KESETIAAN ALLAH
Perintah
Allah Membawa Israel ke Tanah Terjanji
Pendahuluan
Kitab Yosua merupakan sebuah yang
menceritakan perjuangan umat Israel
atas kepemimpinan Yosua dalam melaksanakan tugas/perintah dari Allah: merebut
Tanah Terjanji. Kitab Yosua disebut demikian karena di dalam kitab ini terlihat
dengan sangat jelas peran serta Yosua, penerus Musa dalam menjalankan amanat janji
Allah kepada para leluhur Israel, untuk memberikan Tanah Terjanji kepada
umat-Nya. Di dalam kitab itu diceritakan bagaimana Yosua memimpin orang-orang Israel untuk
begerak maju dengan menyeberangi Sungai Yordan menuju ke tanah yang telah
dijanjikan Allah Yahwe kepada nenek moyang mereka. Keberanian Yosua dan seluruh
umat Israel
untuk berjuang secara heroik sebenarnya bersumber dari perintah Tuhan kepada
Yosua untuk merebut Kanaan (Yos 1:1-11). Perintah Allah inilah yang dilihat
oleh Yosua sebagai bentuk nyata dari janji Allah untuk menyertainya dan umat
pilihan-Nya dalam merebut tanah yang telah lama dijanjikan Tuhan sejak jaman
Musa (Ul 11:24-25).
Bila kita membaca Kitab Yosua,
maka akan terlihat dengan jelas gambaran tentang kesetiaan Allah dalam
menyertai bangsa Israel
yang bermula dengan perintah-Nya (Yos 1:1-11). Dengan memahami bagian awal dari
kitab ini akan terlihat pula tujuan utama dari Kitab Yousa yakni untuk menunjukkan
kesetiaan Allah dalam membawa bangsa Isreal ke Tanah Terjanji. Kesetiaan Allah
kepada Israel
atas kepemimpinanYosua itu merujuk pada perintah-Nya kepada Yosua untuk
memimpin bangsa itu.
Berhubung dengan tema/judul yang
mengetengahkan kesetiaan Allah yang berawal dari perintah-Nya kepada Yosua (Yos
1:1-11) maka dalam tulisan ini akan membahas perjalanan umat Israel atas
kepemimpinanYosua yang meliputi: perintah Tuhan kepada Yosua, pendudukan
Yerikho, dosa dan hukum Akhan, perebutan Ai dan Kanaan serta ikhtiar kemenangan
umat Israel. Seluruh rangkaian bagian itu pada intinya ingin menperlihatkan
bahwa kesetiaan Allah kepada Isael juga menuntut kesetiaan pula dari pihak Israel-bila Israel
setia kepada Allah maka Allah pun akan tidak memberi kutuk kepada mereka
melainkan berkat-Nya. Perjalanan Israel dalam melaksanakan perintah
Allah dalam keyataannya memang diwarnai dengan pelbagai peristiwa; peristiwa heroik
menuju Tanah Terjanji yang sebenarnya dipimpin oleh Allah sendiri.
I.
Perintah
Tuhan Kepada Yosua (Yos 1:1-11)
Dalam Yos 1:1-11dituliskan tentang perintah Allah kepada
Yosua. Bagian ini merupakan sebuah kisah awal bagi perjalanan Israel setelah
kematian Musa untuk menuju Tanah Terjanji dengan pemimpin baru, yakni Yosua. Setelah
kematian Musa, Tuhan tidaklah meninggalkan umat pilihan-Nya melainkan kesetiaan
akan janji-Nya itu terus berlanjut. Dengan menampilkan tokoh Yosua, Tuhan ingin
melanjutkan tugas perutasan dari hamba-Nya, Musa, untuk memimpin Israel.
Keterpilihan Yosua menjadi pengganti Musa untuk melanjutkan janji Allah adalah
inisiatf dari Allah sendiri dan bukan pilihan dari umat Israel: “Hamba-Ku Musa
telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini,
engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka,
kepada orang Israel itu” (ay 2). Perintah awal Allah kepada Yosua ini sebenarnya
bukan hanya sekadar tugas/perintah kepada Yosua dan seluruh Israel melainkan
juga menunjuk kepada kesetiaan Allah yang akan menuntun Israel menuju Tanah
Terjanji.
