereka maka akhirnya “runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu (Yos 6:20)”.

III.   Dosa dan Hukuman Akhan (Yos 7:1-26)
Pada bagian awal diceritakan bahwa Israel atas kepemimpinan Yosua berjalan menuju Tanah terjanji dengan berhadapan dengan tangtangannya: berhadapan dengan Sungai Yordan yang harus di seberangi dan dengan Kota Yerikho. Walapun kedua tantangan itu sepertinya berat di mata Israel tapi oleh karena janji Tuhan yang dibalas dengan kesetiaan bangsa itu pada Allah sungguh membawa mereka untuk dapat terus berjalan. Kesetiaan mereka kepada Allah berbuah nyata dalam kesetiaan Allah yang senantiasa menyertai mereka. Bagaimana jika Israel tidak setia kepada Allah? Dalam ayat 1 memperlihatkan bagaimana ketidaksetiaan Israel pun membuat Allah menjadi murka; membuat Allah tidak memperhatikan lagi Israel. Kemurkaan Allah atas seluruh Israel itu terjadi karena Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang dari Kota Yerikho, padahal dengan keras Yosua memerintahkan kepada umat Israel untuk tidak mengambil barang-barang yang dikhususkan (Yos 6:18).
Ketidak setiaan yang mengena seluruh umat Israel itu berasal dari Akhan: “Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel” (ay 1). Tindakan Akhan itu ternyata memberi pengaruh luas bagi seluruh Israel terhadap murka Allah; seperti sedikit ragi yang mengkhamiri seluruh adonan!
Murka Allah atas ketidak setiaan satu orang Israel sungguh mempengaruhi seluruh Israel. Murka Allah itu berakibat akan ketidak pedulian Allah untuk menyertai perjalanan Israel menuju tanah yang dijanjikan. Akibatnya sungguh kelihatan dalam kekalahan Israel di muka Kota Ai yang akan direbut oleh bangsa itu (ay 2-5). Bahkan, orang-orang Ai mengejar dan berhasil membunuh kira-kira tiga puluh enam orang dari Israel.
Berhadapan dengan situasi itu, Yosua pun mengerti bahwa kekalahan itu terjadi karena adanya sebuah ketidak beresan antara bangsa itu dengan Allah (ay 6-9): Isreal tidak setia kepada Allah. Maka ia bersama dengan tua-tua Israel menghadap Tuhan untuk berdoa dan menginsyafi kesalahan Israel yang berakibat tawarnya hati mereka berhadapan dengan orang-orang Kota Ai. Namun saat itu ia pun belum mengatahui kesalahan apa yang telah dilakukan oleh orang Israel sehingga membangkitkan murka Allah. Melihat kerendahan hati dari bangsa itu, Allah pun menjawab doa Yosua dengan memberitahukan sumber kemurkaan-Nya atas Israel: “Orang Israel telah berbuat dosa, mereka melanggar perjanjian-Ku yang Kuperintahkan kepada mereka, mereka mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu, mereka mencurinya, mereka menyembunyikannya dan mereka menaruhnya di antara barang-barangnya (ay 10)”. Yosua pun akhirnya mengetahu sumber kemurkaan Allah yang diawali dengan ketidak setiaan Israel terhadapnya. Sekali lagi ia masih belum mengetahui bahwa orang yang telah melakukan hal yang jahat itu adalah Akhan. Allah pun menghendaki kepada Yosua untuk menyucikan kembali Isreal dari ketidaksetiaan mereka dengan membinasakan yang tidak setia itu: “Besok pagi kamu harus tampil ke muka suku demi suku dan suku yang ditunjuk oleh TUHAN harus tampil ke muka kaum demi kaum, dan kaum yang ditunjuk oleh TUHAN harus tampil ke muka keluarga demi keluarga dan keluarga yang ditunjuk oleh TUHAN harus tampil ke muka seorang demi seorang. Dan siapa yang didapati menyimpan barang-barang yang dikhususkan itu, akan dibakar dengan api, ia dan segala sesuatu yang ada padanya, sebab ia telah melanggar perjanjian TUHAN dan berbuat noda di antara orang Israel (14-15)”.
