Selasa, 21 Maret 2017

Rangkuman:
Al-Qur’an Sebagai Sabda Allah
Studi Kristiani Mengenai Doktrin Islam tentang Pewahyuan


Membaca buku “Al-Qur’an Sebagai Sabda Allah” adalah sebuah kerangka dari usaha untuk membuka mata secara lebar dalam melihat praksis pluralitas Indonesia. Buku ini memberikan sebuah insight yang cukup mendalam terlebih bagi saya untuk dapat memahami paham Islam (terlebih dalam pemahaman pewahyuannya) karena buku ini merupakan sebuah studi doktrin Islam tentang pewahyaun secara Kristiani. Pendalaman studi Kristiani terhadap pewahyuan Al-Qur’an sebagai Sabda Allah di dalam buku ini didukung dengan penjelasan dari beberapa pokok pemikiran yang meliputi: teks Al-Qur’an ( yang berbicara tentang asal mula hingga terbentuknya Al-Qur’an menjadi sebuah Kanon), isi pokok Al-Qur’an (yang memberi penjelasan tentang eksistensia Allah, panggilan manusia dan dunia akhirat) dan peran sentral Al-Qur’an dalam kehidupan kaum muslim.
Dengan membaca dan memahami seluruh pokok pembahasan yang ada di dalam buku, secara pribadi saya dapat mengetahui satu hal pokok yang ingin disodorkan oleh sang penulis. Hal yang pokok itu adalah inti pemahaman Islam tentang pewahyuan. Islam meyakini bahwa Allah telah mewahyukan Diri kepada manusia di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah revelasi (wahyu) dan yang juga menjadi sebuah kitab yang memuat petunjuk Allah kepada manusia. Bahkan, penekanan terhadap revelasi dan petunjuk Allah yang termuat di dalam Al-Qur’an itu dengan jelas ditunjukkan oleh Charles J. Adam sebagai “komunikasi Allah dan manusia”, yaitu “melalui sejumlah tanda dari Allah dalam penciptaan dan melalui para nabi yang sudah diutus-Nya dengan petunjuk”. Oleh karena itu, bagi kaum muslim, Al-Qur’an yang telah diwahyukan ke dalam bahasa Arab adalah Sabda Allah yang tidak terciptakan. Sabda Allah itulah yang menjadikan Al-Qur’an memiliki peran sentral dalam kehidupan kaum muslim.
Pemahaman itu kemudian membuat saya menjadi lebih tahu tentang pemahaman Islam tentang pewahyuan. Pewahyuan ternyata juga menjadi sebuah titik awal bagi landasan agama Islam sebagaimana dengan pemahaman pewahyuan dalam agama Kristen (Katolik). Bagaiamana paham pewahyuan menurut pandangan Kristiani (Katolik)? Secara jelas dalam “Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi” (Dei Verbum/DV) memberikan penjelasan yang mendasar tentang pewahyuan. Dalam DV 2 dijelaskan bahwa dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya, Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya; berkat rahasia itu manusia dapat menghadap Bapa melalui Kristus, Sabda yang menjadi daging, dalam Roh Kudus, dan ikut serta dalam kodrat Ilahi. Selanjutnya, DV 2 menambahkan bahwa pewahyuan Allah dan keselamatan bagi mansusia nampak dalam Kristus yang menjadi pengantara dan kepenuhan seluruh wahyu. Maka, orang-orang Kristiani percaya kepada Yesus Kristus sebagai Sabda Allah yang telah menjadi manusia dan memberikan keselamatan kepada manusia atas dosa dengan kematian dan kebangkitan-Nya serta pencurahan Roh Kudus kepada seluruh umat manusia. Pewahyuan dalam Diri Yesus dari Nazareth inilah yang pada akhirnya menjadi landasan iman Kristiani dan sekaligus menjadi titik awal serta sumber kekuatan dari misi Krisrtiani ke seluruh penjuru dunia.
Dari kedua pemahaman tentang pewahyuan (menurut Islam dan Kristen) maka dapat dipahami bahwa keduanya memiliki penekanan yang sangat jelas terhadap arti Sabda Allah. Sabda Allah menurut Islam dan Kristen secara doktrinal memiliki perbedaan: Sabda Allah dalam Islam termuat pada Al-Qur’an yang diyakini sebagai Sabda Allah yang tidak terciptakan; Sabda Allah dalam Kristen secara penuh terwahyukan dalam Yesus Kristus yang diyakini sebagai Sabda Allah yang kekal. Akan tetapi dalam perbedaan itu, ternyata memiliki sebuah sisi yang menarik bahwa Sabda Allah menurut doktrin dari keduanya memiliki sebuah “fungsi yang serupa, yakni sebagai simbolisme doktrinal tentang kehadiran Allah”. Maka, menjadi semakin spesifik bila dikatakan: Al-Qur’an bagi kaum muslim dan Yesus Kristus bagi kaum Kristen adalah “mediator” antara Allah dan manusia, realitas yang sentral dalam kehidupan dari masing-masing komunitas serta sumber dari misinya!
Akhirnya, dengan membaca “Al-Qur’an Sebagai Sabda Allah: Studi Kristiani Mengenai Doktrin Islam tentang Pewahyuan” semakin membantu saya dan setiap orang yang membacanya (terlebih kaum Kristen). Bantuan itu secara nyata dapat membuka pemahaman dengan bersemangatkan aggiornamento (dari semangat Konsili Vatikan II) untuk mencoba dan berani menggali pemahaman tentang Al-Qur’an sebagaimana yang dipahami oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia.


*  *  *  *


1 komentar:

  1. Copas:
    "Akan tetapi dalam perbedaan itu, ternyata memiliki sebuah sisi yang menarik bahwa Sabda Allah menurut doktrin dari keduanya memiliki sebuah “fungsi yang serupa, yakni sebagai simbolisme doktrinal tentang kehadiran Allah”. Maka, menjadi semakin spesifik bila dikatakan: Al-Qur’an bagi kaum muslim dan Yesus Kristus bagi kaum Kristen adalah “mediator” antara Allah dan manusia, realitas yang sentral dalam kehidupan dari masing-masing komunitas serta sumber dari misinya!"

    BalasHapus

La présence de Dieu qui accompagne toujours nos vies est un mystère. Sa présence réelle qu'Il soit là ou ici, nous ne pourrons peut-être...