Perintah Allah menunjuk pada tugas khusus Yosua untuk
mempimin Israel menuju ke sebuah wilayah yang dijanjikan Allah kepada umat
Israel pada jaman Musa. Sebenarnya Tuhan Allah telah memberikan tanah itu
kepada Israel, seperti yang telah difirmankaan-Nya kepada Musa; umat Israel
tinggal menginjak dan merebut tanah/ negeri itu. Tanah yang ditunjukkan Allah
untuk direbut oleh Israel adalah “dari padang gurun dan gunung Libanon yang
sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah
orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan
menjadi daerahmu” (ay 4). Tanah yang akan direbut itu dengan jelas memperlihatkan
bahwa tanah itu kepunyaan orang Het. Maka pertanyaannya: bagaimanakah umat
Israel dapat merebut tanah yang telah dikuasai/dimiliki oleh orang Het itu? Mungkin
saja Yosua -sebagai manusia biasa- berfikir dua kali untuk menjalankan perintah
Tuhan. Bukankan perintah Tuhan mengharuskan ia dan umat Israel untuk berperang
melawan orang Het? Sebelum hal itu disampaikannya Allah langsung berkata kepada
Yosua untuk berjanji selalu menyertainya: “Seorangpun tidak akan dapat bertahan
menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku
akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan
meninggalkan engkau” (ay 5). Dengan amat jalas Tuhan melihat ketakutan yang
(seharusnya) dialami Yosua dengan memberikan janji penyertaan seperti dahulu Ia
menyertai Musa (Ul 31:6-8). Bahkan dalam ay 6-9 kesetiaan Allah yang akan
menyertai Yosua itu ditekankan kembali bahwa Allah sendirilah yang akan
menyertainya dan bangsa Israel.
Kesetiaan Allah yang akan menyertai Yosua dalam memimpin
Israel menuju Tanah Terjanji adalah sebuah janji. Akan tetapi Allah tidak hanya
serta merta memberikan janji pernyertaan itu. Allah mengendaki agar Yosua dan
seluruh umat Israel untuk tidak berpaling dari Allah mereka (yang telah
menuntun sejak dari Mesir) dengan setia terhadap-Nya. Harapan Allah kepada
seluruh Israel itu terlihat jelas dengan perintah yang diberikan-Nya kepada
Musa: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi
renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai
dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu
akan berhasil dan engkau akan beruntung” (ay 8). Maksud dari perintah Allah itu
jelas bahwa Yosua dan seluruh umat Israel harus selalu meneguhkan hati dengan
jalan menepati petunjuk-petunjuk Taurat Musa. Hukum Taurat harus dijalankan
dalam seluruh perjalanan pelaksanaan perintah Allah (merebut Tanah Terjanji)
dengan perkataan, pikiran dan tindakan.
Dengan tanpa ragu-ragu Yosua menerima tugas/perintah dari
Allah itu dengan kesiap sediaan: Yosua pun menjalankannya. Yosua bersedia
menjalankan perintah itu dengan penuh keyakinan karena ia percaya bahwa ia
sendirilah yang diangkat/dipilih oleh Allah. Kesiap sediaan itu semakin
diteguhkan dengan janji Allah sendiri yang akan menyertai ia dan seluruh bangsa
Israel menuju tanah yang telah dijanjikan. Selanjutnya Yosua pun bertindak:
“Lalu Yosua memberi perintah kepada pengatur-pengatur pasukan bangsa itu,
katanya: Jalanilah seluruh perkemahan dan perintahkanlah kepada bangsa itu,
demikian: Sediakanlah bekalmu, sebab dalam tiga hari kamu akan menyeberangi
sungai Yordan ini untuk pergi menduduki negeri yang akan diberikan TUHAN,
Allahmu, kepadamu untuk diduduki” (ay 10-11).
II. Pendudukan
Yerikho
Setelah menerima sebuah tugas perutusan dari
Allah, Yosua dengan semangat kesiap sediaannya langsung bergegas dan bertindak.
Ia dan seluruh bangsa Israel
bersatu. Mereka semua, dari segala suku, menyatu untuk menghimpun kekuatan dengan
Sang Pemimpin, Allah sendiri, melalui perantaraan Yosua. Yosua memimpin
kelompok besar itu dan memberikan perintah kepada mereka semua untuk melangkah
ke depan, yakni: menyeberangi Sungai Yordan. Dengan kepercayaan teguh akan
kesetiaan Tuhan yang akn menyertainya Yosua pun mulai bertindak dengan
menyiapkan posisi “siap tempur” Israel .
Bahkan kepada orang Ruben, Gad dan Manasye diberikan misi khusus oleh Yosua
(Yos 1:12).
Kelompok besar Israel itu kemudian semakin mendekati
Sungai Yordan dan akan menuju Yerikho. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh
Yosua adalah melepas dari Sitim doa orang pengintai ke Kota Yerikho dengan
tujuan utama untuk mengamati/mengintai tanah yang berada di seberang Yordan dan
Yerikho: “Pergilah, amat-amatilah negeri itu dan kota Yerikho” (Yos 2:2). Maka
dengan jelas memperlihatkan bahwa tugas dari dua orang pengintai itu adalah
untuk mengamat-amati negeri yang telah dijanjikan Allah dan juga Yerikho
sebagai “pintu masuk” menuju tanah yang dijanjikan itu. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa misi ke depan yang akan dilakukan oleh Israel adalah merebut
Kota Yerikho.