“ Keesokan harinya bangunlah Yosua pagi-pagi, lalu menyuruh orang Israel tampil ke muka suku demi suku, maka didapatilah suku Yehuda. Ketika disuruhnya tampil ke muka kaum-kaum Yehuda, maka didapatinya kaum Zerah. Ketika disuruhnya tampil ke muka kaum Zerah, seorang demi seorang, maka didapatilah Zabdi. Ketika disuruhnya keluarga orang itu tampil ke muka, seorang demi seorang, maka didapatilah Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda ” (ay16-18). Ketika Akhan tampil maka mengakulah ia bahwa ia berbuat dosa kepada Tuhan dan menceritakan segala perbuatannya itu. Barang-barang yang seharusnya tidak boleh diambil itu disembunyikan di dalam kemahnya. Hal itu membuktikan bahwa dosa Akhan disengaja dan berdosa. Atas pengakuan itulah, Yosua memerintahkan untuk membinasakan Akhan beserta dengan keluarga dan segala miliknya di luar perkemahan Israel.
Sesudah keadaan yang pudar antara Israel dan Allah itu diperbaiki -dengan membinasakan yang jahat di tengah-tengah Israel -maka surutlah murka Tuhan dan dengan itu perebutan tanah Kanaan dapat dilanjutkan kembali di bawah kepemimpinan Yosua. Mereka kembali untuk menyerang Kota Ai! Pengalaman ketidak setiaan Isreal kepada Allah sungguh berakibat pada ketidak pedulian Allah untuk menyertai bangsa itu menuju tanah yang dijanjikan. Inilah sebuah pengalaman yang mangajak Isarel untuk belajar selalu setia kepada Allah mereka.

IV.    Perebutan Kota/Wilayah Lain
Kesetiaan Allah yang nyata dan selalu menyertai Israel dalam perintah yang diberikan-Nya kepada Yosua, menjadi sebuah pegangan kehidupan religius bangsa terpilih itu. Janji Allah yang akan selalu menyertai Isreal adalah sebuah janji yang mengharuskan bangsa itu untuk menjadi setia kepada-Nya. Hal itu sangatlah terlihat jelas ketika Isreal setia kepada Allah (dengan melaksanakan segala ketetapan dan perintah-Nya), Allah pun dengan setia memberikan kemenangan atas bangsa asing yang merintangi untuk menuju Tanah Terjanji. Begitu juga dengan sebaliknya, dengan menjadi tidak setia -seperti yang dilakukan oleh Akhan- maka Allah pun akan tidak memberikan kemenangan kepada bangsa itu sekalipun disertai dengan perjuangan. Namun, ketika kejahatan yang dilakukan itu dimusnahkan dari tengah-tengah Israel, Allah pun kembali menunjukkan penyertaan-Nya. Ia pun meneguhkan umat Israel untuk melangkah maju-merebut kota-kota/wilayah di depan mereka, yakni: Ai dan Kanaan!
Menjadi jelaslah bahwa perjuangan Israel menuju Tanah Terjanji semata-mata bukanlah perjuangan secara manusiwai saja (bangsa itu sendiri yang berjuang) melainkan Allah-lah yang berperang bagi mereka.
Kota Ai Direbut (Yos 8:1-29)
Perebutan bangsa Israel atas Kota Ai sungguh menjadi perjuangan yang cukup panjang.  Perjuangan itu diwarnai oleh ketidak setiaan bangsa Israel (yang dilakukan oleh Akhan) kepada Allah yang berakibat pada kekalahan ketika bangsa itu mencoba menyerang Ai pada waktu pertama kalinya. Namun dengan kepekaan akan situasi yang dihadapi itu, Yosua dengan berani bersama dengan tua-tua Israel menghadap Allah. Di hadapan Allah Yosua menanyakan apa penyebab dari kekalahan yang dihadapi oleh bangsa Israel. Dan Allah pun menjawabnya (Yos 7:10). Dengan mengetahui ketidak setiaan yang dilakukan oleh Israel (terlebih oleh Akhan) maka Yosua dan segenap bangsa itu memusnahkan kejahatan yang tinggal di tengah bangsa itu. Allah pun menyertai Yosua dan bangsa Israel untuk merebut/menaklukkan Kota Ai.