Atas perintah Yosua, kedua pengintai itu pun langsung
menuju ke Yerikho. “Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang
perempuan sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ (Yos 2:1).” Perjalanan
kedua pengintai itu menuju ke Yerikho sepertinya berjalan dengan lancar sehingga
dengan mudah mereka dapat sampai dan masuk ke Kota Yerikho. Di kota itu mereka
menginap di rumah Rahab -seorang perempuan sundal- untuk beristirahat.
Pertemuan dengan Rahab adalah sebuah pertemuan yang memberikan arti penting
bagi kedua pengintai itu, yakni: atas informasi dari Rahab mereka mengetauhi
bahwa orang-orang Yerikho merasa gentar atas bangsa Israel! Kesaksian Rahab ini
didasarkan atas berita yang kiranya telah beredar secara luas bahwa Allah telah
menuntun Israel kelauar dari Mesir: “Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah
mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari
Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang
sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. Ketika
kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang
menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di
bumi di bawah” (Yos 2:10-11). Pertemuan kedua pengintai itu ternyata juga
memberikan arti keselamatan bagi mereka atas ancaman dari Raja Yerikho.
Setelah tahu bahwa tugas mereka dari Yosua telah selesai
maka mereka pun pulang dari Yerikho untuk kembali ke Yosua. Dalam Yos 2:22-24
menceritakan perjalanan mereka untuk kembali. Sesuai dengan anjuran Rahab, kedua
pengintai itu tidak langsung kembali ke perkemahan bangsa Israel yang berada di
sebelah timur Sungai Yordan. Mereka pergi ke pegunungan yang berada di sebelah
barat Yerikho untuk menghindari pengejaran dari prajurit-prajuri Raja Yerikho
yang mengancam mereka. Ketika situasi telah mereda maka bergeraklah kedua
pengintai itu dengan turun dari pegunungan dan menyeberangi Sungai Yordan dan
kembali ke perkemahan Bangsa Israel. Kemudian mereka melaporkan pengalaman
mereka kepada Yosua dengan sebuah kesimpulan: orang-orang Kanaan talah gentar terhadap
bangsa Israel dan pastilah negeri/kota itu akan jatuh ke dalam tangan bangsa
Israel karena Tuhan sudah menyerahkannya: “TUHAN telah menyerahkan seluruh
negeri ini ke dalam tangan kita, bahkan seluruh penduduk negeri itu gemetar
menghadapi kita” (ay 24)!
Menyeberangi Sungai Yordan (Yos
3:1-4:24)
Setelah mendapat berita dari kedua pengintai yang telah
diutusnya itu, pada waktu pagi Yosua bersama dengan umat Israel berangkat dari
Sitim dan menempuh perjalanan antara Sitim dan tepi Sungai Yordan serta bermalamlah
mereka di sana. Setelah lewat tiga hari, para pengatur pasukan menjalani
seluruh perkemahan dan memberikan perintah kepada seluruh umat Israel supaya
siap-siaga untuk memasuki Tanah Kanaan. Perjalanan yang dilakukan dengan
kesiap-siagaan dengan pimpinan Yosua dan pengatur pasukan adalah sebuah bagian
dari perjalanan umat Israel menuju tanah yang dijanjikan. Perjalanan itu memperlihatkan
bahwa Tuhan-lah yang pertama-tama mengutus Israel untuk pergi menuju tanah itu;
bahwa Tuhan-lah yang akan mengatasi rintangan yang akan menghalangi mereka
(menyeberangi Sungai Yordan). Penyertaan Tuhan dalam misi perjalanan itu
terlihat dengan perintah para pengatur prajurit kepada bangsa Israel: “Segera
sesudah kamu melihat Tabut Perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam,
yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan
mengikutinya -hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua
ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya- maksudnya supaya kamu mengetahui
jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu”
(Yos 3:3-4).
Kehadiran Tuhan yang memimpin dan yang berada di
tengah-tengah Israel itu dikonkritkan dalam Tabut Tuhan sebagai Tahta-Nya yang
diangkat oleh para imam (yang memang dari orang Lewi). Tabut itu tidak hanya
memainkan peran penting dalam perjalanan umat Israel dalam menyeberangi Sungai
Yordan, Tabut itu akan juga terlihat peranan pentingnya kelak dalam perebutan
Kota Yerikho.
Setelah seluruh orang Israel siap untuk menyeberang, maka
diperintahkannyalah untuk maju kepada para imam pengangkat tabut menuju Sungai
Yordan: “Angkatlah Tabut Perjanjian dan menyeberanglah di depan bangsa itu (Yos
3:6)”. Maka berjalanlah para imam itu sehingga Tabut Perjanjian berada di depan
bangsa Israel. “Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai
Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di
tepi sungai itu--sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama
musim menuai -maka berhentilah air itu mengalir. Air yang turun dari hulu
melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota yang terletak di
sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni Laut Asin,
terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan Yerikho (Yos
3:15-16).” Ayat-ayat itu dengan jelas memperlihatkan peran aktif Allah dalam
perjalanan Israel dengan mengadakan sebuah mukjizat besar. Allah yang telah
memberikan perintah kini telah menunjukkan kesetiaan-Nya untuk membawa Israel
ke Tanah Terjanji. Dengan adanya mukjizat dari tangan Allah, mereka pun dapat
menyeberangi sungai itu.
Penyunatan dan hari raya Paskah
di Gilgal (Yos 5:2-12)
Ketika kelompok besar Israel telah berada di seberang
Yordan, maka mereka telah sampailah di dalam wilayah/bagian tanah yang telah
dijanjikan Tuhan kepada mereka. Karena Israel telah memasuki tanah itu, Allah
dengan perantaraan Yosua memperbarui hubungan antara Ia dan Israel dengan
mengadakan penyunatan yang kedua kalinya (Yos 5:2) dan perayaan Paskah.
Penyunatan yang kedua kalinya artinya bahwa penyunatan yang pertama kali itu
terjadi di tanah Mesir (ketika Israel keluar dari Mesir). Semua orang Israel
pada waktu itu telah disunat namun kemudian penyuntan itu berhenti sehingga
semua orang Israel yang lahir di padang gurun dalam perjalanan sejak keluar
dari dari Mesir, belumlah bersunat. Dan setelah itu, mereka meneruskannya
dengan merayakan Paskah sebagai peringatan akan kebebasan bangsa Israel dari
Mesir. Kebebasan itu sekarang telah mencapai puncaknya sebab umat Israel telah
berada di tanah yang dijanjikanTuhan kepada mereka!
Jatuhnya Yerikho (Yos
5:13-6:27)
Setelah dengan pelbagai persiapan yang telah dilakukan:
mulai dari pengintaian, menyeberangi Sungai Yordan hingga pada penyunatan dan
peringatan hari raya Paskah di Gilgal, kini Israel atas kepemimpinan Allah
(melalui Yosua) telah siap menuju Kota Yerikho. Dengan bermula pada penglihatan
Yosua akan Panglima Balatentara Tuhan, keyakinan Yousa terhadap janji penyertaan
Tuhan semakin diperteguh.
Dalam Yos 6 dengan amat jelas memperlihatkan perjuangan
Israel atas penyertaan Tuhan dalam merebut/menyerang Yerikho. Kalau kita ikuti
dengan lebih mendetail maka akan dapat ditangkap tentang gambaran perebutan
kota itu oleh bangsa Isreal. Perebutan kota itu sepertinya prosesi dalam acara
keagamaan. Dalam bab itu dikatakan bahwa seluruh umat Israel atas perintah
Tuhan harus mengelilingi kota itu sekali dalam satu hari selama enam hari berturut-
turut; sementara ketujuh imam dengan tujuh sangkakala berjalan di depan Tabut Perjanjian:
“Haruslah kamu mengelilingi kota itu, yakni semua prajurit harus mengedari kota
itu sekali saja; demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya, dan tujuh
orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut. Tetapi
pada hari yang ketujuh, tujuh kali kamu harus mengelilingi kota itu sedang para
imam meniup sangkakala (Yos 6:53-4)”.Dengan kesetiaan Israel untuk melaksanakan
setiap perintah Allah, maka Allah pun juga akan menunjukkan kesetiaan-Nya
kepada Israel. Hal itu nyata ketika pada hari yang ketujuh Israel melakukan
“ritus” yang diperintahkan kepada mereka maka akhirnya “runtuhlah tembok itu,
lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan
merebut kota itu (Yos 6:20)”.
III. Dosa
dan Hukuman Akhan (Yos 7:1-26)
Pada bagian awal diceritakan bahwa Israel atas
kepemimpinan Yosua berjalan menuju Tanah terjanji dengan berhadapan dengan
tangtangannya: berhadapan dengan Sungai Yordan yang harus di seberangi dan
dengan Kota Yerikho. Walapun kedua tantangan itu sepertinya berat di mata Israel tapi
oleh karena janji Tuhan yang dibalas dengan kesetiaan bangsa itu pada Allah
sungguh membawa mereka untuk dapat terus berjalan. Kesetiaan mereka kepada
Allah berbuah nyata dalam kesetiaan Allah yang senantiasa menyertai mereka. Bagaimana
jika Israel
tidak setia kepada Allah? Dalam ayat 1 memperlihatkan bagaimana ketidaksetiaan Israel pun membuat Allah menjadi murka; membuat
Allah tidak memperhatikan lagi Israel .
Kemurkaan Allah atas seluruh Israel
itu terjadi karena Israel
berubah setia dengan mengambil barang-barang dari Kota Yerikho, padahal dengan
keras Yosua memerintahkan kepada umat Israel untuk tidak mengambil
barang-barang yang dikhususkan (Yos 6:18).
Ketidak setiaan yang mengena seluruh umat Israel itu berasal dari Akhan: “Tetapi orang Israel berubah
setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin
Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari
barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel ” (ay 1).
Tindakan Akhan itu ternyata memberi pengaruh luas bagi seluruh Israel terhadap
murka Allah; seperti sedikit ragi yang mengkhamiri seluruh adonan!