Allah-lah yang pertama-tama berinisiatif untuk menggerakkan bangsa itu agar merebut Kota Ai. Kepada Yosua Ia berfirman: “Janganlah takut dan janganlah tawar hati; bawalah seluruh tentara dan bersiaplah, majulah ke Ai. Ketahuilah, Aku serahkan kepadamu raja negeri Ai, rakyatnya, kotanya dan negerinya, dan haruslah kaulakukan kepada Ai dan rajanya, seperti yang kaulakukan kepada Yerikho dan rajanya; hanya barang-barangnya dan ternaknya boleh kamu jarah. Suruhlah orang bersembunyi di belakang kota itu (ay 1-2).” Tuhan Allah memberi perintah kepada Yosua untuk memimpin bangsa Israel untuk merebut Kota Ai; sebuah perintah langsung yang diterima oleh Yosua dan yang sekaligus menguatkan dirinya bahwa Kota Ai benar-benar telah diserahkan Allah kepada bangsa Israel.
Sebagaimana Allah pun menantikan kesetiaan Israel untuk menjawab perintah-Nya, maka Yosua pun dengan segera menyiapkan prajurit Israel dengan taktik perangnya dan menjadikan bangsa itu sungguh siap untuk merebut Ai (ay 3-9). Yosua tidak bimbang dan tawar hati bahwa Allah pasti akan menyertai penyerbuan mereka sebab apa yang jahat di mata Tuhan (berhubung dengan kejahatan yang dilakukan oleh Akhan) telah dibinasakan; demikianlah dengan segenap bangsa itu! Dengan keteguhan semangat yang mereka miliki itu, bangsa Israel maju dengan berani. Atas kepemimpinan dan taktik perang yang telah diberikan oleh Yosua, mereka dengan keyakinan yang teguh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Yosua. Pada akhirnya pun, Kota Ai dapat mereka rebut sebab Allah sendirilah yang menyertai mereka dengan perantaraanYosua (ay 10-29).
Merebut Kanaan
Kesetiaan umat Israel kepada Allah untuk melaksankan perintah yang diberikan kepada Yosua kini membawa mereka untuk merebut wilayah; wilayah/tanah yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka, yakni: Kanaan. Kemenangan atas Kota Ai telah membuat keteguhan hati bagi Yosua dan segenap bangsa itu bahwa Allah-lah yang berperang bagi mereka. Oleh karena itu, dengan berpegang teguh akan perintah Allah yang memilih Yosua (Yos 1:1-11) untuk memimpin bangsa itu menuju Tanah Terjanji, umat Israel kini dengan gagah berani maju dan siap berperang untuk menghadapi bangsa-bangsa yang tinggal di Kanaan. Adapun perebutan yang dilakukan menduduki Kanaan meliputi dua tahap: perebutan bagian selatan Kanaan dan perebutan utara Kanaan (Yos 11:1-15).
Perjuangan umat Israel atas perebutan wilayah bagian selatan Kanaan (Yos 10:1-43) adalah sebuah perjuangan yang sungguh berada di bawah kuasa Allah. Israel tidak berperang sendirian melainkan Allah merekalah yang senantiasa turun tangan untuk memimpin Israel menuju tanah yang dijanjikan-Nya. Hal itu terlihat bahwa bangsa Israel tidak hanya melawan seorang raja atau sebuah kerajaan saja, akan tetapi lebih dari satu raja atau satu kerajaan. Bangsa itu harus melawan beberapa raja: “Lalu kelima raja orang Amori itu berkumpul dan bergerak maju: raja Yerusalem, raja Hebron, raja Yarmut, raja Lakhis dan raja Eglon, mereka beserta seluruh tentara mereka” (ay 5). Sebagai bangsa yang terdiri oleh manusia biasa sudah sepantasnyalah atau wajarlah bila Israel mengalami ketakutan untuk meralawa kelima raja yang bersekutu itu. Akan tetapi, dengan menyadari bahwa Allah-lah yang akan menyertai mereka untuk memerangi kelima raja itu maka atas kepemimpinanYosua mereka tidak gentar untuk maju berperang. Dengan berpegang teguh atas firman TUHAN kepada Yosua: “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyerahkan mereka kepadamu. Tidak seorangpun dari mereka yang akan dapat bertahan menghadapi engkau (ay 8)”, seluruh bangsa itu dengna setia melaksanakan perintah dari-Nya. Kesetiaan dan kesediaan untuk melaksanakan perintah Allh itulah yang pada akhirnya memampukan mereka untuk menduduki bagian selatan wilayah Kanaan (ay 28-43).