Murka Allah atas ketidak setiaan satu orang Israel sungguh mempengaruhi seluruh Israel . Murka
Allah itu berakibat akan ketidak pedulian Allah untuk menyertai perjalanan Israel menuju
tanah yang dijanjikan. Akibatnya sungguh kelihatan dalam kekalahan Israel di muka
Kota Ai yang akan direbut oleh bangsa itu (ay 2-5). Bahkan, orang-orang Ai mengejar
dan berhasil membunuh kira-kira tiga puluh enam orang dari Israel .
Berhadapan dengan situasi itu, Yosua pun mengerti
bahwa kekalahan itu terjadi karena adanya sebuah ketidak beresan antara bangsa
itu dengan Allah (ay 6-9): Isreal tidak setia kepada Allah. Maka ia bersama
dengan tua-tua Israel
menghadap Tuhan untuk berdoa dan menginsyafi kesalahan Israel yang
berakibat tawarnya hati mereka berhadapan dengan orang-orang Kota Ai. Namun
saat itu ia pun belum mengatahui kesalahan apa yang telah dilakukan oleh orang Israel sehingga
membangkitkan murka Allah. Melihat kerendahan hati dari bangsa itu, Allah pun
menjawab doa Yosua dengan memberitahukan sumber kemurkaan-Nya atas Israel : “Orang Israel telah berbuat dosa, mereka
melanggar perjanjian-Ku yang Kuperintahkan kepada mereka, mereka mengambil
sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu, mereka mencurinya, mereka
menyembunyikannya dan mereka menaruhnya di antara barang-barangnya (ay 10)”. Yosua
pun akhirnya mengetahu sumber kemurkaan Allah yang diawali dengan ketidak
setiaan Israel
terhadapnya. Sekali lagi ia masih belum mengetahui bahwa orang yang telah
melakukan hal yang jahat itu adalah Akhan. Allah pun menghendaki kepada Yosua
untuk menyucikan kembali Isreal dari ketidaksetiaan mereka dengan membinasakan
yang tidak setia itu: “Besok pagi kamu harus tampil ke muka suku demi suku dan
suku yang ditunjuk oleh TUHAN harus tampil ke muka kaum demi kaum, dan kaum
yang ditunjuk oleh TUHAN harus tampil ke muka keluarga demi keluarga dan
keluarga yang ditunjuk oleh TUHAN harus tampil ke muka seorang demi seorang.
Dan siapa yang didapati menyimpan barang-barang yang dikhususkan itu, akan
dibakar dengan api, ia dan segala sesuatu yang ada padanya, sebab ia telah
melanggar perjanjian TUHAN dan berbuat noda di antara orang Israel
(14-15)”.
“ Keesokan harinya bangunlah Yosua pagi-pagi, lalu
menyuruh orang Israel
tampil ke muka suku demi suku, maka didapatilah suku Yehuda. Ketika disuruhnya
tampil ke muka kaum-kaum Yehuda, maka didapatinya kaum Zerah. Ketika disuruhnya
tampil ke muka kaum Zerah, seorang demi seorang, maka didapatilah Zabdi. Ketika
disuruhnya keluarga orang itu tampil ke muka, seorang demi seorang, maka
didapatilah Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda ” (ay16-18).
Ketika Akhan tampil maka mengakulah ia bahwa ia berbuat dosa kepada Tuhan dan
menceritakan segala perbuatannya itu. Barang-barang yang seharusnya tidak boleh
diambil itu disembunyikan di dalam kemahnya. Hal itu membuktikan bahwa dosa
Akhan disengaja dan berdosa. Atas pengakuan itulah, Yosua memerintahkan untuk
membinasakan Akhan beserta dengan keluarga dan segala miliknya di luar
perkemahan Israel .
Sesudah keadaan yang pudar antara Israel dan Allah
itu diperbaiki -dengan membinasakan yang jahat di tengah-tengah Israel -maka
surutlah murka Tuhan dan dengan itu perebutan tanah Kanaan dapat dilanjutkan
kembali di bawah kepemimpinan Yosua. Mereka kembali untuk menyerang Kota Ai!
Pengalaman ketidak setiaan Isreal kepada Allah sungguh berakibat pada ketidak
pedulian Allah untuk menyertai bangsa itu menuju tanah yang dijanjikan. Inilah
sebuah pengalaman yang mangajak Isarel untuk belajar selalu setia kepada Allah
mereka.
IV. Perebutan
Kota/Wilayah Lain
Kesetiaan
Allah yang nyata dan selalu menyertai Israel dalam perintah yang diberikan-Nya
kepada Yosua, menjadi sebuah pegangan kehidupan religius bangsa terpilih itu. Janji
Allah yang akan selalu menyertai Isreal adalah sebuah janji yang mengharuskan
bangsa itu untuk menjadi setia kepada-Nya. Hal itu sangatlah terlihat jelas
ketika Isreal setia kepada Allah (dengan melaksanakan segala ketetapan dan
perintah-Nya), Allah pun dengan setia memberikan kemenangan atas bangsa asing
yang merintangi untuk menuju Tanah Terjanji. Begitu juga dengan sebaliknya,
dengan menjadi tidak setia -seperti yang dilakukan oleh Akhan- maka Allah pun
akan tidak memberikan kemenangan kepada bangsa itu sekalipun disertai dengan
perjuangan. Namun, ketika kejahatan yang dilakukan itu dimusnahkan dari
tengah-tengah Israel ,
Allah pun kembali menunjukkan penyertaan-Nya. Ia pun meneguhkan umat Israel untuk
melangkah maju-merebut kota-kota/wilayah di depan mereka, yakni: Ai dan Kanaan!
Menjadi
jelaslah bahwa perjuangan Israel
menuju Tanah Terjanji semata-mata bukanlah perjuangan secara manusiwai saja
(bangsa itu sendiri yang berjuang) melainkan Allah-lah yang berperang bagi
mereka.
Perebutan
bangsa Israel
atas Kota Ai sungguh menjadi perjuangan yang cukup panjang. Perjuangan itu diwarnai oleh ketidak setiaan
bangsa Israel
(yang dilakukan oleh Akhan) kepada Allah yang berakibat pada kekalahan ketika
bangsa itu mencoba menyerang Ai pada waktu pertama kalinya. Namun dengan
kepekaan akan situasi yang dihadapi itu, Yosua dengan berani bersama dengan
tua-tua Israel
menghadap Allah. Di hadapan Allah Yosua menanyakan apa penyebab dari kekalahan yang
dihadapi oleh bangsa Israel .
Dan Allah pun menjawabnya (Yos 7:10). Dengan mengetahui ketidak setiaan yang
dilakukan oleh Israel
(terlebih oleh Akhan) maka Yosua dan segenap bangsa itu memusnahkan kejahatan
yang tinggal di tengah bangsa itu. Allah pun menyertai Yosua dan bangsa Israel untuk
merebut/menaklukkan Kota Ai.
Allah-lah
yang pertama-tama berinisiatif untuk menggerakkan bangsa itu agar merebut Kota
Ai. Kepada Yosua Ia berfirman: “Janganlah takut dan janganlah
tawar hati; bawalah seluruh tentara dan bersiaplah, majulah ke Ai. Ketahuilah,
Aku serahkan kepadamu raja negeri Ai, rakyatnya, kotanya dan negerinya, dan
haruslah kaulakukan kepada Ai dan rajanya, seperti yang kaulakukan kepada
Yerikho dan rajanya; hanya barang-barangnya dan ternaknya boleh kamu jarah.
Suruhlah orang bersembunyi di belakang kota
itu (ay 1-2).” Tuhan Allah memberi perintah kepada Yosua untuk memimpin bangsa
Israel untuk merebut Kota Ai; sebuah perintah langsung yang diterima oleh Yosua
dan yang sekaligus menguatkan dirinya bahwa Kota Ai benar-benar telah
diserahkan Allah kepada bangsa Israel.
Sebagaimana
Allah pun menantikan kesetiaan Israel
untuk menjawab perintah-Nya, maka Yosua pun dengan segera menyiapkan prajurit Israel dengan taktik
perangnya dan menjadikan bangsa itu sungguh siap untuk merebut Ai (ay 3-9).
Yosua tidak bimbang dan tawar hati bahwa Allah pasti akan menyertai penyerbuan
mereka sebab apa yang jahat di mata Tuhan (berhubung dengan kejahatan yang
dilakukan oleh Akhan) telah dibinasakan; demikianlah dengan segenap bangsa itu!
Dengan keteguhan semangat yang mereka miliki itu, bangsa Israel maju dengan
berani. Atas kepemimpinan dan taktik perang yang telah diberikan oleh Yosua,
mereka dengan keyakinan yang teguh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh
Yosua. Pada akhirnya pun, Kota Ai dapat mereka rebut sebab Allah sendirilah
yang menyertai mereka dengan perantaraanYosua (ay 10-29).
Merebut
Kanaan
Kesetiaan umat Israel kepada Allah untuk melaksankan
perintah yang diberikan kepada Yosua kini membawa mereka untuk merebut wilayah;
wilayah/tanah yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka, yakni: Kanaan.
Kemenangan atas Kota Ai telah membuat keteguhan hati bagi Yosua dan segenap
bangsa itu bahwa Allah-lah yang berperang bagi mereka. Oleh karena itu, dengan
berpegang teguh akan perintah Allah yang memilih Yosua (Yos 1:1-11) untuk memimpin
bangsa itu menuju Tanah Terjanji, umat Israel kini dengan gagah berani maju dan
siap berperang untuk menghadapi bangsa-bangsa yang tinggal di Kanaan. Adapun
perebutan yang dilakukan menduduki Kanaan meliputi dua tahap: perebutan bagian
selatan Kanaan dan perebutan utara Kanaan (Yos 11:1-15).