Bagaimana dengan perebutan bagian utara Kanaan? Dalam Yos 11:1-15 diceritakan dengan jelas bagaimana Isreal atas kepemimpinan Yosua bergarak maju melumpuhkan bagian utara Kanaan. Seperti dalam perebutan bagian selatan Kanaan, perjuangan bangsa Israel untuk merebut bagian utara juga harus berhadapan dengan beberapa kerajaan: “Setelah hal itu terdengar kepada Yabin, raja Hazor, diutusnyalah orang kepada Yobab, raja Madon, dan kepada raja negeri Simron, kepada raja negeri Akhsaf, serta kepada raja-raja yang di sebelah utara, di Pegunungan, di Araba-Yordan di sebelah selatan Kinerot, di Daerah Bukit dan di tanah bukit Dor di sebelah barat, yakni raja-raja orang Kanaan di sebelah timur dan di sebelah barat, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Yebus di pegunungan dan orang Hewi di kaki gunung Hermon, di tanah Mizpa. Kemudian keluarlah raja-raja ini bersama-sama semua tentaranya, amat banyak rakyat, seperti pasir di tepi laut banyaknya, beserta sangat banyak kuda dan kereta. Raja-raja ini bersekutu dan datang berkemah bersama-sama dekat mata air Merom untuk memerangi orang Israel (ay 1-5)”. Raja-raja itu bersekutu untuk memerangi Israel. Sebagaimana bangsa Israel tidak gentar ketika menghadapai para raja di bagian selatan demikianlah mereka juga tidak gentar berhadapan dengan para raja di bagian utara Kanaan. Ketidak gentaran itu bersumber dari janji Allah sendiri yang meneguhkan mereka dengan perantaraan Yosua: “Janganlah takut menghadapi mereka, sebab besok kira-kira waktu ini Aku menyerahkan mereka mati terbunuh semuanya kepada orang Israel. Kuda mereka haruslah kamu lumpuhkan dan kereta mereka haruslah kamu bakar dengan api (ay 6)”. Dengan berpegangkan pada perintah Allah inilah segenap bangsa itu menjadi berani untuk melangkah maju dan berperang. Bangsa itu pun sadar bahwa bila mereka tidak berani untuk berperang sedangkan Allah berjanjiu ntuk menyerahkan bangsa-bangsa asing itu ke tangan mereka, maka Allah akan memberikan kekalahan sebagaimana yang dialami oleh karena kejahatan Akhan di mata Tuhan! Bukan hanya sekadar kenekatan saja melainkan bangsa Israel maju berperang atas dasar janji yang telah diterima dari Allah yang menghendaki bahwa bangsa-bangsa di depan mereka itu pasti kalah! Dan memanglah demikian yang terjadi. Dalam ayat 6-10 diceritakan bagaimana Yosua dan seluruh tentara Israel menghancurkan bagian utara Kanaan dengan melaksanakan semua ketetapan yang diperintahkan Tuhan kepada-Nya.
Demikianlah bagaimana Yosua dan seluruh umat Israel berperang melawan semua bangsa di depan mereka. Perjuangan dan peperangan yang dilakukan oleh mereka sangat menonjolkan segi keagaamaan dengan menampilkan perintah Allah yang salalu meneguhkan bangsa itu sebelum berperang. Itulah letak peran serta Allah yang selalu menyertai perintah-Nya kepada Israel menuju tanah yang dijanjikan.