Perjuangan umat Israel atas perebutan wilayah bagian
selatan Kanaan (Yos 10:1-43) adalah sebuah perjuangan yang sungguh berada di
bawah kuasa Allah. Israel tidak berperang sendirian melainkan Allah merekalah
yang senantiasa turun tangan untuk memimpin Israel menuju tanah yang
dijanjikan-Nya. Hal itu terlihat bahwa bangsa Israel tidak hanya melawan
seorang raja atau sebuah kerajaan saja, akan tetapi lebih dari satu raja atau
satu kerajaan. Bangsa itu harus melawan beberapa raja: “Lalu kelima raja orang
Amori itu berkumpul dan bergerak maju: raja Yerusalem, raja Hebron, raja
Yarmut, raja Lakhis dan raja Eglon, mereka beserta seluruh tentara mereka” (ay
5). Sebagai bangsa yang terdiri oleh manusia biasa sudah sepantasnyalah atau
wajarlah bila Israel mengalami ketakutan untuk meralawa kelima raja yang bersekutu
itu. Akan tetapi, dengan menyadari bahwa Allah-lah yang akan menyertai mereka untuk
memerangi kelima raja itu maka atas kepemimpinanYosua mereka tidak gentar untuk
maju berperang. Dengan berpegang teguh atas firman TUHAN kepada Yosua:
“Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyerahkan mereka kepadamu. Tidak
seorangpun dari mereka yang akan dapat bertahan menghadapi engkau (ay 8)”,
seluruh bangsa itu dengna setia melaksanakan perintah dari-Nya. Kesetiaan dan
kesediaan untuk melaksanakan perintah Allh itulah yang pada akhirnya memampukan
mereka untuk menduduki bagian selatan wilayah Kanaan (ay 28-43).
Bagaimana dengan perebutan bagian utara Kanaan? Dalam Yos
11:1-15 diceritakan dengan jelas bagaimana Isreal atas kepemimpinan Yosua bergarak
maju melumpuhkan bagian utara Kanaan. Seperti dalam perebutan bagian selatan
Kanaan, perjuangan bangsa Israel untuk merebut bagian utara juga harus berhadapan
dengan beberapa kerajaan: “Setelah hal itu terdengar kepada Yabin, raja Hazor,
diutusnyalah orang kepada Yobab, raja Madon, dan kepada raja negeri Simron,
kepada raja negeri Akhsaf, serta kepada raja-raja yang di sebelah utara, di
Pegunungan, di Araba-Yordan di sebelah selatan Kinerot, di Daerah Bukit dan di
tanah bukit Dor di sebelah barat, yakni raja-raja orang Kanaan di
sebelah timur dan di sebelah barat, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang
Yebus di pegunungan dan orang Hewi di kaki gunung Hermon, di tanah Mizpa. Kemudian keluarlah raja-raja ini bersama-sama semua tentaranya,
amat banyak rakyat, seperti pasir di tepi laut banyaknya, beserta sangat banyak
kuda dan kereta. Raja-raja ini bersekutu dan datang berkemah bersama-sama dekat
mata air Merom untuk memerangi orang Israel (ay 1-5)”. Raja-raja itu bersekutu
untuk memerangi Israel. Sebagaimana bangsa Israel tidak gentar ketika
menghadapai para raja di bagian selatan demikianlah mereka juga tidak gentar
berhadapan dengan para raja di bagian utara Kanaan. Ketidak gentaran itu
bersumber dari janji Allah sendiri yang meneguhkan mereka dengan perantaraan
Yosua: “Janganlah takut menghadapi mereka, sebab besok kira-kira waktu ini Aku
menyerahkan mereka mati terbunuh semuanya kepada orang Israel. Kuda mereka
haruslah kamu lumpuhkan dan kereta mereka haruslah kamu bakar dengan api (ay
6)”. Dengan berpegangkan pada perintah Allah inilah segenap bangsa itu menjadi
berani untuk melangkah maju dan berperang. Bangsa itu pun sadar bahwa bila
mereka tidak berani untuk berperang sedangkan Allah berjanjiu ntuk menyerahkan
bangsa-bangsa asing itu ke tangan mereka, maka Allah akan memberikan kekalahan
sebagaimana yang dialami oleh karena kejahatan Akhan di mata Tuhan! Bukan hanya
sekadar kenekatan saja melainkan bangsa Israel maju berperang atas dasar janji
yang telah diterima dari Allah yang menghendaki bahwa bangsa-bangsa di depan
mereka itu pasti kalah! Dan memanglah demikian yang terjadi. Dalam ayat 6-10
diceritakan bagaimana Yosua dan seluruh tentara Israel menghancurkan bagian
utara Kanaan dengan melaksanakan semua ketetapan yang diperintahkan Tuhan
kepada-Nya.