V.  Ikhtiar Kemenangan Umat Israel (Yos 11:16-23)
Kini saatnyalah bagi umat Israel untuk mengikhtiarkan kemenangan mereka atas negeri Kanaan setelah melalui perjuangan dan peperangan yang panjang. Pada bagian ini diperlihatkan luas dan sekaligus batas wilayah yang telah direbut oleh mereka. “Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu, pegunungan, seluruh Tanah Negeb, seluruh tanah Gosyen, Daerah Bukit, serta Araba-Yordan, dan Pegunungan Israel dengan tanah rendahnya; mulai dari Pegunungan Gundul, yang mendaki ke arah Seir, sampai ke Baal-Gad di lembah gunung Libanon, di kaki gunung Hermon. Semua rajanya ditangkapnya, dan dibunuhnya (ay 16-17)”. Begitu luaslah tanah yang telah dianugerahkan Tuhan kepada mereka. Begitu luaslah karena Allah setia dalam menyertai perjalanan mereka untuk menundukkan wilayah itu -nyata ketika Israel maju berperang- sekalipun harus memakan waktu yang cukup lama (ay 18).
Seluruh perjuangan umat Israel atas kepemimpinan Yosua itu pada akhirnya berakhir pada pemenuhan janji Allah atas perintah yang pada awalnya difirmankan kepada Yosua (Yos 1:1-11). Itulah perintah yang menjamin kesetiaan Allah yang akan selalu menyertai Israel bila Israel juga setia kepada-Nya; itulah perintah yang pada akhirnya membawa Israel ke Tanah Terjanji: Kanaan. “Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu sesuai dengan segala yang difirmankan TUHAN kepada Musa. Pada akhirnya, Yosua pun memberikan negeri itu kepada orang Israel menjadi milik pusaka mereka, menurut pembagian suku mereka. Lalu amanlah negeri itu, berhenti dari berperang (ay 23).”

Penutup
Perjuangan bangsa Israel atas kepemimpinan Yosua menuju Tanah Terjanji adalah sebuah bentuk perjuangan yang sarat akan warna religiusnya. Warna kereligiusan atas perjuangan itu terlihat ketika Israel berperang selalu ada dalam intervensi Allah. Intervensi Allah yang selalu menyertai Israel bermula sejak jaman leluhur Israel hingga Musa dan diteruskan oleh Yosua yang secara khusus dipilih oleh Allah untuk melanjutkan tugas Musa. Perintah Allah kepada Yosua (Yos. 1:1-11) itulah yang menjadi sumber bagi perjuangan bangsa Israel atas kepemimpinan Yosua, pengganti Musa.
Perintah Tuhan kepada Yosua untuk memimpin bangsa Israel menuju tanah yang dijanjikan sungguh memuat aspek kesetiaan Allah. Kesetiaan Allah inilah yang membawa segenap bangsa itu menuju ke tanah yang telah dijanjikan kepada mereka sejak jaman para leluhur. Hanya saja, Israel dituntut untuk setia pula kepada-Nya. Di sinilah letak gagasan bahwa Tuhan-lah yang memberikan tanah yang dijanjikan itu kepada mereka; Tuhan-lah yang melawan bangsa-bangsa asing agar Israel dapat menduduki tanah yang dijanjikan-Nya itu, tanah Kanaan! Maka, jika seluruh segenap bangsa Israel itu teguh setia kepada Allah, Allah pun juga akan tetap menjaga janji-Nya untuk menyertai bangsa itu. Kisah tentang Akhan yang ada dalam perjalanan bangsa itu menggaris bawahi aspek religius dari misi yang ingin mengatakanbahwa keberhasilan Israel dalam menduduki Kanaan tergantung pada kesetiaan akan Allah!
Akhirnya, seluruh perjuangan bangsa Israel atas kepemimpinanYosua dalam merebut tanah Kanaan berpusat pada satu sumber utama, yakni: kesetiaan Allah yang termuat dalam perintah-Nya untuk membawa Israel menuju Tanah Terjanji.


*   *   *

Daftar Pustaka
Lembaga Biblika Indonesia
          1988      Kitab Suci Perjanjian Lama, Nusa Indah, Flores.
Lukefahr, Oscar,
          2007      A Catholic Guide to The Bible: Memahami dan Menafsir Kitab Suci secara                                          Katolik, Obor, Jakarta.
Mulder, Mr. D. C.,
          1986      Tafsiran Alkitab: Yosua, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Sanjaya, V. Indra,

                        Kursus Kitab-Kitab Sejarah, FTW-Semester IV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...