Demikianlah bagaimana Yosua dan seluruh umat Israel
berperang melawan semua bangsa di depan mereka. Perjuangan dan peperangan yang
dilakukan oleh mereka sangat menonjolkan segi keagaamaan dengan menampilkan
perintah Allah yang salalu meneguhkan bangsa itu sebelum berperang. Itulah letak
peran serta Allah yang selalu menyertai perintah-Nya kepada Israel menuju tanah
yang dijanjikan.
V. Ikhtiar Kemenangan Umat Israel (Yos 11:16-23)
Kini saatnyalah bagi umat Israel untuk mengikhtiarkan
kemenangan mereka atas negeri Kanaan setelah melalui perjuangan dan peperangan
yang panjang. Pada bagian ini diperlihatkan luas dan sekaligus batas wilayah
yang telah direbut oleh mereka. “Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu,
pegunungan, seluruh Tanah Negeb, seluruh tanah Gosyen, Daerah Bukit, serta
Araba-Yordan, dan Pegunungan Israel dengan tanah rendahnya; mulai dari
Pegunungan Gundul, yang mendaki ke arah Seir, sampai ke Baal-Gad di lembah
gunung Libanon, di kaki gunung Hermon. Semua rajanya ditangkapnya, dan
dibunuhnya (ay 16-17)”. Begitu luaslah tanah yang telah dianugerahkan Tuhan kepada
mereka. Begitu luaslah karena Allah setia dalam menyertai perjalanan mereka
untuk menundukkan wilayah itu -nyata ketika Israel maju berperang- sekalipun
harus memakan waktu yang cukup lama (ay 18).
Seluruh perjuangan umat Israel atas kepemimpinan Yosua
itu pada akhirnya berakhir pada pemenuhan janji Allah atas perintah yang pada
awalnya difirmankan kepada Yosua (Yos 1:1-11). Itulah perintah yang menjamin
kesetiaan Allah yang akan selalu menyertai Israel bila Israel juga setia
kepada-Nya; itulah perintah yang pada akhirnya membawa Israel ke Tanah
Terjanji: Kanaan. “Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu sesuai dengan
segala yang difirmankan TUHAN kepada Musa. Pada akhirnya, Yosua pun memberikan
negeri itu kepada orang Israel menjadi milik pusaka mereka, menurut pembagian
suku mereka. Lalu amanlah negeri itu, berhenti dari berperang (ay 23).”
Penutup
Perjuangan bangsa Israel atas
kepemimpinan Yosua menuju Tanah Terjanji adalah sebuah bentuk perjuangan yang
sarat akan warna religiusnya. Warna kereligiusan atas perjuangan itu terlihat
ketika Israel berperang selalu ada dalam intervensi Allah. Intervensi Allah
yang selalu menyertai Israel bermula sejak jaman leluhur Israel hingga Musa dan
diteruskan oleh Yosua yang secara khusus dipilih oleh Allah untuk melanjutkan
tugas Musa. Perintah Allah kepada Yosua (Yos. 1:1-11) itulah yang menjadi
sumber bagi perjuangan bangsa Israel atas kepemimpinan Yosua, pengganti Musa.
Perintah Tuhan kepada Yosua
untuk memimpin bangsa Israel menuju tanah yang dijanjikan sungguh memuat aspek
kesetiaan Allah. Kesetiaan Allah inilah yang membawa segenap bangsa itu menuju
ke tanah yang telah dijanjikan kepada mereka sejak jaman para leluhur. Hanya
saja, Israel dituntut untuk setia pula kepada-Nya. Di sinilah letak gagasan
bahwa Tuhan-lah yang memberikan tanah yang dijanjikan itu kepada mereka;
Tuhan-lah yang melawan bangsa-bangsa asing agar Israel dapat menduduki tanah
yang dijanjikan-Nya itu, tanah Kanaan! Maka, jika seluruh segenap bangsa Israel
itu teguh setia kepada Allah, Allah pun juga akan tetap menjaga janji-Nya untuk
menyertai bangsa itu. Kisah tentang Akhan yang ada dalam perjalanan bangsa itu
menggaris bawahi aspek religius dari misi yang ingin mengatakanbahwa
keberhasilan Israel dalam menduduki Kanaan tergantung pada kesetiaan akan
Allah!
Akhirnya, seluruh perjuangan
bangsa Israel atas kepemimpinanYosua dalam merebut tanah Kanaan berpusat pada
satu sumber utama, yakni: kesetiaan Allah yang termuat dalam perintah-Nya untuk
membawa Israel menuju Tanah Terjanji.
* * *
Daftar
Pustaka
Lembaga
Biblika Indonesia
1988 Kitab Suci Perjanjian Lama, Nusa Indah,
Flores.
Lukefahr,
Oscar,
2007 A Catholic Guide to The Bible: Memahami dan
Menafsir Kitab Suci secara Katolik,
Obor, Jakarta.
Mulder, Mr.
D. C.,
1986 Tafsiran Alkitab: Yosua, BPK Gunung
Mulia, Jakarta.
Sanjaya, V.
Indra,
Kursus Kitab-Kitab Sejarah, FTW-Semester IV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar